Home / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / 15. Bocah yang dirindukan Lita

Share

15. Bocah yang dirindukan Lita

Author: Amegatari
last update Last Updated: 2023-12-05 18:17:51

Pandangan mata Lita beralih ke bocah yang digendong pria itu. Ia terdiam di tempatnya dan tidak bergerak sedikit pun.

Udara di ruangan tersebut terasa lenyap begitu saja dan membuatnya merasakan tekanan yang menyesakkan.

“Mama!”

Suara riang bocah itu semakin membuat detak jantung Lita menjadi tidak teratur. Ia berusaha mengendalikan dirinya tapi ia tetap terdiam membeku dengan semua kejadian yang tiba-tiba muncul di pikirannya.

“Mama?” Ekspresi bocah itu tampak bingung.

Pria itu menurunkan putranya kemudian ia duduk di sofa pada tengah ruangan tersebut.

“Pa, kok mama diam saja?”

“Hmm mungkin mama sedang terkejut dan menganggap ini mimpi...”

Alen menatap Lita dengan ekspresi bingung lalu mendekat. “Mama kenapa diam saja? Mama tidak merindukan ku ya?”

Lita tergagap saat bocah itu menyentuh tangannya. Ia ingin menegur bocah itu agar tidak memanggilnya mama, tapi ia takut Alen akan bersedih. “Ah maaf… Aku– ya ku pik

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   16. Permainan takdir

    Lita bangun terlambat setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan tentang semua hal yang terjadi tiba-tiba. Pikirannya dipenuhi oleh ingatan saat ia pertama kali bertemu Ardan. Meski sudah semalaman memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya, Lita tidak menemukan solusi selain mengundurkan diri dan menghilang dari kota itu. ‘Kalau aku menghilang tiba-tiba, apa semua akan lebih baik? Apa bocah itu akan mencari ku?’ gumam Lita dalam hati sambil memandangi jalanan melalui kaca bus trans. Ia sebenarnya enggan berangkat bekerja karena masih tidak siap jika pria itu melakukan hal seperti kemarin. Namun ia tidak bisa izin begitu saja karena hari ini ada rapat dengan para editor. Perempuan itu turun dari bus lalu melangkah dengan perasaan cemas. Ekspresinya semakin buruk begitu ia memasuki tempatnya bekerja. “Selamat pagi Litara.” Lita menoleh ke arah sumber suara. “Pagi Gio.” Pria itu mengernyitkan keningnya. “Pagi begini

    Last Updated : 2023-12-05
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   17. Dua pilihan buruk

    Semua perkataan Ardan ketika di Semarang itu kembali terngiang di telinganya. Namun ia mencoba bersikap tenang. “Perkataan waktu itu? Maaf sepertinya anda belum mengatakan terkait pekerjaan saya?” ucap Lita mencoba bersikap sewajar mungkin. Pria itu memandang Lita dengan ekspresi dinginnya. “Apa perlu ku ingatkan?” Lita mengepalkan tangannya erat, menahan rasa tidak nyaman yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya. “Jadilah istri ku selama beberapa tahun untuk merawat Alen,” ucap Ardan mengulangi kalimatnya beberapa bulan yang lalu. Lita bergidik ngeri saat pria itu mengucapkan kalimat yang sama. Kata ‘istri’ tersebut berhasil membuat perutnya terasa semakin mual. Kejadian yang sudah sempat dilupakannya, muncul kembali dalam ingatannya. Semua yang dianggap sudah berlalu ternyata sejak awal sudah mengikatnya. “Kenapa anda seperti ini kepada saya? Bukankah anda harus berterimakasih karena saya sudah menolong putra anda?” ucap Lit

    Last Updated : 2023-12-05
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   18. Pertimbangan

    Dua hari sudah berlalu sejak pertemuannya dengan Ardan waktu itu. Namun Lita masih belum menemukan solusi yang tepat untuk dirinya sendiri. Ia tidak mengerti kenapa dari banyaknya perempuan di negara ini, dialah yang harus berurusan dengan pria yang tidak memiliki hati itu. ‘Apanya yang tampan dan melelehkan hati? Seharusnya semua orang menyebutnya pria ******** yang tidak punya hati!’ keluh Lita dalam hati. Setelah percakapannya dengan Ardan, perempuan itu sering terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Ia bahkan bisa kehilangan nafsu makan hanya karena mendengar nama pria itu dari rekan kerjanya yang sedang bergosip. “Kamu kenapa akhir-akhir ini terlihat tidak bersemangat?” tanya Nia yang saat itu mengajak Lita makan siang bersama. “Terlalu terlihat ya?” “Iya, wajah mu terlihat pucat terus.” Lita mencoba mencari alasan yang tepat, tapi hanya satu hal yang muncul di pikirannya. “Ehmm, aku sebenarnya sudah putus dengan pacar

    Last Updated : 2023-12-06
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   19. Kesepakatan 7 Miliar

    Alarm ponsel Lita berbunyi tepat pukul 07.00. Ia meraih ponselnya dengan malas lalu mematikan alarm kemudian melanjutkan tidurnya. Semalaman perempuan itu sudah berpikir secara matang dan menganalisa semua kemungkinan alasan yang membuat pria itu sampai memaksanya. Ia akan menunjukkan sifat buruknya dan membuat pria itu menyesal lalu membatalkan penawarannyaa. Itu adalah rencana sempurna yang sudah Lita pikirkan dengan baik. Ponselnya bergetar lagi karena telepon dari kakek neneknya yang biasa menghubungi setiap akhir pekan. /Klik…/ “Ya nek?” “Loh cucu nenek belum bangun?” “Ini sudah… .” “Haduh kamu ini jangan bersikap begitu walau sudah diputuskan, kamu harusnya menunjukkan ke nak Rey kalau kamu juga bisa bahagia tanpa dia.” Lita menyembunyikan wajahnya di selimut. Sejak ia memberitahu kakek dan neneknya tentang hubungan yang sudah berakhir, nenek Kinanti sering menasehatinya untuk tidak tenggelam pada ke

    Last Updated : 2023-12-06
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   20. Terjebak sandiwara

    Wajah Lita memucat begitu rencananya berantakan. Tidak hanya keterlambatan dan penampilan mewahnya yang gagal membuat pria itu mundur, tapi permintaan uang dengan nominal fantastis yang disebutkan ternyata tidak menjadi masalah untuk pria itu. “Saya tidak setuju kalau pertahun. Bagaimana kalau anda tidak melakukan seperti yang anda janjikan?” jawab Lita asal. Otaknya sedang berpikir keras untuk menemukan alasan lain. Ardan tersenyum sambil menghela nafas. “Apa kita perlu saksi?” “Tidak… bukan begitu. S-saya hanya ingin merasa yakin.” Pria itu mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya. Beberapa saat kemudian muncul pemberitahuan di ponsel Lita tentang uang masuk sejumlah Rp500 juta yang baru saja diterima. “Aku tidak pernah bermain-main dengan apa yang ku katakan, Lita. Itu uang untuk awal, aku akan mengirim setengahnya lagi besok.” ‘Hahh???’ “Nah karena kamu datang terlambat dan waktu ku terbuang banyak, kita sekarang harus cepat

    Last Updated : 2023-12-06
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   21. Konsekuensi

    “Tentu saja ada, dia darah daging mu, cucu ku…” Interaksi dingin antara dua pria itu membuat Lita membeku di tempatnya. Jerry menatap ke arah Lita untuk bertanya, tapi akhirnya Ardan membuka suara lebih dulu. “Arlendra Argantara.” Pria tua itu menggangguk. “Arlendra Argantara Harsato.” Keduanya berpandangan dengan tatapan yang sama dinginnya. “Sudah terlanjur begitu.” “Kita kan bisa mengubahnya.” “Pa!” “Dia cucu ku, Ardan. Seharusnya sejak kamu mengakui secara terbuka bahwa dia anak mu, kamu juga sadar penuh bahwa darah keluarga Harsato mengalir padanya.” ‘Haahh… apa keluarga mereka tidak mengenal yang namanya komunikasi baik-baik?’ Lita langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia menatap ke arah Ardan dan Jerry secara bergantian. “Teruskan obrolan kalian, jika sudah selesai, panggil saya.” Perempuan itu langsung melangkah pergi sambil menenangkan Alen yang tampak kaget dengan suasana yang tidak menyenangk

    Last Updated : 2023-12-07
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   22. Cincin perjanjian

    Ardan sudah duduk dengan tenang saat Lita baru saja keluar dari ruangan tersebut. Ia sempat memandangi perempuan itu dalam waktu lama sebelum kemudian fokusnya teralihkan oleh sapaan seorang fotografer. Lita mendekat ke arah pria itu lalu berbisik pelan. “Anda harus menjelaskan semuanya kepada ku setelah ini.” “Ya,” jawab Ardan singkat. Ia mengeluarkan sebuah kotak cincin dari sakunya lalu memberikan salah satu cincin itu ke Lita. Cincin bermata black shappire dengan hiasan berlian kecil di sampingnya itu dipesan secara khusus oleh Ardan dari Kanada sejak satu bulan setelah pertemuan pertamanya dengan Lita. “Pakai ini dan jangan pernah dilepas sebelum perjanjian kita berakhir,” bisik Ardan pelan. Ia meraih tangan Lita cepat lalu memakaikan cicin itu di jari kanannya sebelum karyawan di studio foto itu mendekat. Pria itu begitu dekat dengannya sampai aroma parfum yang dipakai seolah ikut melingkupi tubuhnya. Ia berusaha mempertahankan ekspresi datarnya meski sedang merasa sangat k

    Last Updated : 2023-12-07
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   23. Kehilangan diri

    Lita terdiam begitu mendengar ucapan neneknya. Rasa panik yang tiba-tiba muncul kembali membuat perutnya terasa mual. “Ya? ada apa?” “Ada seorang pria yang datang, dia membawakan banyak baju dan makanan. Katanya dia dekat dengan mu sejak lama, tapi memangnya dia siapa, Lita?” “Dia tidak mengatakan sesuatu kan?” tanya Lita cemas. “Memangnya ada apa? Siapa dia? Dia hanya bilang kamu akan menceritakannya sendiri ke nenek dan kakek?” Perempuan itu menggigit bibir bawahnya. Ia mengutuk pria itu dalam hatinya. “Ehmm, maaf nek, bisa tolong berikan hp nya ke dia sebentar?” Suara menjadi hening sejenak dan hal itu semakin membuat perasaan Lita tidak nyaman. “Kamu bisa menerima telepon ternyata?” Suara dingin pria itu membuat Lita semakin panik. “Aku baru saja bangun… .” “Begitu? Bukannya kamu berniat kabur?” ‘Apa dia sedang tidak di dekat nenek sampai berani bicara begitu?’ “Aku tidak melakukan itu, kalau aku memang berniat kabur pasti aku kembalikan dulu uang yang kamu berikan… .”

    Last Updated : 2023-12-08

Latest chapter

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   14. Perasaan

    Ardan menyilangkan tangannya. “Itu karena kamu menyibukkan diri dengan mengerjakan banyak hal tanpa menyempatkan diri mengobrol santai dengan yang lain bukan?“Kamu juga tidak pernah mau ku ajak makan bersama atau pulang bersama, tentu wajar jika mulai ada rumor seperti itu,” tambah Ardan.Lita terdiam, ia selama ini memang sengaja mengambil pekerjaan sebanyak mungkin untuk mengalihkan pikiran juga untuk menghindari pertemuan yang terlalu sering dengan Ardan.‘Sial… aku terlalu fokus dengan diriku sendiri tanpa memperhatikan apa yang terjadi di sekitar,’ keluh Lita dalam hati.“Maaf, aku tidak berpikir kalau akan ada rumor seperti itu.”Ardan menatap ‘istrinya’. Namun Lita tidak bisa memahami makna dari ekspresi tersebut.“Apa kamu bertemu dengan teman masa kecil mu lagi?”“Teman masa kecil? Siapa?” Lita mencoba mengingat semua kegiatannya lalu menggeleng. “Aku tidak bertemu dengan teman ku selama sebulan ini, yang ku temui hanya rekan kerja.”“Aku tidak tau sebenarnya ada apa, tapi f

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   13. Percikan

    Lita memijat dahinya pelan. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Perasaan terlarang yang tumbuh alami tanpa bisa dihentikan itu membuat ia merasa benci dengan dirinya sendiri.Meski ia sudah berusaha menepis dan mengalihkan perhatiannya kepada hal lain. Ia tetap tidak bisa mengurangi perasaan itu. Walaupun ia berusaha bersikap ketus dan dingin, ia kembali merasa hanyut saat Ardan bersikap hangat.Waktu sudah berlalu satu bulan sejak Ardan menegurnya, tapi Lita masih enggan menggunakan uang jatah bulanan yang ia dapatkan. Perempuan itu masih saja menggunakan uangnya sendiri untuk keperluannya dan juga membelikan makanan maupun mainan untuk Alen. Meski statusnya dalam keluarga itu hanyalah sebatas perjanjian, ia ingin menunjukkan rasa sayangnya yang tulus kepada Alen.Tentu saja Ardan masih memantau penggunaan uang yang diberikannya. Namun karena awal tahun disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, ia masih belum menegur Lita lagi secara langsung.Lita sengaja mengambil ban

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   112. Tanda

    “Apa ini? Ada yang berulang tahun?” tanya Lita memastikan. Ardan mendekat lalu memberikan buket bunga dan hadiah ke Lita. “Tidak, tapi ini hari yang penting.” Lita menerima buket bunga dan hadiah itu sambil tersenyum meski merasa bingung. Ia berusaha menyembunyikan perasaan sebenarnya karena kakek dan neneknya sedang melihat. “Kamu pasti lupa kalau pada tanggal ini kita bertemu untuk pertama kalinya dulu,” ucap Ardan lagi. ‘Dia gila ya? apa perlu sejauh itu berpura-pura?? Lagi pula kakek dan nenek tidak perlu diperlihatkan seperti ini pun tetap percaya kalau dia suami ku…’ Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu menampilkan senyum senang. “Tentu aku ingat, itu hari yang spesial, tapi aku tidak menyangka kalau kamu menyiapkan ini.” “Ya, yang ku maksud urusan penting itu untuk menyiapkan ini.” ‘Seharusnya dia memang jadi aktor saja…’ gerutu Lita dalam hati. “Oh begitu? Kamu masih saja tetap romantis seperti dulu,” balas Lita dengan senyum yang dipaksakan. “Dia sangat perhatian

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   111. Teman lama

    “Ehmm, sepertinya tidak bisa sekarang. Aku sudah janji akan langsung pulang begitu selesai acara…” “Janji?” Davin memandang ragu ke arah Lita lalu mengangguk pelan. “Oh begitu… maaf membuat mu tidak nyaman karena malah menawarkan minum kopi bersama.” “Tidak, tidak… aku senang, mungkin lain kali aku bisa meluangkan waktu.” “Tidak perlu memaksakan diri, aku bertemu dengan mu begini saja sudah senang.” Percakapan keduanya terhenti saat Rini tiba-tiba mendekat. “Lita, kamu sudah ingat dengan teman mu yang ini?” “Tentu aku ingat, walau tadi sempat tidak mengenali…” “Dia Davin yang ku maksud, yang titip salam untuk mu.” Dahi Lita mengernyit, ia baru teringat saat Rini mengatakan ia mendapat salam dari seseorang. Pandangan matanya beralih ke arah Davin yang tersenyum ke arahnya. “Oh… maaf, karena sudah lama tidak bertemu, aku jadi lupa…” “Kamu melupakan teman masa kecil mu?” tanya Davin yang kemudian tertawa. “

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   110. Reuni

    Alen sejak tadi menatap Lita yang sedang bersiap untuk acara reuni. Ekspresi bocah itu terlihat sedih meski sudah dijelaskan bahwa ibunya hanya pergi sebenar.“Aku tidak boleh ikut?” tanya Alen lagi.“Alen, mama hanya pergi sebentar kok.”“Tapi mama akan kembali kan?”“Tentu saja, kenapa bertanya begitu?”Bocah kecil itu tidak menjawab. Ia masih terlihat murung tapi tidak sampai menangis atau menahan Lita agar tidak pergi.Lita mendekati ‘putranya’ lalu mengusap pelan kepala bocah itu. “Mama hanya bertemu dengan teman-teman mama, setelah selesai nanti langsung pulang.”“Bagaimana kalau mama bertemu dengan orang lain?”‘Apa maksudnya? Orang lain? Tentu saja aku bertemu teman-teman ku yang adalah orang lain?’/klek…/Obrolan keduanya terhenti saat Ardan masuk ke ruangan itu. Pandangan mata pria itu menyelidik penampilan Lita mulai dari sepatu sampai anting yang dipakai.“Teman mu sudah datang.”“Oke.”Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu ia mencium keningnya. “Mama pergi dulu ya?”B

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   109. Peran

    Perjalanan menuju rumah pada sore hari itu berlangsung panjang. Jalanan yang macet membuat waktu tempuh menjadi lebih lama dari seharusnya. Lita terbangun tepat saat mobil yang mereka naiki memasuki area komplek GrandC. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke sebelahnya. Alen terlihat tidur sambil bersandar di lengannya. “Maaf ya, tuan, nyonya, perjalanannya jadi sangat lama karena macet,” ucap pak supir begitu memasuki pekarangan rumah Ardan. “Tidak apa-apa kok, saya malah ada kesempatan istirahat.” “Ponsel mu sejak tadi sepertinya terus bunyi,” ucap Ardan mengabaikan perkataan pak supir. “Oh iya? Aku tidak dengar…” Ardan turun membawa Alen lebih dulu kemudian masuk rumah. Ekspresi pria itu terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal dan itu membuat Lita merasa bingung. ‘Dia kenapa lagi?’ Lita masih terdiam di halaman rumah begitu turun dari kendaraan. Ia tiba-tiba kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di kediaman itu. ‘Kalau waktu itu aku tida

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   108. Terikat

    Ardan tidak langsung menjawab, ia meletakkan ponsel dan dompetnya lalu berjalan menuju koper kemudian mengambil kaos lengan panjang. “Zan menghubungi ku, ada hal yang perlu ku periksa,” balas Ardan asal. “Bukankah dia juga sedang libur?” “Ya…” Lita mengalihkan pandangan matanya begitu Ardan langsung berganti pakaian di tempat. ‘Kenapa dia tidak ganti di kamar mandi saja sih?’ gerutu Lita dalam hati. Saat Lita mengalihkan pandangannya, Ardan tersenyum kecil. Ia menggantung kemeja yang tadi ia lepas lalu duduk di kursi dekat pintu. “Kenapa belum tidur?” Tatapan mata Lita kembali mengarah ke Ardan yang saat ini sedang menuang minuman. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi pria itu terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. “Tadi siang aku sudah tidur, jadi sekarang aku belum mengantuk.” Setelah meneguk minuman di gelas, pandangan mata Ardan beralih ke putranya yang sedang terlelap. Kali ini ia terlihat sed

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   107. Menipu diri

    Ardan terdiam selama beberapa detik lalu secepat mungkin menutup pintu kembali. Lita yang sadar dari keterkejutannya pun langsung memakai kaos yang dipegangnya. Perempuan tersebut menghela nafas panjang lalu menyesali tindakannya. ‘Seharusnya aku berganti pakaian di kamar mandi…’ Sepuluh menit setelah itu Ardan baru masuk kembali ke dalam kamar dengan ekspresi canggung. “Aku mau ambil dompet…” “Oh… ya, ya.” balas Lita sambil mengangguk. Ada rasa canggung yang terlihat jelas dari gerak tubuhnya. “Aku akan keluar bersama saudara sepupu ku sampai malam… jadi tidak usah menunggu.” Lita mengangguk lagi. “Oke…” Pandangan keduanya bertemu, tapi Ardan langsung mengalihkan tatapannya ke arah Alen. Ia berusaha mengalihkan pikirannya. ‘Sial…’ “Kalau Alen terbangun dan menanyakan ku, hubungi aku,” ucap Ardan asal. “Ya…” “Kalau begitu, aku pergi dulu.” “Hati-hati di jalan…” Ardan melangkah pergi

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   106. Makan bersama

    Lita, Ardan dan Alen kembali ke kediaman Tanoro menjelang tengah malam. Ardan memang sengaja tidak di rumah neneknya lebih lama karena tidak ingin Lita bertemu dengan paman-pamannya lebih awal. Pria tersebut mengajak Lita dan Alen berkeliling ke berbagai tempat. Setelah mengenalkan kota kelahiran ibu kandungnya, mereka baru kembali ke rumah. “Maaf kami baru kembali, saya jadi tidak membantu menyiapkan makan malam,” ucap Lita dengan ekspresi bersalah. “Tidak apa-apa kok, nenek dengar Ardan memang sangat posesif,” balas Lasti Tanoro dengan senyum tipis. ‘Posesif?’ gumam Lita dalam hati sambil tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Sara yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, akhirnya mendekat ke arah Lita. “Ya, Ardan memang posesif, dia bahkan tidak mengijinkan Lita menginap di tempat ku terlalu lama.” Belum sempat membuka suara, Lita dikejutkan dengan suara berat seorang pria dari belakangnya. “Oh, ini istri Ardan?” ucap seorang pria paruh baya berkacamata. Lita menoleh ke ar

DMCA.com Protection Status