“Vincent, apa kau merasakannya?” Benjamin bertanya dengan serius.Vincent membulak-balikan document dan membacanya dengan teliti, “Apa maksud Ayah?” tanya balik Vincent terlihat acuh.“Winter, dia sudah berubah.”Vincent langsung menutup document di tangannya. Tanpa perlu Benjamin katakan sekalipun, Vincent sudah bisa merasakannya.Cukup lama Vincent terdiam, pria itu mengingat banyak hal mengenai perubahan Winter yang sudah terlalu jauh bagi Vincent. Meski dia memakluminya, namun perubahan Winter membuat Vincent merasa sedikit asing dengan adiknya.Vincent sangat bahagia dengan Winter yang berubah, dia berpikir bahwa adiknya akan kembali menjadi Winter yang ceria penuh dengan kebahagiaan dan rasa percaya diri seperti waktu kecil.Akan tetapi, perubahan Winter melampaui apa yang Vincent harapkan.Perubahan adiknya itu perlahan menjadi perhatian yang serius Vincent, perhatian serius Vincent terjadi usai mengetahui jika Winter sudah sudah tidak lagi memiliki trauma dengan air, Winter ti
Suara tawa terdengar di bawah, Winter berjalan penuh kehati-hatian dan berdiri di sisi pagar melihat ke bawah.Satu jam Winter menghabiskan untuk mandi luluran dan berdandan, dia tidak mempedulikan kedatangan Paula, bahkan Winter berharap Paula sudah pulang. Namun apa yang Winter harapkan tidak terjadi karena kini Paula masih berada di bawah menunggunya.Paula terlihat pandai menahan Vincent dan bermanja-manja kepadanya.Winter dapat melihat, ada ke tidak nyamanan yang tengah Vincent rasakan saat berbicara dengan Paula.Entah apa tujuan Paula bersikap manis kepada Vincent.Winter hanya menemukan dua jawaban..Paula ingin Vincent jatuh cinta kepadanya, atau Paula ingin Vincent menganggap dia adiknya, sama seperti kepada Winter.Winter mengibaskan rambutnya dan menegakan tubuhnya, gadis itu tersenyum miring teringat kejadian hari ini.Entah untuk apa Paula menemuinya sekarang. Winter ingin melihat apa yang akan Paula lakukan kepadanya sekarang.Winter segera turun meneruni satu persatu
Kaki Winter berjinjit menekan-nekan bel sebuah panthouse. Marvelo yang kemarin dia temui dan hari ini kembali tidak datang ke sekolah, mau tidak mau membuat Winter datang mencarinya. Winter membutuhkan jawaban Marvelo sekarang juga, dia tidak ingin menunggu lagi. Kali ini Winter sudah merasa yakin dan percaya diri untuk menemui Marvelo karena dia sudah memiliki bukti lain untuk mengancam Marvelo. Bahkan Winter tidak perlu menjelaskan apapun lagi kepada Marvelo karena Marvelo sendiri sudah tahu. Dan di sinilah Winter sekarang, berdiri di depan pintu sebuah panthouse mewah apartement tempat di mana Marvelo tinggal. Cukup lama Winter menunggu, jarinya tidak berhenti menekan bel. Tidak berapa lama pintu terbuka. Winter tersenyum lebar begitu Marvelo yang membuka pintu, sementara Marvelo menunjukan ekspresi dingin seperti biasa, Marvelo terlihat tidak begitu kaget dengan kedatangan Winter seakan ini bukan pertama kalinya Winter datang ke tempatnya. Senyuman Winter kian lebar melihat
Winter segera duduk di sofa yang tersedia dan memperhatikan Marvelo yang mengambil dua buah kertas dan balpoin. Perhatian Winter terpaku pada sebuah bingkai photo yang tersimpan di atas nakas, memperlihat sepasang suami isteri dengan kedua anaknya. Di sisi bingkai photo itu terdapat bingkai photo lain yang membuat Winter diam-diam tersenyum karena Marvelo memajang photo masa kecilnya bersama Winter. Winter menarik semua perhatiannya pada Marvelo yang kini sudah kembali. Mereka duduk saling berhadapan dan mulai menuliskan surat perjanjian yang berisikan tentang. Marvelo harus membantu Winter untuk bisa memenangkan kompetisi ratu sekolah dengan cara, memasukan Winter ke dalam lingkaran orang-orang populer di sekolah. Marvelo juga harus membantu semua proses Winter untuk memenangkan kompetisi. Semenatara untuk Winter. Winter harus berjanji, tidak akan pernah menyebar luaskan, membagikan kepada siapapun photo dan video Marvelo. Winter tidak akan pernah membicarakan rahasia Marvelo
Winter menggendong tasnya terlihat akan kembali menjalani rutinitas olahraganya seperti biasa. Winter pergi memasuki tempat pemeriksaan untuk mengetahui kondisi tubuhnya dan sejauh mana dia boleh melakukan olahraga lebih keras lagi. Audisi ratu sekolah akan di laksanakan satu minggu lagi, dia harus mempercepat rencananya agar bisa memenangkan segalanya. Tanpa sengaja Winter harus kembali bertemu dengan Marius. Bukan, mereka tidak sengaja bertemu. Melainkan Winter yang datang dan mengintip tempat khusus Marius berlatih. Setelah melakukan pencarian dan menemukan banyak fakta yang tidak terduga, kini Winter menyimpan sebuah rasa penasaran kepada Marius karena dia tidak mengingat sedikitpun tentang Marius. Kaki Winter berjinjit mengintip melalui celah kaca. Di lihatnya Marius yang kini hanya duduk dan merenung. Suasana hati Marius terlihat tengah buruk setelah kejadian kemarin. Marius merasa patah hati hanya karena melihat bunga di makam Kimberly. Katakanlah jika pria itu tidak nor
Pintu ruangan terapi terbuka, seorang pria berpakaian casual berwarna hitam berjalan dengan tegas mendekati Marius, di tangannya terdapat setumpuk document yang dia bawa untuk di berikan kepada Marius. “Felix,” panggil Marius dengan nada dingin. Felix, pria itu adalah mentor Marius di masa lalu yang sampai sekarang masih sering menemui Marius dan memantau keadaannya Marius meski kontrak kerjasamanya dengan Marius sudah berakhir. Felix tidak pernah menghapus harapan di hatinya akan kesembuhan Marius, meski kesembuhan Marius terasa mustahil. Felix hanya menunggu keajaiban. Keajaiban yang tumbuh di hati dan pikiran Marius untuk memiliki keinginan yang benar-benar ingin sembuh sebelum semuanya benar-benar terlambat. Sampai kapanpun Marius tidak akan pernah bisa berjalan, atau mungkin lumpuh selamanya jika pria itu tetap menjalani harinya tanpa semangat hidup. Marius menjalani terapinya setengah hati, tidak ada semangat dan optimisme di dalam hatinya untuk bisa kembali sembuh seperti
“Pecundang,” maki Winter dengan tajam, tepat di hadapan Marius yang langsung di buat terkejut atas ucapan yang keluar dari mulut Winter. Rahang Marius mengeras kian marah. “Kau tidak berhak mengatakan itu jika tidak tahu perasaanku.” “Kata-kata seperti itu semakin membuatmu menjadi terlihat semakin seperti pecundang,” jawab Winter lagi masih dengan komentar jahat dan cukup kasar. Winter menyeringai, melihat Marius mencengkram kuat sisi kursi roda karena tengah menahan kemarahan di dalam hatinya atas ucapan jahat Winter yang berkata seenaknya tanpa beban. Winter membalas tatapan dingin Marius dengan serius, gadis itu tidak memiliki penyesalan sedikitpun di dalam hatinya atas ucapannya kepada Marius. “Atas dasar apa kau berani berkata seperti padaku?” Geram Marius penuh penekanan. “Hidupmu adalah aturanmu. Kau berhak memilih kehidupanmu akan seperti apa. Kau berhak memilih ingin kembali sembuh atau tetap lumpuh seperti itu. Namun, jika kau tidak memiliki niatan untuk sembuh dan k
Winter langsung bersedekap dan sedikit mengangkat dagunya. “Aku akan ikut audisi ratu sekolah,” jawab Witer dengan percaya diri. Tidak ada reaksi berlebihan yang Marius tampilkan, pria itu hanya tersenyum miring begitu mendengarnya. Marius merasa terhibur karena kepercayaan diri Winter begitu kuat menunjukan sisi ambisius dirinya yang membuat Marius harus kembali teringat dengan Kimberly. “Kenapa kau tersenyum?” tanya Winter. “Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang sangat percaya selain Kimberly. Ternyata kau juga memiliki sisi kepercayaan diri yang kuat seperti dia.” Saat Marius kembali menyebutkan nama Kimberly, Winter terdiam hanya bisa menatap kedalaman mata pria itu. Mata pria itu menunjukan cinta yang besar saat menyebutkan nama Kimberly. Winter mengalihkan pandangannya dengan cepat, Winter tidak ingin lagi melihat mata Marius ketika pria itu membicarakan Kimberly. Sikapnya Marius saat membicarakan Kimberly membuat Winter merasa sangat terganggu. Winter segera beranj
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja