Di suatu taman yang sangat mewah, Amber Wong sedang duduk termenung setelah paman nya Lian Wong mengabari nya bahwa dia harus menikah dengan pria pilihan paman nya itu.Sebagai gadis yang tidak pernah membantah perkataan sang paman, Amber Wong pun hanya bisa terdiam saat kabar pernikahan itu sampai di telinga."Andaikan kak Ethan masih hidup. Aku pasti bisa meminta pendapat nya mengenai hal ini." Gumam Amber Wong dengan suara lirih. Dia kembali teringat dengan sang kakak yang telah meninggal ketika dia masih berumur lima tahun.Kakak nya yang bernama Ethan Jr Wong meninggal bersama dengan sang ayah dalam sebuah kecelakaan mobil saat mereka sedang dalam sebuah perjalanan.Amber Wong tertunduk lesu. Setiap kali dia teringat akan kakak laki-laki dan ayah nya yang telah pergi mendahului nya, hati nya selalu saja merasa sedih.Dan tanpa terasa air mata nya pasti lah mengalir turun ke kedua pipi nya."Nona Amber?" Panggil wanita yang sudah lama menjadi pengasuh Amber Wong."Bibi Park." Jawa
Di tempat lain, terlihat Ethan dan Adaline telah sampai di rumah sakit.“Dimana Mr. Sean?” tanya Ethan yang sudah sampai di rumah sakit bersama Adaline lengkap dengan pakaian dokter-dokteran nya.“Hai kakak Ipar?” sapa Dom yang sempat -sempat nya menyapa Adaline terlebih dahulu dari pada menjawab pertanyaan Ethan.“Waah! Beneran minta di kepret nih anak!” gumam Ethan dalam hati sambil melangkah ke samping guna menutupi istirnya agar tidak terlihat oleh Dom.“Astaga kau ini!! Ck! Posesif sekali! Kalau istri mu tidak boleh di lihat harus nya kau masukan saja ke dalam kotak lalu lakban!!” cibir Dom.“Kalau dia bersedia aku kotakin, sudah dari tadi aku kotakin!” celetuk Ethan."Udah! udah! ck.. Dimana ruangan Mr. Sean, bicara dengan mu memang selalu menghabiskan waktu ku Dom!" sungut nya.“Huu. . mentang udah punya istri, jadi setiap detik waktu nya terlalu berharga untuk di lewatkan begitu saja!” Ndumel Dom.“Maka nya nikah!” Ejek Ethan.“Kayak yang niatan awal nya aja untuk nikah! Padah
"Ei! Jangan bilang ini- ETHAN?!!!" Seru Adaline yang tertahan.Adaline pun auto menoleh pada Ethan. Awal nya dia mau protes kenapa Ethan menahan diri yang ingin melihat Mr. Sean.Tapi begitu melihat wajah Ethan sudah berubah dan aura cemburu terpancar jelas dari diri Ethan, Adaline pun langsung menelan protes tidak berguna nya itu ke dalam perut nya."Protes ku sudah pasti tidak akan dia tanggapi kalau wajah nya sudah petak seperti wajah spongebob begitu." Ujar Adaline dalam hati kecil nya.“Kalian berdua sedang apa?” Tanya Alana yang merasa situasi saat itu agak ya- sedikit awkward- dimana Ethan jelas-jelas memegangi tangan seorang wanita yang tadi nya di kira oleh Alana adalah perawat betulan.Hanya saja setelah melihat sikap Ethan yang tidak seperti biasanya, Alana yakin perawat ini pun pastilah bukan perawat betulan alias perawat palsu.“Hah??” seru Ethan dan Adaline bersamaan, persis seperti ABG yang kepergok pacaran oleh guru konseling.Adaline auto bergerak ke samping, dia ing
“Hah??” seru Ethan dan Adaline bersamaan, persis seperti ABG yang kepergok pacaran oleh guru konseling.Adaline auto bergerak ke samping, dia ingin mengatur jarak dari Ethan.Tapi ternyata Ethan tidak berpikiran sama seperti Adaline. Ethan malah menahan tangan Adaline sehigga Adaline kembali tertarik ke tempat semula.“Nona Alana perkenalkan ini istri ku Adaline White.” Ujar Ethan sambil memegang tangan Adaline.“What? Istri?? Kau sudah menikah Ethan? kapan? kenapa aku tidak tahu?" Alana terkejut dan melipat tangan nya di dada."Waah !!! sepertinya akan banyak hati wanita di luar sana yang akan segera masuk IGD setelah mengetahui hal ini.” Ujar Alana yang 50 persen nya adalah candaan nya untuk Ethan namun 50 persen nya adalah luapan kebenaran dari dalam diri nya yang memang mengagumi ketampanan seorang Emmanuel Ethan ."Ternyata dia bohong pada ku! kata nya aku lah wanita pertama nya! Tapi mendengar apa yang Alana katakan, penggemar nya banyak di luaran sana!" gumam Adaline.Seperti
Satu jam pun telah berlalu, Ethan pun mulai mencabuti jarum-jarum akupuntur yang dia tusukan di titik-titik penting di tubuh Sean.“Semoga besok pagi Mr. Sean sudah bangun.” Ucap Ethan, sambil memasukkan semua jarum-jarum yang telah di pakai tadi ke dalam kotak khusus yang dia sediakan untuk tempat jarum-jarum bekas.“Semoga saja Ethan." jawab Alana memandang sedih pada adik ipar nya yang sedang terbaring lemah.Apapun metode pengobatan nya asal dapat membuat adik ipar nya itu kembali sadar maka akan Alana coba. Seperti itu lah sayangnya Alana pada Sean, walaupun Sean hitungan nya hanya adik ipar nya.“Seharusnya Mr. Sean bisa sadar besok. Karena semua titik -titik nya peredaran darah nya yang terkunci akibat kecelakaan itu telah aku buka. Itu yang paling penting. Kalau untuk luka-luka yang tidak seberapa ini, begitu Mr. Sean sadar dia bisa mengatasi semua nya.”jawab Ethan, yakin.“Terima kasih sekali lagi, Ethan." ucap Alana pada Ethan.“Drrtzzzzzzzz………..”“Drrtzzzzzzzz………..”“Drrtzz
“Ethan…….?? Ethan……….?” Panggil Adaline berlari mengejar Ethan usai dia mengganti pakaian nya di kamar mandi.“Dia ini kenapa sih?? Sejak keluar dari kamar Mr. Sean tadi muka jadi jajar genjang gitu!!” Gerutu Adaline yang kesulitan mengejar Ethan dari belakang.Saat ini Ethan dan Adaline sudah persis lomba jalan cepat di parkiran itu.“Ethan!! hei kau itu kenapa? main pergi saja!” Adaline menarik tangan Ethan yang akhir nya bisa ia susul langkah kaki nya.Ethan melihat Adaline sebentar lalu menepis tangan Adaline.“Wah! Sudah kau sudah keterlaluan Emmanuel Ethan! memang nya apa salah ku hah?” Adaline menarik paksa tangan Ethan yang akan membuka pintu mobil.“Kau masih bertanya apa kesalahan mu Adaline White ?!” Dengus Ethan terlihat kesal.“Aku itu tidak tahu apa salah ku Ethan!! Maka nya aku tanya pada mu! Salah ku itu apa?? sampa-sampai kau marah-marah tidak jelas seperti ini setelah kita keluar dari kamar nya Mr. Sean!!" Seru Adaline.“Untuk apa tadi kau bersusah payah mengelap ker
Di kediaman keluarga Wong, Lian Wong saat ini sedang keluar karena suatu urusan yang berkaitan dengan sebuah bisnis yang di jalankan.Sehingga Liliana Wong adalah satu-satu nya keluarga Wong yang ada di dalam mansion besar itu. Sore itu Liliana sedang berjalan-jalan di halaman depan mansion itu, di temani oleh pengasuh putri nya."Amber masih belum kembali, Park?" tanya Liliana pada Park yang sedang mendorong kursi roda nya."Belum nyonya." Jawab Park pada Liliana."Dia pergi dengan Erlan kan?" Tanya Liliana lagi pada Park."Benar nyonya."Jawab Park kembali singkat."Park, kalau lah putra ku masih hidup, dia pastilah kurang lebih seusia Erlan saat ini."Saat mengatakan hal tersebut, Liliana tertunduk sedih. Dia yang baru saja keluar dari kamar putra nya, kembali teringat saat-saat sebelum kecelakaan itu.Liliana teringat kalau Ethan sedang tertawa sangat lepas karena banyolan yang keluar dari mulut ayah nya Ethan.Dan BbAaaaaaamMM..Tiba-tiba limosin mereka mengalami kecelakaan.Lilia
Sepulang nya dari rumah nya Amber Wong, Ethan memang lebih banyak diam. Dia sepertinya masih belum ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Adaline.Tapi Adaline tentu saja memaklumi hal ini. Adaline yakin setelah Ethan tenang dan merasa lebih ringan untuk menceritakan ini pasti Ethan akan cerita pada nya.So, Adaline mengatakan pada diri nya untuk bersabar."Sudah!! sana kamu mandi dulu! Udah jam tujuh malam!" Gerutu Adaline pada Ethan akhir nya."Apa? jam 7 malam?" seru Ethan kaget. Tidak menyangka kalau waktu akan berlalu begitu cepat hanya karena dia termenung memikirkan adik dan ibu nya.Ethan bahkan sampai lupa kalau dia ada janji dengan Dom malam ini.Hampir dua puluh menit Ethan di kamar mandi, dan selama itu pula handphone Ethan tidak berhenti-henti berbunyi.Awalnya Adaline mengacuhkan panggilan yang ternyata dari Dom itu. Tapi karena sudah berkali-kali berbunyi, akhir nya Adaline memutuskan untuk mengambil handphone Ethan dan mengantarkan nya pada Ethan yang sed
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
Setelah melalui sesi interogasi yang panjang dan sangat menegangkan akhir nya satu dari tiga pria yang datang untuk menghabisi nyawa Beldiq bersedia bekerja sama dengan polisi untuk menangkap bos besar mereka."Untung kau datang Rery!" Arnold menepuk pundak Reryd tiga kali. "Kalau tidak maka kita akan kesulitan menjalankan rencana kita selanjut nya." sambung Arnold.Rery auto melihat pada Ethan, Dom dan Erlan yang juga ada di sana. Dalam pikiran Rery tentu saja dia akan datang. Bahkan kalau jalanan macet sekalipun, dia akan terbang untuk bisa tetap sampai di kantor polisi.Sebab apa? sebab Rery sangat ingin bertemu dengan bos Beldiq yang Rery, Ethan serta teman-teman mereka lain nya sangka kalau bos yang di maksud oleh tiga orang pria tadi adalah Tedi- kameramen Rery yang ternyata belum mati itu.Karena menurut Roland si hacker yang mengirimkan video ke Rery, bos nya Beldiq adalah Tedi."Kita ikuti ketiga pria ini ke rumah bos mereka lalu kita ringkus." Ucap Arnold."Sesuai dengan ren
Seminggu pun berlalu tapi Beldiq masih tetap dalam diam nya. Dia tidak ingin memberikan pengakuan apapun terkait dengan kematian Tedi padahal semua bukti telah mengarah pada nya.Namun hal ini tidak serta merta membuat Lian Wong tenang. Dalam pikiran Lian Wong selama Beldiq masih di dalam penjara atau selamaa wartawan yang bernama Rery itu masih hidup maka hidup Lian Wong lah yang tidak akan pernah tenang."Aku tidak bisa menunggu lebih lama dari ini. Aku harus segera menyelesaikan hal ini. Beldiq tidak mungkin selama nya akan bungkam. Kalau dia sampai buka suara maka semua nya akan hancur." Pikir Lian Wong."Apalagi aku dari gelagat nya Mr. Fred seperti tidak bertindak apapun saat ini. Sial! Seharus nya aku juga menutup rapat identitas ku seperti Mr. Fred. Sehingga di saat-saat seperti ini aku tidak perlu takut untuk di tangkap oleh polisi." Ucap nya penuh umpatan.Lian Wong jadi panik sendiri. Dia paling tidak suka dalam situasi yang penuh ketidak pastiaan seperti saat ini."Dari pa
"DUAAAAAAR!!!"Mobil Rery terpelanting cukup tinggi akibat ledakan bom yang ada di bagian bawah mobil nya.Rery langsung terkejut melihat hal itu. Jujur saja, tubuh nya saat ini terasa sangat lemas.***Ledakan yang dasyat itu membuat semua orang di kantor polisi berhamburan keluar. Begitu juga dengan Arnold. Dia spontan berlari lebih kencang tanpa mematikan handphone nya yang masih tersambung tadi.Arnold takut terjadi sesuatu pada Rery. Namun syukur nya ternyata Rery tidak kenapa-napa. Arnold melihat Rery saat ini berdiri di pintu masuk kantor polisi."Syukur lah kau tidak kenapa-napa Rery! Aku sangat khawatir!" Seru Arnold, menepuk pelan pundak Rery."Tidak hanya kau, aku pun khawatir. Bagaimana kalau aku tidak memiliki firasat buruk tadi maka sudah pasti saat ini aku melihat mu sambil aku terbang ke atas sana, terbang sambil dada dada menuju syurga." Jawab nya sambil berseloroh."Mendengar mu sudah bisa berkata seperti itu, ku yakin sudah baik-baik saja. Ayo kita masu dan mengobro
Jolie yang tidak bisa berkata-kata itu hanya bisa diam menerima ciuman yang Dom berikan. Wajah nya merona dan kedua pipi nya terasa panas.Mata Jolie berkedip berkali-kali. Jolie tidak menyangka kalau ciuman pertama nya akan di ambil oleh pria yang paling ingin dia hindari dalam hidup nya ini.Rencana nya untuk membuat Dom kesal malah berujung menjadi sebuah first kiss bagi nya."Itu hukuman untuk mu yang sengaja membuat ku menunggu mu seperti orang bodoh di dalam sana." Ucap Dom sembari mengusap lembut bibir Jolie dengan jari nya."Jangan ulang lagi. Karena hukuman ku biasa nya berdasarkan tingkat akumulatif poin kesalahan. Dan sekarang kau sudah memiliki 5 poin kesalahan kalau kau berbuat kesalahan lagi maka poin mu akan bertambah. Dengan demikian, hukuman mu sudah pasti akan berubah." Sambung Dom seenak dengkul nya."Kau bisa pikirkan kira-kira hukuman apa yang setingkat lebih tinggi dari pada sebuah ciuman." Ujar Dom sambil mengedipkan mata sebelah.Mendengar hal itu Jolie sontak
"Ayo masuk." Ajak Ethan ketika ia dan Adaline telah sampai di depan pintu kamar ibu nya Adaline."Sretttt.." Suara pintu yang terbuka dengan pelan."Tit... Tit...............Tit...............Tit............" Suara pertama yang Adaline dan Ethan dengar saat masuk ke dalam ruangan itu."Mommy masih belum sadar sayang?" tanya Adaline pada Ethan."Belum sayang. Mommy masih betah tidur dan masih belum mau membuka mata nya. Namun kau tidak perlu khawatir sayang, kondisi ibu hari ini jauh lebih baik dari kondisi Mommy sebelum nya." Papar Ethan."Kau lihat, mommy tidak perlu lagi menggunakan banyak alat seperti terakhir kali kita ke sini. Beberapa alat sudah tidak di pasang karena mommy memang sudah tidak memerlukan nya lagi." Jelas Ethan lagi."Syukur lah." Ucap Adaline lalu duduk di kursi yang berada di samping itbu nya.Adaline mengambil tangan sang ibu dan berkata,"moms, Adaline datang. Maaf Adaline tidak bisa menjenguk mommy sering-sering karena Adaline takut ada orang yang mengikuti Ad
Seperti apa yang di perkirakan oleh Ethan, Beldiq di periksa tidak hanya untuk kasus percobaan pembunuhan ibu nya Adaline tapi juga pembunuhan Tedi.Walaupun kedua orang yang dikira oleh Beldiq telah mati ternyata masih dalam keadaan hidup, Beldiq tetap diperiksa atas tuduhan penghilangan nyawa seseorang."Aku tidak akan bicara sampai pengacara ku datang." Ucap Beldiq dengan pongkah."Kau jangan membuat ku kehabisan kesabaran tuan Beldiq. Kau sudah menelpon lima orang untuk menjadi pengacara mu tapi kelima-lima nya mengundurkan diri. Tidak ada yang yang ingin menjadi pengacara mu. Dan kau sendiri pasti tahu kenapa hal ini bisa terjadi bukan?" Tekan Arnold.Beldiq tetap diam. Dia hanya menatap Arnold tanpa berkata apa-apa. Tapi ya begitu, tampang sombong nya tidak juga hilang."Aku akan bayar mahal untuk pergantian kamar sel ku. Aku ingin sel seperti yang ditempati oleh koruptor." Seru nya kemudian menyilang kan kaki nya di ruang pemeriksaan itu."Untuk calon terpidana mati seperti mu
Singkat cerita, Dom pun mengantarkan Jolie pulang. Setelah itu Dom tidak kembali lagi ke kediaman pribadi nya. Dia malah kembali ke tempat Ethan. Karena sejam lagi mereka akan melihat siaran langsung rumah Beldiq White di gerebek oleh polisi."Aku tidak boleh ketinggalan nonton bareng." seru nya sambil berlari menuju ke ruang tengah rumah Ethan dimana Ethan, Adaline dan Erlan sudah berada di sana menunggu detik-detik penggerebekan yang akan di siarkan secara langsung oleh Rery dari kediaman Beldiq."Aku belum terlambat kan?" Seru Dom sambil berlari dan begitu sampai di ruang tengah itu langsung mengambil posisi duduk di atas karpet padahal ketiga orang lain nya duduk di atas sofa."Loh? Kok duduk di bawah?" seru Adaline pada Dom."Sudah biarkan saja. Jiwa pembantu nya tidak akan bisa dirubah." Sarkas Ethan sambil tertawa."Terserah. Yang penting aku ingin melihat ini semua dari tempat ternyaman. Dan itu tidak lah di atas sofa." Jawab Dom asal."Kau dari mana Dom? Kenapa baru datang se