Hanya butuh satu belokan untuk bisa sampai ke rumah Marius, Kimberly langsung sampai di depan sebuah kondominium tua milik Jenita. Dapat Kimberly lihat mobil yang Cintia sebutkan masih berada di depan kediaman. Beberapa orang berseragam hitam berdiri di depan pintu pagar rumah Marius yang membuat Kimberly tidak berani menampakan diri untuk mendekat, dengan cepat Kimberly berputar ke belakang menuju halaman belakang rumah Marius. Kimberly berlari mencari-cari celah agar dia bisa masuk ke dalam dan melewati pagar besar kediaman Marius. Kimberly ingat, di belakang rumah Marius ada beberapa jendela, Kimberly sering menemui Marius melalui jalan itu. Kimberly berdecak pinggang bernapas dengan cepat, kepulan dingin keluar dari mulutnyanya. Anak itu melihat pagar kayu di depannya, pagar itu satu-satunya celah agar Kimberly bisa masuk ke kediaman Marius, lalu menerobos masuk melalui jendela. Kimberly membungkuk di depan deretan pagar kayu, lututnya langsung merasakan dinginnya salju ketik
Apa yang di khawatirkan Marius dan Kimberly akhirnya terjadi. Pada akhirnya Marius pergi dan pindah tinggal bersama dengan ayahnya karena kini hak asuh di menangkan Levon. Karena dukungan hukum, tidak ada lagi yang bisa menghalangi Levon untuk membawa Marius. Marius sendiri tidak bisa menolak untuk tetap tinggal bersama Jenita, tidak ada pilihan untuk dirinya. Kepergian Marius dari rumahnya membuat Kimberly merasa cukup kehilangan temannya. Kini, setiap kali Kimberly datang berkunjung ke rumah Marius, Kimberly hanya melihat Jenita yang duduk dan menghabiskan waktunya untuk merenung. Mengenai Jenita, sungguh malang nasibnya sekarang. Jenita yang sedang terluka atas perceraian tanpa harta dan berusaha menjalani kehidupan barunya yang tidak biasa dia lakukan, berusaha bangkit berjuang menghidupi dirinya sendiri dan memberikan yang terbaik untuk Marius. Kini putera yang dia perjuangkan berada di tangan Levon. Jenita kehilangan banyak arah setelah kepergian Marius, wanita itu lebih ba
“Kim..” panggil Marius dengan napas tersenggal, anak itu mulai bercerita mengenai apa yang terjadi selama dia tinggal bersama ayahnya dan keluarga barunya. Selama satu bulan lebih dan tinggal kembali di rumah, Marius hanya diam di kamarnya. Levon pergi dengan kesibukannya dalam bekerja, Shanom yang baru menjadi isteri Levon menguasai rumah bersama Sean. Levon jarang pulang ke rumah, dia hanya menghabiskan waktunya di kantor dan bepergian, sekalinya pulang, Levon hanya sibuk di ruangan kerjanya. Kehadiran Sean dan Shanom yang tertawa bahagia, menempati apa yang menjadi milik Jenita dan Marius, sungguh membuat hati Marius sangat sakit hingga membuat Marius enggan keluar dan melihat mereka berdua. Di sisi lain, Shanom dan Sean tidak pernah menganggap keberadaan Marius, mereka hanya baik ketika ada Levon saja. Marius merasa sangat tertekan, perlahan dia merasakan setres yang berat dan sering muntah, namun Shanom tidak pernah membiarkan Levon maupun kepala pelayan mengetahuinya. Mari
Pertemuan diam-diam yang di lakukan Marius dan Jenita terus berlangsung begitu lama dan berulang-ulang, Kimberly terus berusaha mempertemukan mereka dengan berbagai cara. Semakin Kimberly dan Marius tumbuh besar, hubungan mereka semakin dekat meski semua itu harus berlangsung secara rahasia karena Levon masih menjaga Marius dengan ketat. Di depan semua orang Kimberly dan Marius berpura-pura tidak kenal dan tidak peduli, mereka berhubungan di belakang semua orang secara rahasia. Jenita yang semula sangat terpuruk kembali bangkit, wanita itu mulai menemukan kekuatannya lagi berkat kerja keras dan dukungan semua orang, salah satunya bunda Evelyne yang selama ini selalu setia mengantar Jenita pergi ke kuil dan menemaninya ke psikolog di kala Jenita terpuruk. Setelah kembali bangkit, Jenita berusaha mengumpulkan kekuatan untuk merebut kembali hak asuh Marius dari tangan Levon, dia sangat bekerja keras melakukan segalanya agar bisa memiliki posisi penting dan sebuah pengaruh bagi orang
Levon merongoh sesuatu di dalam saku jassnya, di keluarkannya sebuah buku cek dan dengan entengnya dia menulisan beberapa jumlah nominal uang dalam jumlah yang besar di secarik kertas, lalu meletakannya di hadapan Kimberly. Kimberly yang tidak tahu apa-apa hanya terpaku melihat kertas di hadapannya, gadis itu tidak bersuara di bawah tatapan tajam merendahkan Levon. “Setengah juta dollar dan masa depanmu sebagai model akan aku jamin, aku akan mempertemukanmu dengan agensi besar dan melakukan kontrak ekslusif, aku akan menjadikanmu model terkenal, yang perlu kau lakukan hanya satu hal, jauhi puteraku,” pinta Levon terdengar dingin masih dengan tatapan merendahkan. Hati Kimberly bergetar merasakan perasaan sakit dan perih seperti terkena goresan, harga dirinya sangat di injak begitu saja oleh Levon hanya karena dia bukan seseorang yang kaya raya dan tidak sebanding dengan Marius. “Ambil itu, dan segera lakukan apa yang aku minta darimu,” Levon mempertegas. Hati Kimberly begitu teri
Sikap Kimberly yang perlahan kian berubah dan menjauh darinya tidak membuat Marius menyerah, pria itu berusaha mencari kebenaran di balik semua yang telah terjadi hingga akhirnya Marius menemukan jawabannya sendiri. Campur tangannya Levon dalam mengatur kehiupan pribadi Marius membuat Marius kian sangat membenci sosok ayahnya. Hubungan mereka yang tidak baik kian parah. Meskipun hubungan Levon dan Marius menjadi buruk, rupanya hal itu tidak menggentarkan Levon untuk berhenti bertindak. Levon melakukan banyak hal, mengatur hidup Marius dengan kekuasaannya agar Marius kembali ke jalan yang selama ini dia persiapkan, yaitu menjadi pewaris dan kembali kurmah, berhenti bergaul dengan orang-orang yang tidak jelas, salah satuya Kimberly. Ikut campurnya Levon dalam hidup Marius dan Kimberly membuat mereka terus menerus memiliki bentangan jurang pemisah meski Marius bisa mendapatkan Kimberly kembali. Setelah menyadari ketidak sukaan Levon pada Kimberly, pada akhirnya mereka memilih berhubu
Basahnya air mata mengalir berjatuhan melalui sudut mata Winter, bibir Winter gemetar hebat bernapas dengan tersendat-sendat merasakan sesak yang begitu menyakitkan hatinya. Hati Winter terasa sangat sakit seperti ada sesuatu yang robek di dalamnya. Semua ingatannya telah kembali, semua kenangan yang telah dia lupakan kini muncul, kenangan yang begitu ironis karena betapa menyedihkan kehidupannya di masa lalu. Winter bergerak gelisah terbaring di bawah langit, di antara hamparan pasir putih dan suara air laut yang membawa ombak kuat. Tangisan Winter terpecah keras tertutup suara angin dan ombak, gadis itu menutup wajahnya dengan tangan yang gemetar, menyembunyikan derita yang menderanya, menyembunyikan rasa malunya di hadapan langit yang melihatnya. Begitu banyak bayangan kenangan di masa lalunya yang datang kembali memenuhi kepalanya secara tiba-tiba. Kenangan masa lalu Kimberly yang menyedihkan muncul begitu jelas tidak terlewatkan sedikitpun. Masa lalu Kimberly sangat memaluk
Perasaan hangat yang menjalar di hati Winter, jantung yang berdebar cepat, hal-hal yang selama ini Winter pertanyakan mengapa dia merasa familiar setiap kali bersama Marius, kini semuanya sudah terjawab. Pria yang Winter lupakan itu, pria yang Winter curigai sebagai orang ketiga dalam hubungan Kimberly dan Sean, ternyata semua yang Winter pikirkan selama ini salah. Marius, pria malang itu ternyata kekasihnya yang selama ini selalu ingin Kimberly lindungi dan Kimberly bahagiakan, seseorang yang selalu ingin menjadi tempat suka dukanya Kimberly, seseorang yang menjadi rumah Kimberly dalam keadaan apapun, seseorang yang tidak pernah marah kepada Kimberly meski gadis itu beberapa kali mengecewakannya. Marius dunia Kimberly yang paling sempurna. Perasaan yang dulu asing kini begitu alami bisa Winter terima, sebuah perasaan bahagia dan berdebar karena Marius adalah pria yang sesungguhnya dia cintai. Marius menggerakan kursi rodanya, mendekati Winter yang kini memindakan beberapa makanan
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja