Share

Dimanja 🔞

Author: Rucaramia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lizzie menuruti perintah sang pria, menggigit bibirnya sendiri sebagai bentuk antisipasi tatkala pria itu mulai bekerja menyelipkan jemarinya disana. Pria itu menekan salah satu ujung jarinya tanpa merasa perlu menunggu Lizzie menyesuaikan diri sebelum kemudian menghempaskan seluruhnya dalam satu sentakan. Lizzie mengerang keras, dia sudah tidak mampu lagi menyembunyikan desahannya sendiri sekarang. Hanya bisa memejamkan mata sejalan dengan punggungnya yang melengkung. Merasakan dirinya terisi oleh jari yang kedua pria itu di dalam dirinya. Tubuhnya bergetar bukan main.

“Kau menikmati permainan kecil ini, hm?” ungkap Daxon dengan suara menggoda khasnya. Napasnya memburu.

Lizzie tidak sanggup menjawab, hanya saja kini wajah gadis itu sudah bersandar di leher pria itu sambil terengah-engah.

Belum usai urusan Lizzie untuk membuat tubuhnya beradaptasi, pria itu malah menarik jemarinya dan mendorongnya lagi. Lizzie langsung memeluk tubuh pria itu erat-erat. Tidak peduli dengan suaranya yang melengking karena ulah Daxon yang memang nakal kepadanya. Lizzie dibuat kelimpungan atas ritme yang pria itu ciptakan, bahkan belum sempat Lizzie mempelajarinya pria itu malah menambahkan jari ke tiga yang tentu berakibat membuat tubuh gadis itu terlonjak hebat.

Lizzie kewalahan, matanya berputar dan dia tahu betul bahwa ekspresi yang sekarang dia buat akan terlihat sangat bodoh di mata Daxon. Kini Daxon sudah berhasil mengendalikan Lizzie semaunya, persis seperti apa yang Lizzie harapkan. Sebuah permainan panas yang akan membuat dia melupakan kejadian menyebalkan yang mengganggu otaknya.

“Ah fuck!” Lizzie berteriak keras-keras, matanya tersentak dan terbuka ketika Daxon menemukan titik ternikmat ditubuhnya hanya dengan jemari saja. Air mata mengalir di pelupuk mata, dia terlalu hebat.

“Jadi kau sangat menyukainya ya, Lizzie?” ujar Daxon seraya bernapas di dekat lehernya. Memainkan jemarinya tiada henti seperti sedang mengetik diatas keyboard. Dan tentu saja setelah dia menemukan titik itu, Daxon tidak berhenti membombardir Lizzie disana. Lizzie pikir dia akan mati dalam sebuah kenikmatan terhebat seumur hidupnya dalam sesaat.

“Om Daxon.”

“Hm? Want me to keep finger fuck you there?” tanyanya yang ribuan kali lebih seksi dari apa pun. Dirty talk memang paling menggairahkan saat menggunakan bahasa asing, Lizzie suka itu. Hal remeh yang membuatnya makin resah dan membutuhkan lebih. Apalagi ketika dia menyadari bahwa Daxon bermain-main dengan kulit lehernya, menggigitnya sedikit sesekali menghisapnya pula. Lizzie rasa dia akan punya banyak kissmark setelah semua ini berakhir. “Kau ingin aku lembut atau kasar? Bagaimana kau menginginkan aku?”

“H-Hard … rough,” sahut Lizzie terengah-engah. Persetan dengan segalanya. Dia ingin melupakan semua hal menyebalkan yang dia terima hari ini dengan sentuhan Daxon ditubuhnya.

“Kau perlu belajar sopan santun pada yang lebih tua,” timpal Daxon memainkan suaranya seperti sedang bersenandung di leher Lizzie, jari jemarinya melambat dan membuat Lizzie perlu menggerakan dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan yang dia inginkan.“Say, please then I will give you what you want.”

Lizzie menjambak rambut Daxon dengan tangan yang gemetaran lantaran frustasi sebab hasratnya tidak tersalurkan dengan baik. “Please Om, please hard on me.” Hanya kata itu yang sanggup Lizzie ungkapkan. Senyuman penuh kemenangan tergambar jelas di wajah Daxon.

“Allright, baby,” sahutnya dengan suara baritone rendah andalannya, menuruti apa yang sang sugar baby inginkan.

Lizzie membiarkan lehernya terekspos bebas, membuat Daxon bisa memanjakannya dengan lebih leluasa. Ya, Daxon mengambil kesempatan yang Lizzie berikan. Pria itu menghisap kulit leher Lizzie yang sensitif dengan lebih keras ketika dirinya menekan jemarinya dengan ritme yang teratur dan tempo yang cepat sekaligus, menekannya berulang kali membuat tubuh yang sedang dia dominasi hanya bisa mengerang-erang dibawah rengkuhannya.

Perasaan itu sesungguhnya memberikan guncangan ekstasi penuh kenikmatan. Lizzie bahkan kini sudah berhasil mensinkroniasikan pergerakannya dengan jemari pria itu. Menjerit dengan suaranya yang berubah serak lantaran terlalu banyak memaki dan merintih. Gadis itu datang tanpa peringatan, tubuhnya langsung ambruk di sisi Daxon dan masih dalam kondisi gemetaran. Air mata dan saliva menjadi saksi betapa nikmatnya permainan yang Daxon berikan kepada Lizzie. Perlahan-lahan Daxon menarik jemarinya dari sana dan memperhatikan bahu Lizzie yang masih bergetar sebagai efek atas puncak yang berhasil dia raih.

Napasnya yang terengah itu berakhir, ketika gelombang terakhir kenikmatannya berangsur memudar. Lizzie membuka matanya, dia menemukan iris hitam kelam pria itu menatapnya dengan kilatan yang penuh hasrat. Pria itu mengusap rambutnya dengan sangat lembut, menyisir setiap helainya seraya merapikan beberapa helai yang merapat pada wajah Lizzie yang penuh keringat.

“Kita istirahat sebentar,” kata Daxon memutuskan. “Butuh sesuatu? Mau air? Cemilan?”

Kini Lizzie mengerti mengapa ada air dan cemilan yang diletakan didekat ranjang. Rupanya pria itu memang sudah merencanakan membuatnya lelah dan kehabisan napas seperti ini. Padahal mereka bahkan memulainya sama sekali, tapi Lizzie sudah kehabisan energi. “Tolong air,” sahut Lizzie dengan suaranya yang nyaris habis. Dia saat itu meringkuk dengan kaki yang terlipat mencapai perutnya sementara Daxon mengambil segelas air dan membantunya untuk berada pada posisi yang nyaman untuk minum.

“Tidak kuduga ternyata kau bisa juga menjadi gadis yang penurut,” gumam Daxon sambil memperhatikan Lizzie yang menyesap air yang beberapa saat lalu dia serahkan.

Lizzie hanya menyeringai sekadar meremehkan ucapan pria itu. Dia jelas menyadari bahwa Daxon memberikan atensi penuh kepadanya saat ini seolah dia adalah satu-satunya. “Bisa jadi.”

Daxon membelai rambut Lizzie, sementara Lizzie menyandarkan tubuhnya pada dada bidang pria itu. “Senang mendengarnya.”

Lizzie tersenyum, tubuh pria itu terasa lembut dan hangat meski kenyataannya lebih pas bila disebut sebagai keras dan kokoh. Daxon sendiri menarik Lizzie untuk merapat sehingga wajah mereka cukup dekat untuk bisa saling bercumbu. Tapi sebelum dapat melakukannya, Lizzie memalingkan muka. Daxon menyeringai agak kesal di pipi Lizzie ketika dia mendapatkan penolakan yang begitu jelas tersebut.

“Kau tidak suka berciuman ya?”

“Ciuman hanya berlaku untuk orang yang sedang menjalin hubungan asmara nyata dan atas dasar cinta. Kita berdua tidak termasuk dalam kategori itu,” jelas Lizzie.

Daxon mendengus, tapi kemudian dia menarik dirinya tanpa menjawab pernyataan tersebut. Lizzie bisa merasakan adanya ketegangan yang menyeruak. Tapi untuk sekarang dia merasa bahwa apa yang dia katakan adalah sebuah kenyataan. Tidak ada yang salah dari perkataan yang dia sampaikan kepada pria itu.

“Berbaliklah, mari kita selesaikan sekarang.”

Lizzie kebetulan sekali sedang lelah untuk berdebat dengan dirinya sendiri untuk mempertimbangkan apa dia salah atau tidak untuk mengatakan hal itu. Dia juga sedang tidak mau membebani kinerja otaknya dengan memperhatikan perasaan Daxon kepadanya karena sedikit penolakan. Lizzie pikir dia akan dibombardir sekarang, tapi kenyataannya pria itu malah menuangkan lotion lagi dan meraih bahunya. Dia memijat bahu Lizzie dengan tekanan yang pas, membuat seluruh ketegangan di bahunya memudar seiring sentuhan pria itu. Rileks kembali dia dapatkan.

“Jadi, ada apa dengan penyelesaian ini? kenapa tiba-tiba kau malah memijat aku?” Lizzie angkat bicara. “Kupikir yang kau pedulikan hanyalah bercinta saja.”

“Ya, memang,” jawab Daxon tanpa perlu berpikir. “Aku hanya ingin memberi sedikit kesan. Karena aku yakin kau sangat tahu tentang dirimu sendiri. Kau masih muda, manis, dan penuh energi. Kau bisa menemukan selusin pria lain yang bersedia menjadi teman ranjangmu. Tapi aku pastinya menjadi yang terbaik diantara mereka karena kau memilih datang padaku dengan sukarela.”

“Kau beruntung karena mereka sibuk hari ini,” sahut Lizzie. Karena kenyataannya dia tidak pernah sembarangan melemparkan dirinya. Sejauh ini dia hanya bercinta dengan dua pria. Levin kekasih temannya, dan tentu yang kedua adalah Om Daxon yang akan membayarnya untuk sekali bercinta.

“Kau tidak pandai berbohong,” kata Daxon yang tiba-tiba saja sudah menggigit kulit leher Lizzie lagi. Gadis itu mengerang dan menyandarkan tubuhnya kepada pria itu sebagai bentuk ketidakberdayaan. “Akui saja kalau aku lebih hebat dari pria yang pernah menyentuhmu diluar sana. Sejujurnya kulakukan ini supaya bisa meningkatkan peluangku agar kau kembali merangkak padaku. Ngomong-ngomong kau terlihat stress dan berantakan sekali hari ini.”

“Yah, aku memang stress hingga nyaris gila hari ini,” aku Lizzie. “Dan ya aku mengakui bahwa aku lebih suka padamu dari pada patnerku yang lain. Ada terlalu banyak emosi terlibat dan omong kosong dengan mereka dalam hubungan seperti ini. Tapi denganmu, aku tidak perlu merasa bersalah.”

Daxon menyeringai, kini lidahnya sudah bekerja menggantikan tangannya untuk mengeksplorasi kulit halus Lizzie. Dia menelusuri punggung gadis itu, tiba di pangkal pahanya dia mendorong lidahnya sedikit, membuat Lizzie menggeliat dan mengerang lagi. “Tidak ada emosi yang terlibat, hanya seks dan sesekali saling memanjakan diri. Kurasa itu sesuai dengan pengaturan yang aku suka. Kita bisa jadi patner yang baik, Lizzie.”

Lizzie berbalik dari posisinya, melepaskan diri dari kungkungan Daxon yang siap memangsanya lagi. Dia tersenyum dan menarik kemeja Daxon, membuka kancingnya dengan cara sensual.

“Fucking energetic,” komentar Daxon lagi sedikit terkejut karena aksi Lizzie kepadanya yang terkesan tidak sabaran.

“Perlu minum Viagra, Om?”

“Tidak perlu sama sekali, gadis nakal,” jawab Daxon sambil melepaskan bajunya sendiri, sementara Lizzie sudah berbaring santai dan menyasikan betapa seksinya pria itu disana dari sudut pandangnya. Dia sibuk dengan bagian dari dirinya yang telah menegak dan siap. Itu pertunjukan yang luar biasa erotis. Pria yang lebih tua memang sangat atraktif, dan Lizzie tidak bedusta bahwa dia dua kali lipat lebih seksi dari pada Levin yang seusianya.

“Apa kau menginginkan ini, Lizzie?” Pria itu berbisik sementara dirinya telah menekan bagian dirinya pada titik sensitif di tubuh Lizzie. Menggodanya sedikit hanya dengan ujungnya. “Apa kau ingin aku membuatmu menggila dengan ini?”

Related chapters

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Berkembang

    Petualangan yang terjadi diantara mereka terlalu liar dan brutal daripada terakhir kali. Lizzie kini sudah terkapar, ambruk di tempat tidur setelah entah berapa kali pria itu mengulanginya lagi dan lagi. Dia tidak pernah tahu bahwa stamina dan energi pria yang lebih tua ternyata lebih daripada pria yang seusia dengannya. Mungkin Lizzie harus berterima kasih pada Daxon karena telah meringan sedikit stress yang dia miliki. Permainan ranjang yang panas nyatanya cukup membantu untuk mengusir semuanya. Jangan lupakan pula berapa yang dia dapatkan dari ini. Dimanjakan dan dapat uang. Daxon benar-benar sempurna untuk dia jadikan patner.Ketika pria itu menarik diri, Lizzie tiba-tiba saja merasa kosong dan hampa. Dia memperhatikan melalui kelopak matanya yang berat ketika Daxon berada di posisi duduk dan tengah mengatur napasnya sendiri. Lizzie menutup kedua kakinya yang gemetar, membalikan badannya ke samping. Daxon malah menangkap hal itu sebagai sebuah tanda dan memberikan sedikit tamparan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Kebetulankah?

    Tiba di malam galeri seni diadakan, Lizzie kebetulan mendapatkan jadwal lembur sehingga rencananya untuk tiba lebih awal mesti pupus. Dia juga mendapatkan pesan dari ibunya yang menanyakan keberadaanya. Armant meneleponnya, menanyakan hal yang sama karena batang hidungnya belum ditemukan disana. Tapi setidaknya Lizzie sempat menerima telepon dari Armant dan meminta pada pemuda itu untuk mengabarkan pada ibunya bahwa Lizzie akan berada disana sesegera mungkin. Tiba ditempat, Lizzie berlari ke galeri dengan terengah-engah. Mina menepuk punggungnya begitu sang sepupu menemukan keberadaannya disana. “Kau terlambat sepuluh menit,” ungkap sepupunya sambil tersenyum simpul. “Ya, meski begitu aku mengerahkan semuanya untuk itu,” jawab Lizzie sambil menegakan tubuhnya, Mina melirik ke arahnya kemudian tiba-tiba saja menarik kemeja yang dia kenakan sehingga berada pada posisi yang lebih rapi. Mengancingkan kemeja yang dia kenakan dan merapikan rambut Lizzie yang acak-acakan terkena angin malam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Up & Down

    “Armant.”Lizzie merasa udara disekitarnya seolah hilang begitu saja. “Kalian berdua saling kenal?” tanya Lizzie setelah beberapa menit ternganga lantaran tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan dan dengar di depan mata. Dengan enggan Daxon melangkah mendekat pada Armant, jemarinya mengetuk gelas kosong yang dia genggam dengan cara yang kikuk.“Semacam itu, kurasa,” sahut Armant tegas. “Sudah lama sekali Daxon, aku tidak tahu kalau kau sudah kembali.”“Ya, aku baru tiba,” timpal Daxon dengan getir.“Aku sebetulnya benci ikut campur dalam reuni kalian tapi aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi disini,” ungkap Lizzie sambil merangkul tangan Armant dengan cara bersahabat seperti biasa. Tertawa dengan cara yang terpaksa yang menyebabkan Mina sepupunya merasa malu karena itu. Gadis itu mencoba melepaskan rangkulan Lizzie dari Armant dan memintanya untuk memisahkan diri dari kedua pria itu.“Lizzie, kau tidak bisa ikut campur dalam urusan orang begitu saja. Apa yang kau

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Dari Om Jadi Daddy

    Setelah selesai dengan Mr. Pixys, Lizzie berjalan menuju ke arah parkiran. Dia tidak mengira bahwa Mina dan Armant menunggunya. Bukankah mereka beberapa saat yang lalu pergi karena ada janji?“Kenapa kalian masih ada disini?”“Oh ayolah, ada apa dengan senyuman itu? kau punya sesuatu yang harus kau bagi dengan kami kan?” sahut Armant tiba-tiba yang tentu saja memancing Lizzie untuk tersenyum lebar.“Kalian merencanakan sesuatu dibelakangku?”“Tentu tidak, secara kebetulan aku dan Armant memang punya janji. Tapi setelahnya entah kenapa kami memilih untuk kembali. Kami memikirkanmu Lizzie, rasanya jahat sekali saat kami menghabiskan waktu dengan oranglain saat malam ini adalah malammu,” ungkap Mina.“Masuk ke mobil, kita bicara di dalam,” timpal Armant lagi yang entah sejak kapan sudah masuk ke dalam mobilnya.“Aku bawa motor.”“Tinggalkan saja disana, nanti biar aku yang ambil motormu sebagai kompensasi.”Lizzie mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih sumringah, mengambil kursi belaka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Kontradiktif

    Lizzie menghabiskan waktu menunggu kelas berikutnya dengan memilih menyandarkan diri di sebuah pohon dekat kampus. Mengeluarkan sebuah buku sketsa untuk menyelesaikan salah satu tugasnya. Dia membolak-balik buku sketsa tersebut, sedikit terhenyak karena kebanyakan isinya malah diisi oleh sketsa singkat sosok Daxon. Ini lucu, hanya karena kebersamaan singkat mereka Lizzie jadi lebih banyak mengingat pria itu secara tidak sadar.Sibuk dengan coretan baru, Lizzie sadar betul bahwa ada sepasang mata yang menatapnya dari jauh. Gadis itu mendongak tepat waktu sebab dia mendapati seorang pemuda melemparkan tas ranselnya ke bawah diikuti tubuhnya sendiri yang dia jatuhkan tepat di sebelah Lizzie.“Tidak ada kelas lagi, bung?” tanya Lizzie tanpa mesti mengalihkan perhatiannya dari buku sketsa.“Basically,” balas pemuda itu seraya menghela napas lelah. “Apa-apaan dengan sebutan ‘bung’ itu? tidakkah kau merindukan memanggil namaku dengan cara yang seksi seperti biasanya ‘Levin~’ seperti itu,” sa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Dinner Bareng Om

    Selesai kelas dan bekerja sambilan, tadinya Lizzie pulang ke apartment-nya hanya untuk sekadar mandi. Mina saat itu sedang lembur di rumah sakit tempat dia magang, sementara Armant tampaknya punya janji sendiri untuk berkencan dengan Annie. Sesuatu yang Lizzie takutkan dapat dia lewati dengan baik dan sempurna sesuai harapannya. Dia tidak harus mengkhawatirkan banyak pertanyaan dari mereka berdua. Jadi, Lizzie bisa memanfaatkan waktunya dengan sangat baik untuk bersiap dan tampil sedikit lebih rapi. Dia berharap bisa sedikit modis seperti sepupunya Mina yang punya koleksi gaun malam di lemarinya. Tapi bila dia terlalu antusias dia takut Daxon malah menganggapnya gampangan. Karena itulah, dia memilih celana jeans gelap dan kemeja berwarna hitam. Rambutnya yang terurai acak, dia sisir rapi dan ikat ekor kuda dibelakang. Setelah bergumul di depan cermin agak lama, gadis itu hanya bisa mengumpat sebelum menyambar ponselnya yang kebetulan sekali mendapati pesan dari Daxon.DaddyHereLizzi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Dinner Bareng Om (2)

    Lizzie tidak langsung menjawabnya, malah dia memilih untuk menatap Daxon, baru kepada pelayan yang melayani mereka. Marie. Itu adalah Marie. Kekasih Levin. Gadis yang dia temui sebelum akhirnya mereka bertemu kembali dengan situasi yang tidak terduga seperti ini. Namun yang lebih menganggu adalah mereka sama-sama berdusta sebelum bertemu kembali di tempat ini. Lizzie memaksakan wajahnya untuk berekspresi setenang mungkin, kemudian memberikan senyuman yang kikuk kepada gadis itu. “Hai.” “Sepertinya takdir mempertemukan kita kembali, ya?” Marie tertawa tapi Lizzie sama sekali tidak memahami dimana letak kelucuan dari kata-katanya. Meski begitu Lizzie tetap menganggukan kepala. “Ya.” “Namun lebih pada takdir yang lucu,” sahut Daxon tiba-tiba mengikuti arah pembicaraan kedua gadis di hadapannya sambil meletakan menu miliknya diatas meja sehingga menarik perhatian Marie. “Ah, maafkan saya. Apa yang inginkan sebagai pembuka?” “Aku ingin pesan segelas cabernet,” jawab Daxon santai. “Dan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjebak Pesona Papi Gula   Kisah Masa Lalu Daxon

    Pria itu mengubah ekspresi wajahnya sesaat, menghela napas sebelum kemudian memberikan Lizzie sebuah senyuman penuh arti. “Itu bukan kisah yang bagus, sebenarnya. Aku tidak ingin mengubah suasananya.”“Aku tidak secengeng itu untuk langsung menangis hanya karena mendengar kisah sedih, Pak tua.”Daxon tiba-tiba mengambil garpu milik Lizzie, menusuk sepotong daging lalu menyuapi. Lizzie tidak keberatan atas aksi itu dan malah menikmati perhatian kecil darinya. “Kau dan mulut besarmu kadang perlu didisiplinkan sesekali,” sahut Daxon terkekeh.Lalu kemudian cerita meluncur dari mulut si pria. Kisahnya tentang Armant dan bagaimana hubungan mereka. Situasinya kurang lebih sama seperti yang Armant sempat ceritakan. Tapi kemudian ketika Daxon menyebutkan satu nama, kisah itu jadi sedikit lebih berat dari pada yang Lizzie sangka.“Pria itu adalah pria paling buruk untuk menjadi seorang wali bagi seorang anak,” ungkap Daxon sambil menyesap wine miliknya. Tatapan mata pria itu agak berkelana se

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Together Forever

    Lizzie mengangguk sambil menarik kemeja Daxon. Pria itu menggigit puncak dadanya, seraya menanggalkan pakaiannya sendiri begitu pula Lizzie yang melakukan hal serupa. Daxon meraih gadis itu dan menciumnya dalam-dalam, membuat mulutnya terasa panas. Daxon kembali meraih sela-sela kaki Lizzie, kali ini melepaskan mainan yang menyumbatnya menciptakan bunyi yang lucu dan basah disana. Lizzie bergidik karena Daxon memeluk erat dirinya ketika sensasi tersebut menyapu dirinya. Sambil melingkarkan lengannya di pinggang Lizzie, Daxon membantu gadis itu untuk duduk dipangkuannya. Lizzie membuka lebar kedua kakinya, seraya memegang bahu Daxon dengan jarinya yang gemetaran. Dengan hati-hati Lizzie memposisikan dirinya di pangkuan Daxon, menemukan bagian diri dari Daxon yang menggodanya ketika dia mencoba memposisikan dirinya disana. Secara perlahan Lizzie meraihnya, menyelipkan bagian itu ke dalam dirinya. Dengan pelan, dengan sangat hati-hati setiap inchi dari bend aitu mulai melesak masuk pada

  • Terjebak Pesona Papi Gula   With You

    Tiga tahun kemudian …Lizzie bersenandung seraya meletakan paletnya, mundur selangkah dari posisi untuk mengagumi lukisan baru hasil buah tangannya selama berjam-jam. Bunga-bunga berwarna biru dengan gradasi ungu yang disusun sedemikian rupa di sebuah lapangan yang hijau, sangatlah kontras dengan lukisan yang sebelumnya dia selesaikan dan bertemakan soal medan perang terpencil yang hanya memuat tiga bunga yang tercecer darah dari prajurit. Jika disuruh memilih jelas, Lizzie lebih suka lukisan terbarunya. Tentang ladang bunga yang sedang mekar dan memberikan nuansa penuh kedamaian dan ketenangan di bandingkan lukisan perang. Tentu ada perbedaan signifikan, mulai dari hasil akhirnya sampai pada bagaimana cara dia menyapukan kuasnya dan pemilihan warna juga. Tetapi karena perasaan yang ditimbulkan setelah dia menyelesaikan luksian itu, dia entah kenapa merasakan seperti sebuah kenangan disana. Padahal jelas-jelas Lizzie tidak hidup pada zaman itu. Tetapi lukisan ini adalah representasi a

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Union

    Ketika itu cukup pagi, Lizzie dan ibunya telah berada di bandara. Armant yang bertugas mengantarkan mereka sampai ke sana, karena Dion harus bekerja, tetapi faktanya Lizzie memang punya niatan untuk pergi pagi-pagi sekali supaya tidak perlu berpamitan dengan pria itu. Sungguh, meski hubungan mereka sudah jauh lebih baik tetapi dia masih saja merasa canggung kepada pria itu. Terlepas dari hal-hal gila yang terjadi diantara mereka berdua yang dipicu oleh Lizzie yang memutuskan keluar dari jalur yang digariskan ayahnya dan memilih menjadi seorang seniman alih-alih menjadi dokter idaman. Tetapi setidaknya hubungan mereka berada sekarang sudah terbilang sedikit lebih sehat dibandingkan sebelum-sebelumnya. Bisa dibilang insiden yang tercipta dari perpisahannya dengan Daxon dua tahun lalu, memberikan sebuah hikmah tersendiri. Lizzie mendapatkan kembali hubungan baik dengan ayahnya. Ya, itu patut disyukuri.Lizzie memeluk mereka berdua sebelum benar-benar pergi. “Kamu tidak merasa terlalu pay

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Kepedulian Orang Terdekat

    “Aku mencintaimu, Om,” bisik Lizzie, matanya terpejam rapat. “Aku mencintaimu dan aku akan selalu begitu.”Kata-kata itu sesungguhnya kata yang manis, tetapi sekarang saat dia mendengarnya itu jadi begitu menyakitkan. Meskipun memang dia bersungguh-sungguh mengatakannya tetapi setelah dia melakukan sabotase seperti ini. Sudah jelas tidak mungkin pria itu masih ada di balik pintu dan menunggunya, atau mendobrak pintu dan menyangkal penolakan Lizzie terhadapnya. Namun dia tahu, jauh dilubuk hatinya, Lizzie telah menghancurkan segala kemungkinan hal itu terjadi.Dua tahun adalah waktu yang telah dia lewati dalam kesengsaraan, apakah aneh baginya untuk menerima begitu saja kesempatan yang Daxon tawarkan kepadanya? Dan untuk apa semua itu? kesempatan untuk memperbaiki karena saat itu dia belum cukup dewasa? Tapi kesalahan akan terus membayangi dan Lizzie tahu bahwa dia sesungguhnya harus bedamai dengan dirinya dahulu.Meskipun cara memotong ikatannya sangatlah egois, tetapi itu yang terbai

  • Terjebak Pesona Papi Gula   You Right

    Daxon mengetuk pintu dan kemudian dia mundur selangkah. Dia kembali menatap ponselnya sendiri, tidak untuk menghubungi Lizzie tetapi justru nama Armant yang terdapat disana. Dia membaca ulang seluruh teks yang dikirimkan pemuda itu terhadapnya. Izin telah diberikan…Pintu dibukan dan dia langsung disambut oleh sepasang mata cantik yang telah lama tidak pernah dia lihat. Ada kantung mata yang tercipta dan matanya sedikit membengkak. Sepertinya dia kurang tidur dan sedang putus asa. Kini kedua mata itu dipaksa untuk membelalak lebih lebar.“Daxon …,” bisik Lizzie dengan napas yang terengah-engah.Daxon hanya bisa tersenyum mendengar namanya disebut oleh suara yang teramat dia rindukan. Begitu pula pergerakan bibir itu ketika melafalkannya. Dua tahun tidak banyak mengubah orang rupanya.Dia menatap bibir itu, bibir yang menjadi miliknya dan beberapa kali telah dia cium, diklaim, dan dia gigit ketika tiba pada titik dimana gairah luar biasa menyapu dirinya. Ya, setidaknya hal itu berlaku

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Rokok dan Obrolan Pria Dewasa

    Smith menyerbu ke arahnya dan mencoba menghentikan Daxon. Pria itu memandangnya dengan amarah yang menggebu, disertai ekspresi wajah yang tertekan luar biasa.“T-Tidak!” Daxon berteriak ketika Smith menyeretnya untuk masuk kembali ke dalam ruangan. “Smith berhenti! Lepaskan aku sialan!”Smith mendorong Daxon ke lantai seperti pria itu adalah boneka kain. Terlepas dari ukuran dan massa otot Daxon, Smith masih jauh lebih kuat darinya. Oleh karena itu Smith dengan mudah berada diatasnya. Berkuasa atas Daxon dan mengendalikannya seperti seorang ayah yang mencoba menenangkan anak laki-lakinya yang sedang mengamuk dan histeris. Daxon membuka mulutnya untuk terus berteriak tetapi Daxon pada akhirnya menampar pipi pria itu sebelum dia bisa melakukannya.Daxon terkejut.“Ada apa denganmu, Daxon?” bentak Smith. “Demi Tuhan, apa yang ada di kepalamu saat ini? kau sedang bekerja. Ada banyak orang disini, tapi kau sudah kehilangan akal. Ini benar-benar sangat tidak professional.”Daxon menarik nap

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Bertikai

    Daxon sejujurnya agak malas pergi ke kantor. Tetapi dia harus mengirimkan pakaiannya ke binatu dan semenetara itu dia mulai membersihkan rumahnya yang kacau balau. Melakukan pembersihan sebagai bagian dari pada menjernihkan pikirannya lebih dari sekadar memakan ice cream yang manis. Tetapi ice cream sejujurnya menjadi pendamping yang bagus untuk pesta menonton film horror (Daxon berterima kasih kepada Smith yang meminjamkannya kaset flm horror terbaru) anehnya itu cukup untuk dia jadikan sebagai penghiburan.Daxon menatap arloji di tangan kirinya dan mulai berjalan memasuki kantor dengan bahu yang terasa jauh lebih berat dari pada biasanya. Dia datang satu jam setelah kantor dibuka dan dia melihat sekeliling. Ada mike dan asistennya, Smith yang berada diruangannya. Daxon melirik ke arah seseorang pekerja baru di kantornya. Levin. Pemuda yang disarankan oleh Lizzie kepadanya dan memintanya untuk memberikan orang itu kesempatan. Sesuai dengan perkataan gadis itu, kinerja Levin memang te

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Dua Sisi yang Berantakan

    Perjalanan pulang benar-benar sunyi. Bahkan suara gemuruh kendaraan roda empat dan dua diluar sana tidak cukup memecahkan keheningan di dalam. Suara deru mesin mobil yang mereka naiki juga tidak banyak membantu membuat suara. Tidak ada kata-kata yang dipertukarkan. Tidak ada yang dikatakan, bahkan saat Lizzie keluar dari mobil Daxon. Keheningan sekali lagi tercipta begitu Daxon pergi dari hadapannya.Lizzie menyeka air matanya dan mengetuk pintu rumah sebelum mencari-cari kunci cadangan yang ibunya berikan. Saat dia mendapatkannya, pintu sudah keburu dibuka dan sayangnya bukan sambutan hangat yang dia dapatkan, melainkan sorot mata dingin dari sang ayah.“Hai Ayah ….”Dion tidak banyak beraksi, dia melangkah ke samping membiarkan Lizzie masuk ke dalam. Gadis itu mencoba mengendalikan dirinya di hadapan sang ayah, tetapi dia merasa tekadnya mulai hilang isi kepalanya carut marut sekarang.“Apakah uh … apa Ibu ada dirumah?”Dion menggelengkan kepalanya. “Dia sedang keluar.”Lizzie menga

  • Terjebak Pesona Papi Gula   Ketahuan Selingkuh Sama Om Daxon

    “Senang bertemu denganmu, Nak,” kata si lelaki tua itu sambil memperlihatkan cengiran malasnya kepada Daxon. “Kupikir kau tidak akan datang dan mengabaikanku.”“Aku memang tergoda sekali,” kata Daxon. “Kenny, ini Lizzie. Lizzie, tua bangka ini adalah ayahku.”Lizzie menarik napas dan memasang ekspresi wajah yang paling tebal yang pernah dia bisa buat. Dia tersenyum sopan dan menganggukan kepala. “Senang berkenalan dengan Anda.”“Senang—” Kenny memulai, dia memiringkan kepalanya seolah dia mengetahui sesuatu. Lizzie merasa tercekik, tetapi dia menolak untuk terlihat seperti itu di depan ayahnya Daxon. “—bertemu denganmu?”Daxon menaikan sebelah alis, merasakan adanya keanehan diantara ayahnya dan Lizzie. Dia menghela napas. “Aku sadar, dia memang jauh lebih muda dariku.”“Ya, memang. Aku tidak tahu kau penikmat daun muda, bocah,” kata Kenny dengan nada yang jelas sinis. Daxon memandang ke arah Lizzie dan gadis itu hanya angkat bahu. Daxon menyipitkan matanya.“Kalian berdua pernah ber

DMCA.com Protection Status