Ssslllluuurrrrr!!!Belinda meluncur di atas jalanan sepi. Ia meliuk-liuk di antara lampu-lampu jalan, sedikit beraksi dengan meloncat di udara bersama skateboard-nya, juga menuruni undakan. Aksi gadis itu dengan skateboard-nya benar-benar benar-benar luar biasa.Dua kelompok mafia melakukan pertemuan di sebuah tempat sepi. Dua buah truk kontainer terparkir saling berhadapan dengan mesin masih menyala. Dua orang turun kemudian dari masing-masing truk. Mereka langsung dikawal oleh beberapa anak buah bersenjata api lengkap."Barangnya?" Tanya orang pertama."Tidak mau basa basi dulu?""Basa-basi? Lo pasti pernah mendengar istilah waktu adalah uang? Gue nggak punya waktu untuk ladeni basa-basi lo. Selesaikan segera!"Orang kedua tersenyum. Ia mengatungkan tangan. Anak buahnya datang memberikan koper terbuka yang berisi sabu-sabu."Ini contoh barangnya. Lo bisa ngecek kualitasnya. Sebenarnya formalitas aja. Karena barang dari Mata Iblis tidak perlu diragukan lagi."Orang pertama pun meng
Flashback"Kenapa Nyonya Jean ingin membunuh King Arsen?"Seolah masih tak percaya jika mamanya tega mengkhianati dirinya, terlebih berkhianat pada papanya sendiri, seseorang yang begitu setia mencintai Mrs. Jean Daneswara. Rupanya inilah balasan yang diberikan sang mama tercinta. Arsen mulai jatuh ke dalam lubang luka yang terbentuk pada permukaan hatinya."Kenapa? Gue tidak tau. Kenapa lo tidak tanya langsung padanya?"Antariksa melirik Galaksi dengan tatapan licik. Ia tahu sekarang posisinya tidak berdaya. Tapi, menyerah tanpa perlawanan benar-benar bukan gaya seorang Antariksa."Kenapa? Gue tidak tau. Kenapa lo tidak tanya langsung padanya?" Diam-diam Antariksa menghunus tusuk samggul di rambutnya. Menggenggam erat benda itu dengan tangan kirinya yang sekarang hanya tersisa satu."Sial! Ternyata kamu tidak banyak berguna Antariksa. Ingat, pengampunanku bergantung pada banyaknya informasi yang kamu berikan.""Tidak usah ngancem gue lagi Galaksi. Kalau gue tau gue pasti sudah ngasih
"Ah, sial! Sini kau Aurora." Galaksi meraih pinggang Aurora dengan cepat, memaksa gadis itu mendekat. Satu tangan Galaksi berada di belakang kepala Aurora, satu tangannya lagi mengungkung pinggang Aurora dengan lekat. Lalu Aurora melihat Galaksi menunduk."Galaksi lo mau apa? Jangan-jangan..."Galaksi semakin mendekatkan wajahnya, sekarang hanya menyisakan jarak beberapa sentimeter saja. Bahkan Aurora bisa merasakan hembusan nafas Galaksi. Aurora panik luar biasa. Jantungnya berdentam-dentak tak keruan.Cletakk!!!Aurora menyentil dahi Galaksi. Seketika laki-laki itu menghentikan aksinya."Mau apa lo Om Gala???" Aurora melotot."Mau menciummu, apa lagi?" Jawab Galaksi begitu polosnya."KKKKYYYYYAAAAAA!!! MULAI MESUM LO!!!"BBAAGGGHHH!!!BBBUUUGGGHHHH!!!Aurora menghantamkan tinjunya ke perut Galaksi sekaligus menendang tulang betisnya. Dua serangan telak sekaligus."AKKKKHHHH!!!"Galaksi tersuruk, ia meringis sembari memegangi perutnya. Belum juga lukanya sembuh sempurna. Sekarang mal
Seberapa kuat seseorang menahan sakit jiwa dan raganya sekaligus? Kebanyakan orang tidak kuat. Mereka akan takluk dalam genggaman rasa sakit. Berakhir meninggalkan dunia atau di rumah sakit jiwa. Beberapa orang yang sedikit jumlahnya menjadi pemenang dari rasa sakit itu. Mereka bertahan dan melewati semuanya meskipun saat tiba digaris terakhir perjuangan mereka dalam kondisi berdarah-darah.Belinda mungkin menjadi satu dari sedikitnya orang yang bertahan digempur rasa sakit jiwa dan raga. Dari tiga pengguna IWS, Belinda adalah seseorang yang sudah memiliki IWS di tubuhnya sejak dari ia bayi. Mengapa bisa demikian?Itu karena Belinda memiliki tubuh yang luar biasa hebat. Belinda adalah satu dari ratusan bayi yang menjadi objek uji coba penanaman IWS secara rahasia oleh salah satu rumah sakit kecil di pinggiran pulau pertama. Ia melewati serangkaian rasa sakit di tubuhnya. Bayi yang masih merah dan tak berdaya itu menangis bukan karena lapar, menangis bukan karena haus, ia menangis kare
Blam!Galaksi membanting pintu. Ia melangkah keluar rumah."Gala!" Aurora mengejar. Seketika Galaksi berhenti."Gala, gue mau ngom-ehhh???"Galaksi main tarik tangan Aurora. Ia mengajak gadis itu masuk mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah Amung."Kita mau kemana?" Tanya Aurora."Kemana aja asal nggak di rumah. Bosen diajak bertengkar Belinda terus.""Cciieee... Yang lagi kesel. Ati-ati loh Gal. Kesel-kesel nanti jodoh." Aurora meledek."Kenapa aku harus berjodoh dengan Belinda jika ada kau dihidupku?""Ahaha... Ya, kan jodoh siapa tahu.""Kau rela aku berjodoh dengan Belinda?""Ehhh??? Kok..." Aurora gelagapan. "Hmmm... Nggak juga sih."Diam-diam Galaksi menyunggingkan senyuman tipis."Gal, gue mau ngomong sama lo.""Apa? Soal perasaanmu? Aku sudah tahu."Aurora mencubit bahu Galaksi."Ouch! Kalo bercanda jangan main tangan kenapa sih Ra? Remuk tubuhku lama-lama kalo sama kamu.""Lagian lo ngapain pake ngomong kayak gitu sih?""Ya, kenapa?""Serius dulu napa?""Iya, deh. Serius nih.
"Ra, kamu pakai saja bajuku untuk ganti. Kau bisa kedinginan jika basah kuyup seperti itu." Galaksi memberikan koas kering miliknya yang tersedia di dalam mobil."Lo sendiri gimana? Luka di pinggang lo bisa ikutan basah loh.""Lukaku sudah sembuh." Galaksi memang tidak berbohong. Seperti kata Bu Sukma bahwa pengguna IWS bisa beregenerasi dengan cepat karena tubuh mereka bukan lagi manusia sepenuhnya tapi setengah robot."Lo yakin?"Galaksi mengangguk."Tutup pintu mobilnya jika ganti baju. Aku tinggal dulu."Galaksi sudah pergi sebelum Aurora sempat bertanya hendak kemana. Rupanya tepat di seberang taman ada sebuah kedai ayam goreng. Kesanalah Galaksi menuju. Galaksi berinisiatif membeli makanan untuk dibawa pulang. Biar bagaimanapun ia tadi pergi setelah mengacaukan acara makan bersama yang belum selesai. Semoga yang dilakukan sekarang bisa menebus perbuatannya tadi."Mau pesan apa Dek?" Tanya penjual ramah."Paket ayam goreng komplit untuk lima porsi.""Baik, silahkan ditunggu ya. P
"Galaksi tunggu dulu. Jangan gegabah. Belum tentu juga kan Bu Sukma ikut terlibat dalam rencana ini!"BBBRAAAKKKK!!!Galaksi mendendang daun pintu hingga terjeblak terbuka. Semua orang yang ada di dalam rumah menoleh dengan terkejut. Galaksi melangkah masuk. Matanya sudah berubah biru. Ia mengacungkan tangan kanannya ke arah Bu Sukma."Galaksi tunggu!!!"Aurora berusaha meraih tangan Galaksi tapi laki-laki itu menepis dengan kasar."Minggir!!!""Galaksi berpikirlah jernih!!!""Dari awal aku sudah curiga jika klan Demario dalang di balik konspirasi negara Erenda Raya. Sekarang apa yang menjadi kecurigaanku benar-benar terbukti. Kau benar-benar tidak bisa dipercaya."Bu Sukma dan semua orang hanya bisa mengerutkan keningnya. Galaksi yang datang dengan marah-marah. Mereka benar-benar tidak paham apa yang sedang terjadi pada Galaksi."Galaksi...""Minggir Ra!!!"Galaksi benar-benar tidak dapat dihentikan lagi. Ia marah besar. Masalahnya kekuatan IWS akan meningkat berkali-kali lipat keti
Esok harinya Galaksi masih bergelung di dalam selimut meskipun hari sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tak ada yang berani untuk membangunkan mengingat bagaimana temperamentalnya Galaksi. Bisa-bisa hanya jadi penyakit jika Galaksi tidak berkenan."Hoaammm..." Galaksi mengeliat sambil merubah posisi tidurnya menjadi miring. Ia membuka kelopak matanya yang terpejam. Seketika..."WASTAGA!!!" Galaksi melompat dari posisi tidurnya. Ia langsung berdiri tegak di atas ranjang. Siapa yang tak kaget ketika tidur sendirian tapi bangun-bangun ada wajah nyengir tepat di depan matamu. Dan itu posisinya masih belum bangun sepenuhnya."Yo! Selamat pagi Galak!" Aurora melambaikan tangannya."Aduh..." Galaksi memegangi kepalanya. Rasanya langsung pusing ketika bangun dalam keadaan kaget."Aurora?" Tanya Galaksi tak percaya. Apa mungkin dia masih bermimpi?Galaksi duduk bersender pada kepala ranjang dengan lesu. Berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih kocar-kacir karena kaget. Kemudian ketika kesad