Kyai Lukman terus menggeleng-gelengkan kepalanya, biasanya dia hanya mendengar cerita-cerita dari masyarakat dusun tentang makhluk astral dan dia tidak menanggapinya. Makhluk itu benar ada tetapi mereka berada di dunia yang berbeda dengan manusia, mereka punya kehidupan sendiri tetapi untuk sampai berbaur dengan manusia barusan di dengar Kyai sekarang dan anehnya lagi sampai memiliki anak."Ini bukan sekedar cerita khayalan guru, ini kenyataan yang ada. Dan sekarang apa yang akan guru lakukan pada Nathan, sepertinya dia mendapat serangan dari makhluk yang tak terlihat itu," ucap Badar."Walau terdengar bagaikan cerita dongeng, tapi sebaiknya kita masuk lagi ke dalam untuk memastikan bagaimana kondisi anak itu."Badar dan Kyai Lukman berdiri bersamaan, mereka membuka pintu dengan perlahan dan menutupnya kembali. "Kalian belum tidur ?" tegur Badar saat melihat Nela, Linda dan Rafik yang masih terus berbincang."Ini ayah, Nela katanya melihat kelelawar besar bertengger di jendela, padah
Entah ada kisah apa antara Lady Sina dan Raja tak pernah ada yang tau, yang diketahui oleh penduduk Kerajaan Goro turun temurun jika Lady Sina adalah dayang terbaik, tercantik dan awet muda dari seluruh dayang di istana. Semua penghuni istana tahu jika Lady Sina adalah dayang kepercayaan Raja dan permaisuri. Bahkan saat Raja mandi saja, Lady Sina yang menyiapkan semua air kembang yang akan di pakai Raja. Begitu pula pakaiannya, tak akan ada yang menyangka jika sekarang Lady Sina sedang berupaya membunuh cucu Raja. Telinga Lady Sina berdenging pertanda ada panggilan mendesak dari istana. Tanpa pikir panjang Lady Sina segera keluar dari biliknya. Dia melirik sebentar ke arah Rully yang tertidur lelap kemudian dia menghilang."Hamba datang menghadap paduka," ucap Lady Sina sambil membungkuk memberi hormat ketika dia sudah tiba di hadapan Raja."Hmm mendekatlah."Lady Sina dengan patuh menghampiri Raja, di sebelah Raja, Ratu duduk dengan anggunnya. Matanya menatap Lady Sina tak berkedip.
Permaisuri tahu persis apa yang terjadi kala itu, dia yang hanya seorang gadis biasa terlahir cantik namun tak beruntung karena orang tuanya hanyalah petani biasa. Sampai suatu ketika Putera Mahkota kerajaan Goro pergi berperang. Demi untuk melupakan rasa bersalahnya pada kekasihnya Lady San dia sengaja memimpin pasukan dan berharap terbunuh di medan perang.Nasib baik masih berpihak padanya, saat dia terluka dia diselamatkan oleh seorang gadis yang sangat cantik jelita. Disitulah awal perkenalan Raja dan permaisurinya yang sekarang. Raja jatuh cinta lagi dan berhasil melupakan kekasihnya yang sudah meninggal dunia. Kala itu Ratu Goro ibunda Raja Goro yang sekarang, dia tau bagaimana hati anaknya, akhirnya menyetujui pernikahan putranya dengan gadis cantik itu. Dari penikahan itu lahirlah puteri sulung Raja yang di beri nama Sahara, putera keduanya diberi nama Abilon dan puteri ketiga diberi nama Kalina. Pernikahan mereka sangat bahagia, Raja.bahkan tak lagi memikirkan rasa bersalahn
Lady Sina tak menyangka dia bertemu dengan Nela, padahal dia sudah mengirimkan angin agar membuat orang tertidur. Saat ini dia berharap Nela tak mengenalinya, tapi dia salah ternyata Nela masih mengingatnya. Dan ini menjadi tidak aman baginya. Kesalahan terbesarnya dia hanya menyamar menggunakan baju perawat tetapi tidak menyamarkan wajahnya.Nela sendiri duduk diam di kursi, dia mencoba memahami keadaan. Dia mencoba membawa kembali pikirannya ke dunia lain. Dia ingat wanita itu yang membantunya kembali ke dunia manusia. Dia adalah teman Nathan namun mengapa wanita itu terlihat mencurigakan ? Nela terus berpikir keras sampai ketika terdengar azan subuh berkumandang. Kyai Lukman menggeliat dia terbangun, dia terkejut saat melihat Nela yang tertidur di kursi di samping ranjang pasien, tapi karena waktunya sholat dia membiarkannya. Setelah Kyai selesai menunaikan sholat, satu persatu bangun, Rafik lebih dulu bangun kemudian disusul Linda."Nela bangun nak, kenapa tidur di kursi ?" pak
Nathan merasa ada yang tak beres ketika dia mendengar nama Lady Sina disebut. Walau masih sedikit pusing tetapi dia ingin tahu mengapa Nela menyebut nama itu. Seingatnya tak ada yang memiliki nama itu di sini, Nathan harus tahu ada apa, mungkinkah Lady Sina diperintahkan Raja untuk menolongnya ? Nathan sarapan bubur yang sudah diantarkan oleh petugas lalu meminum obat yang telah di resepkan dokter kemudian berbaring kembali. "Bisakah kalian mengatakan padaku apa yang barusan kalian bicarakan ?" pinta Nathan dengan pelan. Nela dan paman Badar saling memandang satu sama lain, Kyai Lukman hanya diam karena diapun ingin mendengarkan cerita yang sesungguhnya. Cukup menarik dan harus dicarikan jalan keluarnya agar tidak semakin membingungkan. "Mungkin aku masih terbawa dengan suasana kak, seperempat malam yang lalu aku melihat Lady Sina datang hendak menyuntikmu dengan sesuatu yang menurutku itu sangat membahayakan nyawamu," ucap Nela. Nathan terdiam saat mendengar cerita Nela, dia men
Nathan bergerak dengan gelisah, dia tak tahu mengapa Dewi memutuskan sambungan telepatinya begitu saja. Dia menengok ke kiri dan kanan, dilihatnya paman Badar dan Kyai sedang duduk membicarakan sesuatu dengan serius. Di sudut kanan Nela dan Linda sedang berbincang dan bersenda gurau dengan Rafik.Nathan mencoba berkonsentrasi untuk menghubungi salah seorang di dunia lain. Dalam upayanya itu dia melihat sebuah bayangan hitam berkelebat dari satu pohon ke pohon yang lain. Pohon-pohon itu berada di hutan lindung. Nathan merasa was-was, tidak seperti biasanya dia khawatir seperti itu.Sementara itu Lady Sina kini berada di ruang khusus Ruly. Untuk sementara dia tinggal di sana sampai tugasnya selesai. Hidup atau mati dia tetap akan melaporkan kondisi Nathan pada Raja."Apa yang kau pikirkan sayang ?" tanya Rully saat melihat kemurungan Lady Sina."Tidak ada, aku hanya merasa gerah mengurung diri di dalam kamar seperti ini, aku ingin sepertimu bisa bergerak kesana sini di duniamu," jawab L
Rully tertegun saat kekasihnya menghilang, dia membuka pintu perlahan lalu keluar. Dilihatnya Ningsih sedang membaca koran dan ketika melihatnya Ningsih segera meletakkan koran itu dan menyambutnya. Rully hanya menghempaskan tubuhnya di sofa tanpa sedikitpun menatap Ningsih.Lady Sina melihat semuanya, dia belum pergi dari rumah itu sampai dia tahu apa yang akan di lakukan Rully pada ibu sambungnya Nathan. Namun telinganya berdenging pertanda ada situasi darurat yang membuatnya harus segera pergi dari rumah itu. Dengan perasaan mendongkol dia melesat pergi menemui kelelawar yang memanggilnya tiba-tiba.Ningsih menghampiri Rully dan bergelayut manja di lengan pria kekar itu. Aroma parfum yang memikat menghadirkan sensasi aneh pada tubuh Rully sehingga membuatnya sedikit bereaksi tatkala Ningsih berusaha menciumnya."Jangan disini, ayo kita ke kamar," ajak Rully lalu menggandeng tangan Ningsih menuju kamar utama.Ningsih tahu apa yang di inginkan Rully, dia pura-pura merajuk tatkala Rul
Suasana terasa hening, baik paman Badar maupun Kyai Lukman saling memandang satu sama lain. Rafik dan Linda berhenti membaca Alqur'an."Kenapa berhent ? Baca terus!" Suara Nela begitu tegas bagai mengandung magnet sehingga kedua temannya itu kembali melanjutkan bacaannya.Kyai Lukman meraih pergelangan kaki Nathan namun Nela mendorongnya."Jangan mendekat!" ancam Nela.Dia berbisik ke telinga Nathan."Kakak bangunlah! jangan tidur, bantu aku!"Paman Badar kebingungan, dia meminta maaf pada Kyai Lukman atas perlakuan buruk Nela. Nathan mendengar apa yang di katakan Nela namun dia sulit bergerak, tubuhnya seakan terkunci bahkan matanya sulit untuk di buka. Ketika Kyai Lukman hendak menyentuh kaki Nathan lagi, Nela bereaksi dengan keras. Dia menunjuk sang Kyai lalu mengayunkan tasbihnya, yang membuat Badar tersadar gurunya itu terpental ke belakang, padahal Nela hanya mengayunkan tasbihnya.Badar mulai merinding, dia terus berzikir di dalam hati lalu sebisa mungkin mengambil ponsel di
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela