Ramai, itulah yang bisa Winter dengar dan Winter lihat sekarang. Kini Winter berdiri di depan ruangan besar tempat berkumpulnya orang-orang yang akan melakukan audisi ratu sekolah. Mereka terlihat gugup dan was-was karena hasil mereka lolos atau tidak akan langsung muncul di layar dan di saksikan semua orang. Tidak ada satupun dari mereka yang berlatih untuk menunjukan bakat mereka, mereka lebih banyak mencatat dan memegang buku karena syarat pertama menjadi ratu sekolah adalah kecerdasan, di audisi kedua harus menunjukan bakat, dan di audisi ketiga harus menunjukan kecantikan. Itulah tiga standar yang di cari untuk menjadi ratu sekolah. Kehadiran Winter ke depan ruang persiapan audisi menyita perhatian banyak gadis, mereka langsung mencemooh Winter hanya dengan tatapan mereka. Winter menyadarinya, namun dia tidak mempedulikannya. Begitu banyak gadis cantik dan populer di dalam ruangan, mereka terlihat cukup percaya diri karena akan ada banyak memilih mereka karena sudah memi
Langkah Winter terhenti di sisi tirai. Gadis itu tertunduk menatap lantai yang di pijaknya. Untuk sesaat Winter terdiam di kegelapan, merasakan keringat dingin di telapak tangannya karena kegugupan yang kian meningkat. Detak jantung Winter bergerak cepat menciptakan sensasi dingin dan keringat di kepalanya. Trauma masa lalu jiwa Kimberly akan kamera dan perhatian banyak orang yang menilai ternyata masaih memiliki penaruh yang sangat besar. Kimberly sangat gugup ketakutan tampil di hadapan umum. Terakhir kali dia tampil di depan umum, banyak orang yang mencacinya dan ingin menghajar dirinya seakan ingin membunuh dirinya dan menganggap Kimberly tidak layak hidup di dunia ini. Jiwa Kimberly khawatir jika orang-orang akan menghajar dan mencacinya nanti di panggung sama seperti apa yang telah terjadi padanya di kehidupan sebelumnya. Dengan susah payah Winter mengatur napasnya dan memejamkan matanya untuk mengambil ketenangan. Perlahan Winter kembali membuka matanya, menatap lurus ke
“Kualitas apa yang kamu miliki?” tanya Jay lagi dengan menjebak.Kali ini Winter di buat diam, jiwa Kimberly tidak tahu apa kualitas yang ada pada diri seorang Winter Benjamin karena jiwa Kimberly belum benar-benar mengenalnya.“Saya tidak bisa menjawabnya,” jawab Winter dengan jujur.“Kenapa?”“Karena saya ingin, saat saya berdiri di sini sekarang, Anda melihat saya seperti ulat yang sering di hina dan di jauhi karena terlihat buruk. Jika Anda memberi saya kesempatan untuk lolos, saya akan memastikan apa yang Anda lihat nanti bukan lagi seekor ulat yang sering di hina dan di jauhi, tapi Anda akan melihat kupu-kupu cantik yang bisa terbang dengan sayap indahnya.”Semua orang yang berada di gedung terdiam, begitu pula dengan Jay yang perlahan tersenyum mendengar jawaban Winter. Orang-orang yang menonton ikut menilai jawaban Winter.Marvelo yang semula sangat resah pada akhirnya bisa tersenyum. Jawaban Winter akan menimbulkan rasa penasaran semua orang untuk melihat nanti dia akan menu
“Di tahun 30an dunia mengalami krisis ekonomi yang cukup parah, krisis parah itu bisa di sebut masa The Great Depression. The Great Depression adalah depresi ekonomi di mana terjadi penurunan tingkat ekonomi secara drastis di seluruh dunia dan itu berlangsung selama 10 tahun.” Winter berhenti berbicara dan memperhatikan semua orang yang kini memperhatikan dirinya. Winter meremas kuat sisi roknya sebelum kembali berbicara.“Akibat dari krisis ekonomi yang sangat besar-besaran ini. Dunia mode juga terkena dampak besar dalam penurunan kualitas material. Perbedaaan fashion antara kelas atas dan menengah menjadi melebur, fashion mereka menjadi terlihat sama rata. Hal ini di karenakan, para desainer mulai menghilangkan ornament dan dekoratif yang mahal pada pakaian mewah para orang-orang kaya. Dan, karena krisis ekonomi ini, kebanyakan orang hanya mampu membeli pakaian dengan bahan yang murah dengan gaya minimalis agar menghemat bahan. Karena itu, terbentuklah gaya pakaian seperti ini.”Su
“Madam, apakah menjadi korban bully banyak orang adalah sebuah rumor yang buruk bagi korban bully? Apakah Anda menganggap orang yang pernah menjadi korban bully itu memiliki catatan hitam? Bagaimana dengan sang pelaku bully? Anda ingin menamainya apa?.” Pertanyaan balik Winter membuat madam Valleria langsung menjauhkan diri dari microfon dan mematikannya, madam Valleria langsung menekan tombol merah sebagai tanda penolakan atas audisi Winter. Semua orang cukup di buat kaget karena madam Valleria mengambil keputusan sebelum di minta. Akan tetapi keputusan tergesa madam Valleria membuat banyak orang berpikir bahwa tidak sepatutnya dia bersikap buruk padahal dia seorang guru attitude. Apa yang madam Valleria lakukan membuat banyak murid dan guru yang menonton menganggap jika madam Valleria tidak memiliki rasa belas kasih sayang yang adil pada muridnya dan tidak menghormati Winter sebagai sesama wanita. Sikap angkuh madam Valleria hanya membuat dia tidak mendapatkan rasa hormat lagi d
Brakk! Suara bantingan pintu terdengar cukup keras hingga meninggalkan dengingan di lorong. Paula memasuki sebuah ruangan kosong dengan mata memerah menahan tangisan yang begitu kuat mendesaknya. Suara pengumuman Winter lolos audisi terdengar di mana-mana seperti sebuah terror yang begitu menakutkan bagi Paula. “Arght!” erang Paula meledak-ledak begitu marah usai melihat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. Paula sangat marah karena Winter menjadi pusat perhatian banyak orang dan berhasil memutar balikan penilaian orang-orang hanya dengan satu kali tampil. Susah payah Paula membentuk karakter Winter menjadi buruk dan menjadi pusat kebencian semua orang, namun dengan mudahnya Winter menghancurkan itu semua. Hati Paula memanas, amarah yang tidak terkendali membuat dia mengambil bangku dan melemparnya dengan keras. “Winter sialan! Seharusnya aku yang ada di sana! Seharusnya tidak seperti ini. Ini tidak adil!” teriak Paula kian marah. Paula bernapas dengan cepat, gadis itu ter
Dalam lorong yang cerah, dinding-dinding kaca besar dan indah membuat sinar matahari menerangi setiap sudut ruangan. Marius menggerakan kursi rodanya dan berjalan sendirian. Pria itu mengenakan pakaian yang formal sore ini, namun ekspresi di wajahnya terlihat tegang terlihat tidak begitu terlepas seperti biasanya. Marius menegakan punggungnya begitu dia sampai di depan pintu besar yang langsung di sambut oleh dua orang sekretaris yang terlihat sangat mengenali dirinya. Kedua sekretaris itu langsung membungkuk memberi hormat melihat kedatangan Marius dan segera membantu membuka pintu. Marius tetap menunjukan ekspresi dinginnya yang tidak terbaca. Kursi roda yang di dudukinya bergerak melewati pintu, Marius masuk ke dalam sebuah ruang besar yang menjadi ruangan kerja. Kedatang Marius ke ruangan itu membuat Levon, ayahnya Marius yang semula sibuk berbicara dengan seseorang di handpone langsung mengakhiri perbincangannya. Tanpa memberi salam, Marius menggerakan kursi rodanya lagi dan
Dalam kesunyian Marius bergerak dengan kursi rodanya, sorot matanya yang dingin menyimpan segunung cerita yang hanya bisa dia simpan di dalam hatinya. Marius datang menemui Levon karena dia pikir hanya mereka berdua yang akan berbicara serius setelah sekian lama tidak saling menyapa, namun apa yang Marius harapkan tidak terjadi. Kehadiran Marius di perusahaan mencuri perhatian beberapa orang yang mengenalnya, namun pria itu tidak membiarkan siapapun berani mendekatinya. Marius sibuk dengan dunianya dan bergelut dengan kemarahan-kemaraan yang membuat dia semakin muak untuk berada di perusahaan, tempat yang dulu begitu sangat dia banggakan. Kini kebanggan itu sudah hilang seperti bayangan yang berada dalam kegelapan. “Marius” panggil Sean dengan cukup keras. Sean berjalan dengan cepat mengejar kepergian Marius yang tetap bergerak menjauh. “Marius, tunggu!” panggil Sean lagi. Marius langsung membalikan kursi rodanya dan melihat Sean yang berjalan dengan cepat kerahnya. Kedua pria i
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja