"Berengsek! Apa yang kamu lakukan pada temanku, hah?!" teriak Sisi.Wanita itu mencoba memberontak dari cekalan Putra.'Sial! Dia kenapa megangnya kencang sekali,' keluh wanita itu dalam hati."Lepas, berengsek!" Sisi kembali membentak, tapi kali ini bentakannya dia tujukan pada Putra. "Arrgghhhh, sial! Kalau sampai terjadi sesuatu pada temanku, kalian akan tanggung sendiri akibatnya. Aku yakin kalau Langit akan membalas apa yang sudah kalian perbuat," ancam wanita itu.Bukannya tersinggung, Mahendra malah tertawa terbahak-bahak."Kenapa kamu yakin sekali kalau dia akan melakukannya? Dengar! Aku pastikan sebelum dia membalasku, maka aku akan menghancurkan dia terlebih dahulu, hahaha!"Gigi Sisi gemeletuk ketika melihat wajah pongah Mahendra, ingin rasanya dia menendang pria tua itu sekarang juga. Namun apalah daya, kondisi dia tidak memungkinkan.Sisi memalingkan pandangannya ke arah Leta, dia meringis ngilu karena melihat Leta tampak begitu kesakitan."Nggak usah sok. Terima kenyataa
"Apa yang kamu lakukan, Si?!" teriak Leta.Saat ini mereka sedang berdua saja di dalam kamar itu, tidak ada lagi Mahendra dan Putra. Akan tetapi bukan berarti para pria berengsek itu pergi dari rumah ini, melainkan hanya untuk memberi kesempatan pada mereka berdua untuk berbicara empat mata.Lebih sialnya lagi ponsel Leta dirampas begitu saja oleh Mahendra, membuat mereka berdua sama sekali tak bisa berkutik. Namun, untung saja ponsel Sisi tidak ikutan disita. Akan tetapi memangnya siapa yang harus Sisi harapkan dari daftar kontaknya itu? Tidak ada!Sisi sama sekali tak menyahut ucapan Leta, dia sibuk mengelap darah yang ada di paha temannya itu."Si? Kamu dengar aku nggak? Jangan diam aja dong!" Leta kembali membentak Sisi, membuat Sisi menghentikan aktivitasnya.Wanita itu memejamkan matanya cukup lama."Apa? Apa kamu berharap mau ngelawan pria bajingan itu di saat kondisi kita lagi kayak gini? Lagi lemah? Nggak akan bisa berhasil, Let." Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Sisi men
"Bisa cepat sedikit?""Maaf, Pak. Keadaan sedang macet, jadi kita tidak bisa sembarangan mengemudi," sahut David tak enak hati.Dia juga ikutan panik ketika melihat bosnya tengah gusar. Ya, David ikut mendengar bagaimana situasi saat itu ketika Langit dan Leta sedang berteleponan, saling memberi kabar. Namun, di tengah itu, tiba-tiba saja Langit dan juga David mendengar suara Mahendra.Awalnya mereka menyangkal kalau itu bukan suara Mahendra. Namun, semakin lama suara itu semakin terdengar begitu jelas, ditambah lagi suara Leta tak kembali terdengar di telinga Langit, membuat pikiran lelaki itu semakin kalut.Langit sangat yakin kalau sudah terjadi sesuatu di rumahnya.Semua percakapan antara Leta dan juga Mahendra, sekaligus Sisi juga didengar oleh Langit, karena Leta memang tidak mengakhiri panggilan itu, itu yang patut Langit syukuri karena dia bisa mendengar apa yang sudah dilakukan oleh Mahendra.Langit juga sangat bersyukur karena ada Sisi yang bisa menolong Leta, walau Langit t
"Wow, wow, wow. Coba lihat siapa yang datang? Akhirnya orang yang kita tunggu-tunggu hadir juga."Mahendra berbicara seperti itu seraya bertepuk tangan ketika melihat kedatangan Langit.Jangan tanyakan bagaimana reaksi Langit. Jelas saja pria itu sangat marah, terbukti dari raut wajahnya yang begitu merah.Langit melihat keadaan sekitar, semuanya tampak berantakan. Padahal sebelum dia meninggalkan rumah ini, kondisinya sangat rapi, lalu kenapa setelah dia kembali malah jadi seperti ini?Mahendra yang menyadari apa yang dilihat Langit pun berdeham keras."Sorry kalau istana yang kamu tempati jadi kotor, selama aku menunggumu aku kelaparan, jadi ya apa gunanya aku sia-siakan makanan yang ada di rumah ini, kan? Daripada dibuang, jadi ya lebih baik aku yang makan," ujar Mahendra dengan gaya pongahnya."Berengsek! Bajingan kau Mahendra!" umpat Langit begitu keras. "Apa tujuanmu ke sini, hah?!" bentak pria itu dengan tangan mengepal.Mahendra mengedikkan bahunya acuh. "Apa lagi, jelas saja
Meskipun Mahendra sudah tampak babak belur, Langit tetap saja masih belum puas untuk menghajar pria itu.Sebenarnya hal itu adalah keinginannya dari dulu, sayangnya baru kesampaian sekarang, maka dari itu rasanya sangat disayangkan kalau dia melewatkan momen langka ini."Hentikan, Pak. Kalau Anda terus menghajar dia, dia bisa mati!"David tak henti-hentinya mengingatkan Langit. Namun sayangnya, orang yang diingatkan itu sama sekali tak peduli, membuat David kewalahan."Pak!" Karena sudah lelah dengan keberingasan Langit, mau tak mau David membentak pria itu. "Kalau sampai dia mati, Anda akan dalam masalah, Pak. Saat ini tujuan kita untuk memperbaiki masalah, bukan untuk menambah masalah. Bukankah tujuan kita saat ini adalah kekasih Anda? Saya yakin pasti dia sedang menunggu kedatangan Anda."Langit mengusap wajahnya dengan kasar."Aku masih belum puas mengajarnya, tolong jangan halangi aku!" sentak pria itu.David menggeleng. "Kalau Anda ingin balas dendam, jangan seperti ini, Pak. Ma
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Satria seraya berkacak pinggang.Langit menghela napas berat. Saat ini dia tidak ingin adu mulut dengan Satria, akan tetapi sepertinya hal itu sangat mustahil. Melihat bagaimana perangai Satria, sudah sangat jelas kalau pria itu sangat marah. Ya, Langit pun memakluminya. Masalah ini memang tidak bisa dianggap sepele.Apalagi, besar kemungkinan pasti Satria sudah tahu apa yang semuanya telah terjadi. Termasuk pernikahan Leta dan juga Mahendra."Aku datang mau lihat Leta, aku khawatir dengan keadaannya."Satria berdecih pelan. "Khawatir kamu bilang? Setelah buat adik aku sengsara, bisa-bisanya kamu bilang khawatir? Emang nggak ngotak kamu itu ya?" dengkus pria itu."Aku datang ke sini bukan untuk kelahi, aku hanya ingin--""Kamu pikir setelah apa yang udah semua kamu lakuin ini aku bakal izinin kamu gitu aja? Jangan mimpi, Langit! Lebih baik kamu pulang aja, urus tuh papa bangkotanmu itu, sebelum aku sendiri yang bakal hajar dia pakai tangan aku sendiri!"
Satria tertawa sinis ketika mendengar penjelasan dari Langit. Setelah dia tahu semuanya, bukannya iba pada Langit, yang ada malah Satria hilang respek.Satria tampak manggut-manggut, dia sudah mulai mendekat ke arah Langit, sayangnya David melangkah maju lebih dulu, pria itu berdiri di depan Langit, sepertinya ingin melindungi pria itu, membuat Satria tersenyum meremehkan."Aku tidak ada urusan denganmu, jadi menyingkir!" sentak Satria.David diam tak bergeming, menurutnya apa yang dia lakukan memang sudah benar. Pria itu tidak ingin Langit terluka lagi."Heh! Memang kamu itu tidak bisa dipercaya ya? Jaga diri sendiri aja masih membutuhkan bantuan orang lain, tapi udah sok-sokan mau jaga adikku. Dasar pembohong besar," cibir Satria."David, minggir. Sudah aku bilang kalau ini bukan urusan kamu. Biar aku sendiri yang atasi masalah ini," tegur Langit."Tapi saya hanya ingin melindungi Anda, Pak."Langit menggeleng, pria itu mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar David segera mundur
"Bang, Apa Abang nggak keterlaluan sama Langit? Ngata-ngatain dia kayak gitu?" tanya Sisi tak habis pikir."Apanya yang keterlaluan. Aku bicara itu emang fakta. Udah deh, nggak usah sok-sokan belain dia," sungut Satria kesal.Sisi menggeleng tak percaya, dia baru sadar ternyata ada manusia yang lebih menyebalkan dari yang dia kira.Awalnya Sisi mengira kalau Langit adalah satu-satunya makhluk manusia yang paling menyebalkan di dunia ini, ternyata Satria lah yang kalah jauh lebih menyebalkan, malahan."Aku bukannya bela dia. Coba Abang pikir, kalau Abang di posisi dia kayak gimana? Please lah, Bang, jangan mandang dari satu sisi aja, tapi sisi yang lainnya juga. Coba aja Abang bayangin, ketika pulang dari kerjaan yang begitu menumpuk, tiba-tiba dia dikejutkan kalau papa tirinya menikah dengan kekasihnya sendiri. Siapa yang nggak syok coba? Dan aku rasa Langit juga masih cinta kok sama Leta, dia kayak gitu loh demi lindungi Leta supaya nggak ketemu sama Mahendra. Dan kalau Abang mau nya
"Apa yang kamu lakukan?!"Langit menatap David berang, lalu pandangannya beralih ke arah Mahendra dan Leta.Dia bernapas lega karena melihat Leta tampak baik-baik saja, meskipun menggigil ketakutan. Dengan cepat Langit mendekati Leta, mendekap tubuh wanita itu dengan erat serta menghujani beberapa kecupan, lalu tali yang mengikat tangan wanita itu dilepas serta benda yang ada di mulut juga dilepas."Kamu nggak apa-apa?" tanya Langit khawatir.Leta menggeleng. Kenyataannya keadaannya memang tidak baik-baik saja. Langit pun menuntun Leta ke sofa untuk duduk."Astaga! Dia sudah mati. Kenapa kamu melakukan hal sekeji ini?!" pekik Axel. Dia yang lebih dulu menghampiri Mahendra usai tumbang.Pekikan Axel jelas saja membuat Langit dan Leta tersentak, kecuali David.Ya, ternyata sebelum Mahendra berniat menembak Leta, David yang lebih dulu memulainya. Entah dari mana pria itu datang, yang pasti salah satu dari mereka tidak ada yang menyadari kedatangan David."Orang seperti itu memang harus d
"Saya akan segera menyusul Anda, saat ini saya sedang dalam perjalanan," ujar David yang panggilannya langsung diangkat oleh Langit."Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan, David? Apa yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Langit to the poin."Saya tidak menyembunyikan apapun dari Anda, Pak. Saya berani bersumpah. Kalau perlakuan saya tadi membuat Anda curiga, saya mohon maaf. Tadi sebenarnya saya ingin menghubungi pihak polisi, saya menyuruh Anda pergi duluan agar mereka terkecoh, Pak. Maaf kalau sudah membuat salah paham," jelas David panjang lebar."Kau sedang tidak membohongiku, kan?""Tidak, Pak. Saya berani bersumpah. Bahkan saya selalu mengingat kata-kata saya untuk Anda, saya akan selalu mengabdikan seluruh kehidupan saya pada Anda."Langit mendengkus keras. "Aku tidak suka omong kosong. Nggak usah bicara seperti itu, kamu berhak menentukan hidupmu sendiri. Aku sudah sampai, aku akhiri dulu panggilannya.""Pak, tunggu. Saya harap Anda harus hati-hati, mereka itu licik. Saya
"Hai, Langit."Langit tersentak ketika mendengar suara laki-laki. Dia kembali melihat ke layar ponselnya untuk memastikan jika tadi dia tidak salah melihat. Setahunya nomor Leta yang menghubunginya."Siapa kau? Kenapa bisa ponsel istriku ada di kamu? Jangan macam-macam!""Hahaha, bagaimana kalau satu macam? Istrimu sangat cantik, rugi rasanya kalau tidak macam-macam.""Berengsek! Siapa kau sebenarnya?!" umpat Langit. "Berikan ponselnya pada istriku, cepat!""Hahaha, kenapa kamu tampak begitu ketakutan, Langit? Di mana sifat angkuhmu seperti biasanya itu?""Jangan main-main denganku kalau kamu nggak mau terjadi sesuatu di kehidupanmu, sialan! Cepat berikan ponselnya pada istriku!""Nggak! Aku mau nunggu kamu sengsara dulu baru aku bakal balikin, bahkan istrimu juga bakal aku balikin sekalian ke kamu. Tapi tunggu aku puas dulu ya, hahaha. Sampai jumpa, Langit. Ingat, jangan macam-macam kalau ingin istri kamu selamat!" ancam pria itu, tak lama kemudian panggilan itu terputus."Sialan! Ap
"Jadi di sini tempat tinggal Langit sekarang?""Rumahnya banyak. Tapi aku yakin dia bakal tinggal di sini, karena ini adalah rumah utamanya."Axel manggut-manggut ketika mendengar penjelasan Mahendra."Dengar-dengar dia udah nikah. Nggak tahu sama wanita yang kamu maksud atau bukan," ucap Axel seraya mengembuskan asap rokok dari bibirnya."Oh ya?" Mahendra tersenyum sinis. "Jelas saja dengan wanita yang sama, karena dia sangat cinta mati dengan wanita itu."Axel tak menyahut, dia hanya mengedikkan bahunya acuh."Aku beritahu kamu sesuatu, sebenarnya wanita yang saat ini menjadi istrinya Langit pernah menjadi istriku."Mulut Axel menganga lebar. "Maksudnya dia jatuh cinta dengan mama tirinya begitu? Wah, ini benar-benar skandal luar biasa."Axel berdecak berkali-kali, sungguh heran dengan sebuah fakta yang baru dia ketahui."Bukan. Mereka sebenarnya sudah saling jatuh cinta dari dulu. Mereka dulu sepasang kekasih namun secara paksa aku renggut kebahagiaan mereka dengan menikahi wanita
"Bagaimana bisa?" Sentak Langit."Saya juga tidak tahu, Pak. Saya yakin ini ada campur tangan orang-orang yang tidak menyukai Anda."Langit menghela napas gusar. Mendengar kabar bahwa Mahendra sudah keluar dari penjara satu bulan lalu jelas membuatnya terkejut. Masalahnya yang jadi pertanyaan siapa yang menjamin pria itu? "Sudah kamu telusuri?"Langit yakin sebelum David menceritakan semuanya pasti pria itu akan menelusuri sampai ke akar-akarnya."Ini baru dugaan, ada pria bernama Axel yang membantunya. Setahu saya Axel ini pernah menawarkan Anda kerjasama, akan tetapi Anda menolaknya karena menurut Anda kurang menguntungkan, meskipun Anda waktu itu menolaknya secara halus tetap saja mungkin dia merasa tersinggung."Langit kembali menghela napas. "Axel? Kamu tahu sendiri kenapa alasan aku menolak tawaran pria itu. Dia kerja asal saja, tidak mementingkan keselamatan konsumen, itu yang membuatku menolaknya. Kalau memang dia yang menyelamatkan tua bangka itu biarkan saja. Aku ingin lih
"Jaga Leta ya, Langit."Langit mengangguk. "Ibu tenang saja, pasti aku akan selalu jaga Leta. Saat ini dia adalah prioritas utamaku.""Cuma saat ini aja?" tanya Satria dengan pandangan menyipit. "Atau sampai Leta melahirkan baru kamu kembali mengacuhkannya?""Selamanya." Langit melirik pria itu dengan sinis, ada saja tingkahnya yang membuatnya jengkel."Oh, siapa tahu, kan? Bisa aja--""Bang!" tegur Leta. "Apaan sih, nggak usah sinis gitu kenapa sama suami aku. Nanti kalau Abang punya istri, aku sinisin balik emangnya Abang terima?" Satria tersenyum kecut. "Bercanda aja kok, gitu aja--""Bercanda boleh aja, tapi lihat kondisi juga. Nggak mungkin, kan, Abang nggak bisa bedain yang mana waktunya serius sama yang mana waktunya bercanda?" Leta kembali menyela ucapan Satria."Iya, iya." Satria pasrah saja.Pria itu harus bisa menjaga perasaan adiknya karena selama Leta hamil, dia itu gampang sensitif."Udah, udah. Kalian ini kenapa sih ribut terus, nggak enak kalau didengar sama tetangga,
Menikah dengan Langit entah mengapa banyak keraguan yang menyusup di hati Leta.Wanita itu juga bingung dengan hatinya. Mungkin karena meragukan perasaan pria itu, atau dia kecewa karena mengetahui sebuah fakta bahwa suaminya terjerat kasus tabrak lari yang menimpa Mahendra, meskipun sebenarnya dia bersyukur karena ulah Langit, Mahendra belum sempat melakukan apapun padanya. Namun, di sisi lain dia merasa kurang suka dengan tindakan Langit. Intinya saat ini hati Leta benar-benar begitu bingung.Menurut Leta, Langit adalah pria yang sangat baik, lebih malahan. Selama menjadi istri pria itu, Langit tak pernah berbicara kasar, tidak memperlakukannya dengan tindakan semena-mena, yang ada malah Langit sangat tulus padanya. Lalu, mengapa Leta masih meragukan pria itu?Wanita itu menghela napas berat."Astaga! Apa yang aku pikirkan," gumam wanita itu seraya menggeleng pelan. Tak lama setelah itu ponsel Leta berdering, dia langsung mengambil ponselnya yang tak jauh darinya.Tanpa sadar bibir
"Kamu beneran ingin niat serius dengan adikku?" tanya Satria memastikan."Menurutmu? Apa mengajak seorang wanita menikah adalah sesuatu lelucon?" tanya Langit balik."Aku serius bertanya padamu!" geram Satria."Aku pun demikian. Meskipun kamu menentang kami, aku tidak akan menyerah. Selama ini aku membiarkanmu membawa Leta ke mana pun kamu pergi, tapi sayangnya kamu menyia-nyiakan kesempatan itu. Kamu selalu bilang kalau Leta tidak butuh aku, dan anak yang dikandung Leta tidak membutuhkan peran ayahnya. Nyatanya apa, bahkan kamu sendiri pun tidak mampu untuk membiayainya." Langit tersenyum sinis.Sedangkan Satria, pria itu tak terima dengan ucapan Langit. Dia mengepalkan tangannya."Atas dasar apa kamu bicara seperti itu, huh?!""Kenapa? Nggak terima? Memang kenyataannya seperti itu, kan? Apa selama ini kamu peduli dengan Leta? Kalau aku nggak ada di tempat yang sama dengan Leta waktu itu, aku pun nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dia. Asal kamu tahu, beberapa kali bidan men
"Semua sudah saya telusuri, tapi memang tidak ada tanda bukti-bukti jejak kejahatan mereka, Tuan."Mahendra mendesah berat. Kecewa karena sampai detik ini Putra belum juga mendapatkan bukti bahwa Langitlah yang membuatnya kecelakaan."Kamu yakin?" tanya pria itu memastikan."Iya, Tuan. Cctv pun sudah saya cek, tapi memang tidak ada yang mencurigakan. Saya rasa kecelakaan Tuan itu memang murni kecelakaan, bukan campur tangan orang lain."Mahendra menggeleng tegas, jelas saja dia tidak terima dengan ucapan Putra."Nggak! Aku yakin banget kalau dia dalang dari semua ini!" sentaknya."Kalau memang Tuan Langit pelakunya, pasti akan meninggalkan jejak, Tuan. Tapi bukankah malah sebenarnya Tuan sendiri yang ingin menghabisi nyawa Tuan Langit? Atau mungkin itu karma untuk Tuan karena ... sudah berniat--""Tutup mulutmu, sialan! Aku nggak butuh ucapanmu yang nggak bermutu itu!" Suara Mahendra tampak menggelegar."Saya minta maaf, Tuan.""Kalau begitu kamu kembali cari-cari bukti bahwa Langit m