Seluruh Negeri sedang berduka, mangkatnya Raja membawa kesedihan yang mendalam bagi seluruh penghuni istana, namun rakyatnya malah bersuka ria mendengarnya. Raja yang mereka kenal sangat kejam itu akhirnya pergi juga untuk selama-lamanya. Kondisi ini dimanfaatkan Melati dan Nela untuk menyusun rencana pelariannya. "Aku tak jadi ikut denganmu, maafkan aku !" ucap Melati."Kenapa ? Bukankah ini adalah kesempatan terbaik bagi kita untuk melarikan diri ?""Awalnya aku ingin pergi denganmu, tapi tahukah kau siapa calon suami puteri Balqis ?""Siapapun calon suaminya, bukankah tak ada hubungannya denganmu ? Ayolah, Istana sedang berduka. Katamu kau telah menemukan jalan keluar dari kerajaan ini.""Namanya Rendy, dia dulu tunanganku. Aku menyadarinya kini, jika dia mencampakkan aku karena puteri Balqis. Tapi kau jangan khawatir, aku akan membantu proses pelarianmu."Nela terdiam beberapa saat, "Jika kau terus bertahan disini, bukankah itu akan sangat menyakitkan bagimu menyaksikan kebahagia
Melati menimbang-nimbang apa yang di katakan Nela padanya. Suasana berkabung selama seminggu, jadi kesempatan mereka satu-satunya hanya dalam seminggu.Sementara itu Rendy berjalan-jalan seorang diri di seputar istana, tak sengaja dia bertemu Melati bersama dayangnya yang hendak kembali ke kediamannya."Apa kabar Melati ?" sapa Rendy.Dayang yang bersama Melati terkejut, apakah mereka saling mengenal ? Ia lalu teringat jika mereka berdua adalah manusia. Pantas saja sikap calon suami puteri Balqis seperti itu. Batinnya."Seperti yang kau lihat, tapi setidaknya kita perlu menjaga jarak karena aku calon kakak iparmu," jawab Melati ketus. Lalu mengajak dayangnya segera pergi."Tunggu Melati!""Ada apa lagi ? Ingat di antara kita tidak ada hubungan apapun lagi. Aku adalah calon permaisuri kerajaan ini. Camkan itu !" Geram Melati. Kebenciannya karena di campakkan dulu, membuatnya bersikap kasar seperti ini. Rendy tertegun dan hanya bisa menatap punggung wanita yang pernah mengisi relung ha
Seperti janijnya semalam, Lady Sina duduk di bawah pohon rindang, dia merubah dirinya menjadi daun kering yang jatuh tertiup angin di bawah pohon. Semilir angin sepoi-sepoi menambah suasana pagi ini begitu sejuknya."Aku di bawah pohon.""Puteri pergi ke tempat pemandian kan ? Aku mau duduk sebentar di bawah pohon itu, beri kode jika seseorang datang ya ?" Pesan Nathan pada Dirga.Nathan setengah berlari duduk di bawah pohon seakan hendak menghilangkan rasa lelah. Dia mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Lady Sina."Lalu bagaimana dengan rencana puteri Balqis ?""Serahkan padaku, aku akan pergi ke kediaman Melati."Dirga terlambat memberitahu, tiba-tiba nenek Kolona berdiri di hadapan Nathan."Apa yang kau lakukan di sini ? Jika tak bisa jadi pengawal segera mengundurkan diri saja."Nathan pucat bukan karena takut di pecat, dia takut Lady Sina masih berada di sebelahnya. Lady Sina pun tak kalah terkejutnya. Nathan segera berdiri dan berusaha menutupi keberadaan daun kering
Keadaan istana pada malam hari sangat lengang, yang terlihat para prajurit sedang berpatroli. Dayang Nina membawa sebuah bingkisan untuk Nela. Karena hanya seorang dayang, pengawal membiarkannya masuk.Lady Sina menunggu dayang dari dapur istana melewati pohon. Seperti biasa dia akan masuk ke dalam tubuh dayang Kunti.Nenek Kolona mengamati semua pergerakan yang terjadi di gedung putih. Nathan berdiri di samping gedung dengan perasaan was-was. Dia terus berdoa di dalam hati agar rencana malam ini berhasil. Nela harus kembali ke dunia manusia. Nathan sudah memperkirakan jika di dunia sana pasti waktunya sudah berbulan-bulan. Kasihan adiknya tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah ini.Dayang Kunti membisikkan sesuatu, Nela masuk ke dalam kamar bersama dayang Nina sambil membawa makanannya ke dalam kamar. Pengawal wanita hanya mengangkat bahu, karena Nela sering membawa makanannya ke dalam kamar. Lady Sina keluar dari tubuh dayang Kunti dan masuk ke dalam makanan."Tutuplah mata ka
Di dunia manusia waktu sudah menjelang siang, seorang gadis dengan topeng tipis turun dari gunung dan masuk ke sebuah desa. Gadis itu melihat seorang wanita yang sedang bergegas."Maaf bu, boleh tau ini desa apa ?"Karena buru-buru ibu itu tak melihat lagi wajah gadis itu dan pakaian yang dia kenakan."Desa Bulan!""Terima kasih!"Gadis yang tak lain adalah Nela itu merasa lega. Kalau dia tidak salah ingat, desa Bulan adalah desanya Linda. Dia ingin bertemu dengan Linda, mau menelpon sayangnya dia tidak tahu nomor ponsel Linda. Jalan satu-satunya hanyalah bertanya dimana rumah Linda. Nela merasa sangat lapar, dia harus bisa bertemu Linda. Untuk keamanannya dia harus memakai topeng tipis ini. Topengnya tidak terlalu buruk, orang hanya akan mengira dirinya adalah gadis dusun.Nela melihat sebuah warung dan mendekatinya."Selamat siang bu, rumahnya Linda Pratiwi dimana ya bu ?""Anaknya ustad Thohir itu ya ?" ibu pemilik warung balik bertanya."Iya benar bu," Nela ingat jika Linda perna
Linda menatap Nela yang tidur dengan memakai topengnya, dia ingin tahu petualangan apa yang telah di alami sahabatnya ini. Melihat pakaian p00yang dikenakan Nela saat masuk ke rumahnya, membuatnya berpikir keras.Lalu terdengarlah salam, Linda sudah menduga itu paman Badar. Linda melongok dari pintu kamar. Terlihat paman Badar sudah duduk di temani ayahnya. Sepertinya mereka sudah saling kenal. Linda lalu keluar dari kamarnya dan menjabat tangan paman Badar."Apa itu temanmu Nela yang sering kau ceritakan ? Melihat wajahnya sangat kusut begitu dia harusnya butuh pendampingan." ucap Ustad Thohir.Linda menatap wajah paman Badar, dia lupa memberitahu jika ayahnya tak mengetahui Nela. Tapi semua sudah terjadi. Tak perlu ada yang di sembunyikan. Benar kata ayahnya, Nela butuh pendampingan psikologis.Sementara itu setelah memastikan Nela bertemu sahabatnya, Lady Sina kembali ke penginapan. Disana pasukan bayangan menunggunya sampai tertidur. Lady Sina membiarkan mereka tidur, dia lalu meng
"Namanya Sonu Batista," Nela memulai ceritanya."Apa ?" Linda terkejut."Dia adalah teman sekolah kami, tak ada yang tau jika dia adalah makhluk astral berasal dari sebuah kerajaan di dunianya. Dia adalah Putera Mahkota kerajaan Bilu."Linda terlihat menganga, jika dia tak melihat Batista maka dia akan mengatakan jika Nela hanya berhalusinasi. Ayahnya menggerakkan tangannya agar dia tak bersuara dan membiarkan Nela melanjutkan ceritanya."Batista menikah dengan seorang wanita entah berasal dari mana, namanya Melati," saat menyebutkan nama Melati raut wajahnya terlihat sangat sedih."Dia itu manusia tapi sudah terjebak di sana. Aku di culik karena Batista ingin menjadikan aku permaisuri. Awalnya saat aku bangun kulihat semua itu hanyalah hutan belantara, aku sangat ketakutan. Namun kemudian Batista datang dan menyinari mataku dengan cahaya seperti senter kecil, setelah itu aku melihat jika tempat penyekapanku adalah sebuah gedung yang mereka namai gedung putih, terdapat sebuah kamar, ka
Nela sedang dalam proses terapi Ruqyah selama seminggu penuh, dia tak di izinkan keluar rumah, Badar selalu datang setiap waktu menjenguk Nela.Rumah Nela di Griya Mandiri untuk sementara di tempatii anak laki-lakinya karena Nita dan Giri sibuk mengurus rumah dan sawah milik Nathan. Lain lagi dengan Ningsih, selama enam bulan ini dia sibuk mempercantik diri, dia pelan-pelan mulai melupakan rencana aksi balas dendamnya, apalagi sudah enam bulan ini dia tak melihat Nela dan Nathan.Di dunia lain Nathan terbangun, dia dan Dirga bergantian tidur, rasanya dia ingin segera pergi dari sini."Sekarang giliranmu tidur," bisiknya pada Dirga. Penjaga yang lain melakukan hal yang sama seperti mereka, tidur bergantian. Jika prajurit yang berpatroli lewat, maka mereka akan berdiri melindungi temannya yang sedang tidur.Nathan mendengar suara Lady Sina, dia berdiri dan memandang sekeliling."Pangeran, hamba akan kembali ke kerajaan Goro, tugas hamba di sini telah selesai. Hamba akan membawa beberap
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela