“Nanti siang aku akan menjemputmu di tempat terapi. Kau paham?” Tanya Vincent dengan nada penuh dengan tekanan. Sejak kejadian Winter masuk kembali ke dalam rumah sakit, Vincent menjadi sangat memperhatikannya. “Baik.” “Masuklah.” Winter melambaikan tangannya, gadis itu berbalik dan segera pergi gedung kelasnya. Akhir-akhir ini Vincent sangat menjaga ketat Winter, dia memperhatikan Winter untuk memastikan bahwa adiknya benar-benar jauh dari Paula. Sesungguhnya, tanpa Vincent perhatikan sekalipun, Winter memang sedang ingin menjauhi Paula. Kebencian Vincent pada Paula selalu bisa Winter gunakan sebagai alasan kepada Paula di setiap kali Paula mengajaknya bertemu. Winter sendiri sudah mendengar apa saja yang Vincent lakukan kepada Paula, Winter merasa cukup senang karena keputusan Vincent akan membuat Paula cukup putus asa tidak bisa bersombong diri lagi. Selama istirahat dua hari usai terkena alergi, Winter hanya menghabiskan banyak waktunya untuk membaca di perpustakaan. Winter
Sebuah hal yang membahagiakan dan melegakan memenuhi perasaan Winter karena kini tubuhnya kian menyusut semakin jauh menjelang audisi kontes ratu sekolah. Hubungannya dengan Paula sudah jelas berubah berkat kemarahan Vincent. Winter semakin tenang menjalani persiapannya untuk ikut kontes tanpa ada halangan apapun. Sementara bagi Paula? Jauh dari Winter adalah bencana baginya. Semakin Paula jauh dari Winter, kehidupannya mulai di landa ketakutan yang besar. Paula kehilangan sumber keuangannya, dia tidak bisa melakukan liburan dan belanja seperti biasanya lagi. Di sisi lain Paula tidak memiliki keberanian dalam mengusik ancaman Vincent karena seluruh kehidupannya berada di tangan keluarga Benjamin, termasuk seluruh pekerjaan ibunya. Kesusahan yang mulai datang membalas Paula tidak begitu memuaskan perasaan Winter. Masih ada banyak hal yang ingin dia lakukan untuk membalas Paula agar gadis itu merasakan seperti apa rasanya berada di posisi Winter Benjamin yang dulu. Winter sudah sa
“Kimberly Feodora.” Tubuh Winter membeku seketika saat namanya di sebutkan oleh Marius. Raut wajah Winter berubah seketika, gadis itu bernapas dengan kesulitan merasakan sesak yang menyakitkan. Ada perasaan kuat yang dia rasakan setiap kali Marius membahas Kimberly. Keputusan Winter untuk tidak mencari tahu lebih jauh lagi hubungan Marius dan Kimberly di masa lalu, kini kembali memunculkan percikan rasa penasaran yang kuat. “Benarkah?” Tanya Winter dengan suara yang gemetar, menyembunyikan perasaan berkecamuk di hatinya. “Ya. Aku sampai berpikir kau Kimberly,” jawab Marius dengan senyuman. Napas Winter tercekat kaget, gadis itu terbelalak dengan tangan terkepal. “Apa.. apa saat bersamaku, kau menganggapku Kimberly?” tanya Winter dengan ragu. Marius menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu terlihat ragu untuk menjawab dengan sebuah kebohongan, namun jika dia jujur, dia akan menyakiti hati Winter. Dagu Marius sedikit terangkat, mata pria itu sedikit gemetar menahan perasaan
Vincent tertunduk sedih, beberapa kali dia harus menatap jam menunggu jam keberangkatannya. Pagi ini dia harus kembali ke Inggris karena masa liburannya sudah selesai. Vincent harus segera menyelesaikan kuliahnya tanpa menunda-nunda lagi jika dia ingin kembali berkumpul dengan keluarganya dan membantu pekerjaan Benjamin. Sudah saatnya Benjamin beristirahat dan tidak menanggung banyak pekerjaan. Meski kini Vincent sudah mulai sering membantu pekerjaan Benjamin, namun dia masih memerlukan banyak belajar dan kepercayaan orang-orang di sekitar Benjamin mengenai kualitas dirinya. Kepala Vincent terangkat, menatap sedih Winter adiknya yang untuk pertama kalinya menemani kepergian dia ke bandara. Vincent merasa sedih karena di saat hubungannya dengan adiknya membaik, mereka harus terpisah jauh. Hari semakin hari Winter terlihat sangat semakin baik, betapa bersyukurnya Vincent dengan perubahan yang terjadi pada adiknya itu. Vincent dapat melihat perubahannya adiknya yang semakin membaik
Ramai, itulah yang bisa Winter dengar dan Winter lihat sekarang. Kini Winter berdiri di depan ruangan besar tempat berkumpulnya orang-orang yang akan melakukan audisi ratu sekolah. Mereka terlihat gugup dan was-was karena hasil mereka lolos atau tidak akan langsung muncul di layar dan di saksikan semua orang. Tidak ada satupun dari mereka yang berlatih untuk menunjukan bakat mereka, mereka lebih banyak mencatat dan memegang buku karena syarat pertama menjadi ratu sekolah adalah kecerdasan, di audisi kedua harus menunjukan bakat, dan di audisi ketiga harus menunjukan kecantikan. Itulah tiga standar yang di cari untuk menjadi ratu sekolah. Kehadiran Winter ke depan ruang persiapan audisi menyita perhatian banyak gadis, mereka langsung mencemooh Winter hanya dengan tatapan mereka. Winter menyadarinya, namun dia tidak mempedulikannya. Begitu banyak gadis cantik dan populer di dalam ruangan, mereka terlihat cukup percaya diri karena akan ada banyak memilih mereka karena sudah memi
Langkah Winter terhenti di sisi tirai. Gadis itu tertunduk menatap lantai yang di pijaknya. Untuk sesaat Winter terdiam di kegelapan, merasakan keringat dingin di telapak tangannya karena kegugupan yang kian meningkat. Detak jantung Winter bergerak cepat menciptakan sensasi dingin dan keringat di kepalanya. Trauma masa lalu jiwa Kimberly akan kamera dan perhatian banyak orang yang menilai ternyata masaih memiliki penaruh yang sangat besar. Kimberly sangat gugup ketakutan tampil di hadapan umum. Terakhir kali dia tampil di depan umum, banyak orang yang mencacinya dan ingin menghajar dirinya seakan ingin membunuh dirinya dan menganggap Kimberly tidak layak hidup di dunia ini. Jiwa Kimberly khawatir jika orang-orang akan menghajar dan mencacinya nanti di panggung sama seperti apa yang telah terjadi padanya di kehidupan sebelumnya. Dengan susah payah Winter mengatur napasnya dan memejamkan matanya untuk mengambil ketenangan. Perlahan Winter kembali membuka matanya, menatap lurus ke
“Kualitas apa yang kamu miliki?” tanya Jay lagi dengan menjebak.Kali ini Winter di buat diam, jiwa Kimberly tidak tahu apa kualitas yang ada pada diri seorang Winter Benjamin karena jiwa Kimberly belum benar-benar mengenalnya.“Saya tidak bisa menjawabnya,” jawab Winter dengan jujur.“Kenapa?”“Karena saya ingin, saat saya berdiri di sini sekarang, Anda melihat saya seperti ulat yang sering di hina dan di jauhi karena terlihat buruk. Jika Anda memberi saya kesempatan untuk lolos, saya akan memastikan apa yang Anda lihat nanti bukan lagi seekor ulat yang sering di hina dan di jauhi, tapi Anda akan melihat kupu-kupu cantik yang bisa terbang dengan sayap indahnya.”Semua orang yang berada di gedung terdiam, begitu pula dengan Jay yang perlahan tersenyum mendengar jawaban Winter. Orang-orang yang menonton ikut menilai jawaban Winter.Marvelo yang semula sangat resah pada akhirnya bisa tersenyum. Jawaban Winter akan menimbulkan rasa penasaran semua orang untuk melihat nanti dia akan menu
“Di tahun 30an dunia mengalami krisis ekonomi yang cukup parah, krisis parah itu bisa di sebut masa The Great Depression. The Great Depression adalah depresi ekonomi di mana terjadi penurunan tingkat ekonomi secara drastis di seluruh dunia dan itu berlangsung selama 10 tahun.” Winter berhenti berbicara dan memperhatikan semua orang yang kini memperhatikan dirinya. Winter meremas kuat sisi roknya sebelum kembali berbicara.“Akibat dari krisis ekonomi yang sangat besar-besaran ini. Dunia mode juga terkena dampak besar dalam penurunan kualitas material. Perbedaaan fashion antara kelas atas dan menengah menjadi melebur, fashion mereka menjadi terlihat sama rata. Hal ini di karenakan, para desainer mulai menghilangkan ornament dan dekoratif yang mahal pada pakaian mewah para orang-orang kaya. Dan, karena krisis ekonomi ini, kebanyakan orang hanya mampu membeli pakaian dengan bahan yang murah dengan gaya minimalis agar menghemat bahan. Karena itu, terbentuklah gaya pakaian seperti ini.”Su
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja