“Ethan…….?? Ethan……….?” Panggil Adaline berlari mengejar Ethan usai dia mengganti pakaian nya di kamar mandi.“Dia ini kenapa sih?? Sejak keluar dari kamar Mr. Sean tadi muka jadi jajar genjang gitu!!” Gerutu Adaline yang kesulitan mengejar Ethan dari belakang.Saat ini Ethan dan Adaline sudah persis lomba jalan cepat di parkiran itu.“Ethan!! hei kau itu kenapa? main pergi saja!” Adaline menarik tangan Ethan yang akhir nya bisa ia susul langkah kaki nya.Ethan melihat Adaline sebentar lalu menepis tangan Adaline.“Wah! Sudah kau sudah keterlaluan Emmanuel Ethan! memang nya apa salah ku hah?” Adaline menarik paksa tangan Ethan yang akan membuka pintu mobil.“Kau masih bertanya apa kesalahan mu Adaline White ?!” Dengus Ethan terlihat kesal.“Aku itu tidak tahu apa salah ku Ethan!! Maka nya aku tanya pada mu! Salah ku itu apa?? sampa-sampai kau marah-marah tidak jelas seperti ini setelah kita keluar dari kamar nya Mr. Sean!!" Seru Adaline.“Untuk apa tadi kau bersusah payah mengelap ker
Di kediaman keluarga Wong, Lian Wong saat ini sedang keluar karena suatu urusan yang berkaitan dengan sebuah bisnis yang di jalankan.Sehingga Liliana Wong adalah satu-satu nya keluarga Wong yang ada di dalam mansion besar itu. Sore itu Liliana sedang berjalan-jalan di halaman depan mansion itu, di temani oleh pengasuh putri nya."Amber masih belum kembali, Park?" tanya Liliana pada Park yang sedang mendorong kursi roda nya."Belum nyonya." Jawab Park pada Liliana."Dia pergi dengan Erlan kan?" Tanya Liliana lagi pada Park."Benar nyonya."Jawab Park kembali singkat."Park, kalau lah putra ku masih hidup, dia pastilah kurang lebih seusia Erlan saat ini."Saat mengatakan hal tersebut, Liliana tertunduk sedih. Dia yang baru saja keluar dari kamar putra nya, kembali teringat saat-saat sebelum kecelakaan itu.Liliana teringat kalau Ethan sedang tertawa sangat lepas karena banyolan yang keluar dari mulut ayah nya Ethan.Dan BbAaaaaaamMM..Tiba-tiba limosin mereka mengalami kecelakaan.Lilia
Sepulang nya dari rumah nya Amber Wong, Ethan memang lebih banyak diam. Dia sepertinya masih belum ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Adaline.Tapi Adaline tentu saja memaklumi hal ini. Adaline yakin setelah Ethan tenang dan merasa lebih ringan untuk menceritakan ini pasti Ethan akan cerita pada nya.So, Adaline mengatakan pada diri nya untuk bersabar."Sudah!! sana kamu mandi dulu! Udah jam tujuh malam!" Gerutu Adaline pada Ethan akhir nya."Apa? jam 7 malam?" seru Ethan kaget. Tidak menyangka kalau waktu akan berlalu begitu cepat hanya karena dia termenung memikirkan adik dan ibu nya.Ethan bahkan sampai lupa kalau dia ada janji dengan Dom malam ini.Hampir dua puluh menit Ethan di kamar mandi, dan selama itu pula handphone Ethan tidak berhenti-henti berbunyi.Awalnya Adaline mengacuhkan panggilan yang ternyata dari Dom itu. Tapi karena sudah berkali-kali berbunyi, akhir nya Adaline memutuskan untuk mengambil handphone Ethan dan mengantarkan nya pada Ethan yang sed
Untuk sesaat Scene pun berganti ke sebuah ruangan yang terlihat sangat amat mewah. Dimana terlihat Beldiq sedang berbicara dengan seseorang.Ya, disaat yang sama Beldiq sedang berada di kediamannya dan dia sedang bersama dengan seseorang yang merupakan atasannya- orang yang paling dia takuti."Berapa kali aku katakan pada mu Beldiq. Kau itu terlalu percaya diri dan sangat gegabah. Dan lihatlah hasil nya sekarang. Perusahan istri mu terlepas dari tangan mu." Ujar sang bos."Dan soal wartawan itu. Kau juga terlalu berlebihan. Kau berniat memutilasi tubuh kameramen nya dan mengirimkan video brutal itu pada si wartawan.. Ayo lah Beldiq! Apa karena kau semakin tua maka nya kau semakin tolol!" ejek nya blak-blakan pada Beldiq."Maafkan aku bos aku tidak akan mengulangi hal ini. Ke depan nya aku akan lebih berhati-hati."Beldiq terpaksa mengakui kesalaha nya pada pria yang tidak pernah dia lihat seperti apa wajah nya itu."Ini..!" pria itu melemparkan sebuah photo pada Beldiq."Kau harus ber
Setelah ngobrol panjang malam itu, Ethan pun memutuskan untuk mengakhiri obrolan mereka.“Rery, aku dan Dom yang akan menangkap pria yang mengirimi mu email ini. Jangan khawartir! Aku dan Dom akan membuat nya mengaku.” Ujar Ethan pada Rery.“Jadi kau tenang saja. Aku sudah tahu siapa orang nya. Kita tinggal karungkan saja." Tambah Ethan."Kau ini Ethan, main karungkan saja. Kau kira dia itu benda di masuk kan ke dalam karung." Timpal Dom.Dom melihat Ethan sambil tersenyum. Semenjak Ethan bersama Adaline memang banyak yang berubah dari Ethan. Contoh nya saja yang barusan."Kalau dia tidak mengaku maka akan ku buat dia benar-benaran menjadi benda. Benda yang mati pasti nya." Jawab Ethan santai, kemudian berdiri."Aku duluan.” Imbuh nya.“Dan Rery, selalu berhati-hati lah. Karena dengan membunuh kameramen diri mu, lalu mengirimi potongan tubuh nya serta memperlihatkan video itu pada mu, itu arti nya mereka tahu kalau kau sedang menyelidiki kasus ini." Ethan memperingatkan Rery."Kau t
Drrtttttttttttzzz...Drrtttttttttttzzz...Drrtttttttttttzzz...Handphone Ethan tidak henti-henti nya berbunyi pagi itu.“Sayang- seperti nya handphone mu bergetar.” Ujar Adaline dengan mata yang masih terpejam dalam pelukan Ethan di pagi itu.“Hmm biarkan saja.”Jawab Ethan antara sadar dan tidak sadar.“Bagaimana kalau itu penting!” Ujar Adaline pada Ethan.“Nanti saja sayang. Aku masih ngantuk.” Jawab Ethan menolak untuk melihat siapa yang menelpon nya sekali lagi.“Bagaimana kalau itu dari Mr. Sean.” Ucap Adaline yang langsung membuat Ethan bangun dan mengambil handphone nya.“Astaga! Begitu mendengar nama Mr. Sean, dia bahkan sampai lupa kalau aku ada dalam pelukan nya tadi.” Ucap Adaline sambil memegang kepala nya tiba-tiba bergeser posisi nya karena Ethan yang mendadak duduk.“Dom??” Seru Ethan ketika menerima panggilan itu.“Ethan! Mr. Sean telah sadar.” Lapor Dom.“Benar kah?”“Benar! Maaf aku baru memberi tahu mu! Aku buru-buru ke rumah sakit tadi begitu tahu akan hal ini.” Uj
Beberapa hari pun telah berlalu. Kini sudah tiba saat nya Ethan membawa Adaline bertemu dengan ibu Adaline.Ethan menyadari bahwa semenjak Adaline dan Ethan sibuk mengurusi segala hal mengenai ayah tiri Adaline, perusahaan, sindikat perdagangan obat- obatan terlarang hingga penyelamatan istri Mr. Sean, Ethan belum pernah sekali pun mengajak Adaline untuk mengunjungi ibu Adaline.Awal nya Ethan tidak ingin membawa Adaline mengunjungi ibu nya Adaline karena Ethan khawatir fokus Adaline akan terpecah. Apalagi kondisi ibu Adaline saat ini sangat memprihatinkan. Selang terpasang dimana - mana."Moms?" seru Adaline saat melihat kondisi sang ibu."Are you, oke?" tanya Ethan sambil memegang kedua bahu Adaline yang terlihat bergetar."Ya, I am oke!" jawab nya lemah."Sabar ya sayang." Sebut Ethan, kemudian menarik Adaline ke dalam pelukan nya."Ethan, my mom bisa kembali sehat kan?" tanya Adaline dengan mata berkaca-kaca."Kita semua akan berusaha supaya mommy kembali seperti dulu. Kau harus b
Adaline pun masuk ke dalam Jeep JL Wrangler Rubicon berwarna merah itu. Saat Adaline dan Ethan sudah berada di dalamnya, Adaline baru ngeh kalau ada kaca tipis yang membatasi kursi tempat dia dan duduk saat ini dengan kursi bagia depan (tempat supir).“Seingat ku, tadi tidak ada ini.” tanya Adaline, yang ingat betul kalau sewaktu dia duduk di depan tadi arah mereka ke rumah sakit, kaca ini benar-benar tidak ada. Tapi bagaimana bisa sekarang ada?“Sudah, tidak perlu dipikirkan!!” Seru Ethan sambil menekan salah satu tombol di jam tangan nya yang sesaat kemudian di ikuti oleh sebuah suara yang Adaline yakini itu adalah suara Jarvis.“System back, off! Automatical driver on."Kaca yang berwarna bening tadi langsung berubah hitam dan kursi yang di duduki oleh Adaline dan Ethan pun perlahan bergeser ke belakang." Ethan, apa yang terjadi?" kejut Adaline langsung memeluk tubuh Ethan.Ethan tersenyum lalu meraih dagu Adaline dan berkata," Jangan hiraukan hal yang terjadi, fokus saja dengan d
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
Setelah melalui sesi interogasi yang panjang dan sangat menegangkan akhir nya satu dari tiga pria yang datang untuk menghabisi nyawa Beldiq bersedia bekerja sama dengan polisi untuk menangkap bos besar mereka."Untung kau datang Rery!" Arnold menepuk pundak Reryd tiga kali. "Kalau tidak maka kita akan kesulitan menjalankan rencana kita selanjut nya." sambung Arnold.Rery auto melihat pada Ethan, Dom dan Erlan yang juga ada di sana. Dalam pikiran Rery tentu saja dia akan datang. Bahkan kalau jalanan macet sekalipun, dia akan terbang untuk bisa tetap sampai di kantor polisi.Sebab apa? sebab Rery sangat ingin bertemu dengan bos Beldiq yang Rery, Ethan serta teman-teman mereka lain nya sangka kalau bos yang di maksud oleh tiga orang pria tadi adalah Tedi- kameramen Rery yang ternyata belum mati itu.Karena menurut Roland si hacker yang mengirimkan video ke Rery, bos nya Beldiq adalah Tedi."Kita ikuti ketiga pria ini ke rumah bos mereka lalu kita ringkus." Ucap Arnold."Sesuai dengan ren
Seminggu pun berlalu tapi Beldiq masih tetap dalam diam nya. Dia tidak ingin memberikan pengakuan apapun terkait dengan kematian Tedi padahal semua bukti telah mengarah pada nya.Namun hal ini tidak serta merta membuat Lian Wong tenang. Dalam pikiran Lian Wong selama Beldiq masih di dalam penjara atau selamaa wartawan yang bernama Rery itu masih hidup maka hidup Lian Wong lah yang tidak akan pernah tenang."Aku tidak bisa menunggu lebih lama dari ini. Aku harus segera menyelesaikan hal ini. Beldiq tidak mungkin selama nya akan bungkam. Kalau dia sampai buka suara maka semua nya akan hancur." Pikir Lian Wong."Apalagi aku dari gelagat nya Mr. Fred seperti tidak bertindak apapun saat ini. Sial! Seharus nya aku juga menutup rapat identitas ku seperti Mr. Fred. Sehingga di saat-saat seperti ini aku tidak perlu takut untuk di tangkap oleh polisi." Ucap nya penuh umpatan.Lian Wong jadi panik sendiri. Dia paling tidak suka dalam situasi yang penuh ketidak pastiaan seperti saat ini."Dari pa
"DUAAAAAAR!!!"Mobil Rery terpelanting cukup tinggi akibat ledakan bom yang ada di bagian bawah mobil nya.Rery langsung terkejut melihat hal itu. Jujur saja, tubuh nya saat ini terasa sangat lemas.***Ledakan yang dasyat itu membuat semua orang di kantor polisi berhamburan keluar. Begitu juga dengan Arnold. Dia spontan berlari lebih kencang tanpa mematikan handphone nya yang masih tersambung tadi.Arnold takut terjadi sesuatu pada Rery. Namun syukur nya ternyata Rery tidak kenapa-napa. Arnold melihat Rery saat ini berdiri di pintu masuk kantor polisi."Syukur lah kau tidak kenapa-napa Rery! Aku sangat khawatir!" Seru Arnold, menepuk pelan pundak Rery."Tidak hanya kau, aku pun khawatir. Bagaimana kalau aku tidak memiliki firasat buruk tadi maka sudah pasti saat ini aku melihat mu sambil aku terbang ke atas sana, terbang sambil dada dada menuju syurga." Jawab nya sambil berseloroh."Mendengar mu sudah bisa berkata seperti itu, ku yakin sudah baik-baik saja. Ayo kita masu dan mengobro
Jolie yang tidak bisa berkata-kata itu hanya bisa diam menerima ciuman yang Dom berikan. Wajah nya merona dan kedua pipi nya terasa panas.Mata Jolie berkedip berkali-kali. Jolie tidak menyangka kalau ciuman pertama nya akan di ambil oleh pria yang paling ingin dia hindari dalam hidup nya ini.Rencana nya untuk membuat Dom kesal malah berujung menjadi sebuah first kiss bagi nya."Itu hukuman untuk mu yang sengaja membuat ku menunggu mu seperti orang bodoh di dalam sana." Ucap Dom sembari mengusap lembut bibir Jolie dengan jari nya."Jangan ulang lagi. Karena hukuman ku biasa nya berdasarkan tingkat akumulatif poin kesalahan. Dan sekarang kau sudah memiliki 5 poin kesalahan kalau kau berbuat kesalahan lagi maka poin mu akan bertambah. Dengan demikian, hukuman mu sudah pasti akan berubah." Sambung Dom seenak dengkul nya."Kau bisa pikirkan kira-kira hukuman apa yang setingkat lebih tinggi dari pada sebuah ciuman." Ujar Dom sambil mengedipkan mata sebelah.Mendengar hal itu Jolie sontak
"Ayo masuk." Ajak Ethan ketika ia dan Adaline telah sampai di depan pintu kamar ibu nya Adaline."Sretttt.." Suara pintu yang terbuka dengan pelan."Tit... Tit...............Tit...............Tit............" Suara pertama yang Adaline dan Ethan dengar saat masuk ke dalam ruangan itu."Mommy masih belum sadar sayang?" tanya Adaline pada Ethan."Belum sayang. Mommy masih betah tidur dan masih belum mau membuka mata nya. Namun kau tidak perlu khawatir sayang, kondisi ibu hari ini jauh lebih baik dari kondisi Mommy sebelum nya." Papar Ethan."Kau lihat, mommy tidak perlu lagi menggunakan banyak alat seperti terakhir kali kita ke sini. Beberapa alat sudah tidak di pasang karena mommy memang sudah tidak memerlukan nya lagi." Jelas Ethan lagi."Syukur lah." Ucap Adaline lalu duduk di kursi yang berada di samping itbu nya.Adaline mengambil tangan sang ibu dan berkata,"moms, Adaline datang. Maaf Adaline tidak bisa menjenguk mommy sering-sering karena Adaline takut ada orang yang mengikuti Ad
Seperti apa yang di perkirakan oleh Ethan, Beldiq di periksa tidak hanya untuk kasus percobaan pembunuhan ibu nya Adaline tapi juga pembunuhan Tedi.Walaupun kedua orang yang dikira oleh Beldiq telah mati ternyata masih dalam keadaan hidup, Beldiq tetap diperiksa atas tuduhan penghilangan nyawa seseorang."Aku tidak akan bicara sampai pengacara ku datang." Ucap Beldiq dengan pongkah."Kau jangan membuat ku kehabisan kesabaran tuan Beldiq. Kau sudah menelpon lima orang untuk menjadi pengacara mu tapi kelima-lima nya mengundurkan diri. Tidak ada yang yang ingin menjadi pengacara mu. Dan kau sendiri pasti tahu kenapa hal ini bisa terjadi bukan?" Tekan Arnold.Beldiq tetap diam. Dia hanya menatap Arnold tanpa berkata apa-apa. Tapi ya begitu, tampang sombong nya tidak juga hilang."Aku akan bayar mahal untuk pergantian kamar sel ku. Aku ingin sel seperti yang ditempati oleh koruptor." Seru nya kemudian menyilang kan kaki nya di ruang pemeriksaan itu."Untuk calon terpidana mati seperti mu
Singkat cerita, Dom pun mengantarkan Jolie pulang. Setelah itu Dom tidak kembali lagi ke kediaman pribadi nya. Dia malah kembali ke tempat Ethan. Karena sejam lagi mereka akan melihat siaran langsung rumah Beldiq White di gerebek oleh polisi."Aku tidak boleh ketinggalan nonton bareng." seru nya sambil berlari menuju ke ruang tengah rumah Ethan dimana Ethan, Adaline dan Erlan sudah berada di sana menunggu detik-detik penggerebekan yang akan di siarkan secara langsung oleh Rery dari kediaman Beldiq."Aku belum terlambat kan?" Seru Dom sambil berlari dan begitu sampai di ruang tengah itu langsung mengambil posisi duduk di atas karpet padahal ketiga orang lain nya duduk di atas sofa."Loh? Kok duduk di bawah?" seru Adaline pada Dom."Sudah biarkan saja. Jiwa pembantu nya tidak akan bisa dirubah." Sarkas Ethan sambil tertawa."Terserah. Yang penting aku ingin melihat ini semua dari tempat ternyaman. Dan itu tidak lah di atas sofa." Jawab Dom asal."Kau dari mana Dom? Kenapa baru datang se