Agung menyusul kakaknya yang sudah terlebih dahulu memulai star.
"Kak! Aku mau mulutnya!" Kata agung yang kini sudah berdiri di hadapan bik Sri."Ehh jangan dulu, bibik masih nyuci loh ini." Tolak bik Sri karena memang dirinya tengah mengucek pakaian."Yah.... Terus gimana. Kakak udah dapat memek bibik, masa aku nggak dapat?" Jawab agung dengan lesu.Bik Sri tersenyum kecil. "Katanya tadi kangen nenen bibik. Kenapa nggak nenen aja?""Posisi bibik susah kalo sambil nenen.""Hihi nggak kok. Bibi kan nungging, tuh nenen bibi aja bergelantungan bebas."Akhirnya dengan wajah lesu agung mengalah. Dia bergerak turun dan segera memposisikan tubuhnya di bawah tubuh bik Sri. Setelahnya dia langsung memainkan payudara bik Sri. Menjilat dan mengenyot sembari meremas dengan kedua tangannya.Di sisi lain kakak agung yang ada di belakang tubuh bik Sri langsung menjilati vagina bik Sri, lidahnya bergerak liar mencari itil bibikAdit benar-benar tidak percaya melihat apa yang terjadi. Seorang anak berusia 10 tahun bisa melakukan hal segila itu. Bahkan fantasi mereka benar-benar di luar nalar yang tak pernah bisa dia pikirkan sebelumnya.Tidak sampai di sana, bahkan setelah Toni dan agung terkapar setelah mendapat klimaksnya. Anak-anak yang bermain bersama mereka tadi sudah berbaris rapih di belakang mereka."Gung, ton, kali udah gantian geh. Kami juga pengen nih, mumpung bik Sri nganggur?" Ujar salah seorang anak yang lebih besar dari agung dan Toni. Dia dan anak-anak yang lain. Ada total lima orang anak yang berbaris di belakang tubuh anak itu.Aait tidak percaya jika hampir semua anak-anak di sini sudah mengetahui tentang sex dan parahnya lagi pengalaman mereka bahkan lebih gila dari pada pengalaman Adit sendiri."Ya udah sih. Tinggal pake aja, aku masih capek!" Balas agung yang tergeletak di atas semen pinggiran sungai. Sungai di pemandian ini memang sudah di
POV Adit.Aku benar-benar tak percaya melihat suasana di sungai ini. Seperti aku tengah ada di dalam sekte sesat yang bisa berbuat sesuka hati untuk melakukan sex. Tua muda semua berbaur menjadi satu, nenek-nenek bahkan menjadi gila hanya karena suasana ini.Entah apa yang akan terjadi kedepannya, aku tidak peduli, saat ini aku hanya ingin menikmati suasana yang ada. Bagaimana Desi menjilati penisku yang tengah keluar masuk di vagina Ratna. Menjilat setiap tetes cairan yang keluar dari permainan kami."Shhhh.... Ohhhh .... Mentokkk pakk...." Lenguh Ratna membuat lamunanku terhenti. Ratna mempercepat goyangannya, sesekali pantatnya berputar ke kanan dan ke kiri."Oghhhh iyahhh... akuhh... aakk.... akuhuu keluaarrrhhhh...." Aku menatap tubuhnya yang mengejang dia berhenti bergerak dan duduk di atas selangkanganku, penisku rasanya mentok ke rahimnya dan ku rasakan otot vagina Ratna mengencang menandakan dia mencapai orgasmenya, tubuhnya men
POV Adit.Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, bahkan tubuhku masih begitu lemas tak berdaya, aku keluar sangat banyak hingga membuat setiap sendi ku rasanya ingin copot.Tak habis pikir, aku berhubungan dengan nenek-nenek yang sama sekali tak pernah terbesit di kepalaku."Gimana pak? Mantep kan?" Tanya Desi sembari tersenyum di selangkangan ku, dia masih asik memainkan penisku seolah itu adalah mainan yang begitu menarik perhatiannya.Aku tak menjawab pertanyaan, seolah tak ada tenaga lagi untuk berbicara, aku menoleh setelahnya. Melihat kondisi Bik Sri yang masih dikerubungi anak-anak yang menunggu giliran mereka. Aku mengabaikannya, ku tatap langit siang yang begitu cerah itu. Ada banyak hal di luar nalar yang terjadi di desa ini, bahkan aku tidak berpikir akan mendapat banyak pengalaman di desa ini."Woy lah! Gue cari-cari kirain ke mana! Malah asik di sini!" Pekik seorang yang suaranya sangat kukenal,
"kakek nggak papa?" Aku segera membantu kakek itu duduk, ku lihat wajahnya penuh lebam. Dan tangannya sedari tadi hanya memegangi perutnya. mungkin masih sakit karena tendangan dari pria kurang aja tadi.Sial! Mengingatnya saja sudah membuat ku muak."Nggak papa nak, maaf kakek malah ngerepotin kamu..." Ujar kakek dengan suara terbata.Aku melihat sekilas seolah melihat mendiang kakek ku dulu. Walau wajahnya tidak mirip tapi nasib kakek hampir sama dengan mendiang kakek ku. Terlilit hutang dan sampai sulit untuk membayar, jadi walau dia bukan siapa-siapa dan mungkin aku tidak mendapatkan keuntungan darinya. Aku tidak masalah, toh aku bisa mendapatkan dari desa ini sendiri. Jadi aku sudah menganggap semua orang di desa ini adalah keluarga."Nggak usah terlalu dipikirkan kek, pelan-pelan aja jalannya, biar saya bantu ke rumah kakek!" Kataku pelan sembari memapah sang kakek. "Rumah kakek di mana?" Tanyaku kemudian."Si sebelah sana nak." Ka
Setelah menempuh hampir 6 jam perjalanan, dan hari sudah mulai gelap. akhirnya aku dan Retno sampai di kota. Aku segera mencari hotel terdekat untuk tempat kami menginap, rencananya kami akan menginap selama dua hari jika tidak ada masalah. Setelah memutuskan hotel yang tepat dengan jarak ke kantor pusat dekat."Kita pesen satu kamar aja nggak papa kan?" Tanyaku pada Retno saat kami turun dari mobil."Nggak papa, pak..." Jawab Retno."Kok pak sih?" Protesku."Eh iya mas..."Aku tersenyum saat aku dipanggil mas oleh Retno, aku merasa ada sesuatu yang membuncah dalam perutku saat wanita secantik Retno memanggil ku dengan sebutan mas."Ya udah kalo gitu. Yuk cari kamar." Kataku lagi lalu kami masuk ke dalam hotel dan memesan kamar. Setelah mendapatkan kamar aku dan Retno masuk sembari membawa barang bawaan kami, tidak banyak hanya satu tas gendong yang berisi pakaian ku dan Retno yang aku jadikan satu.Setelah itu kami masu
Ini adalah malam kedua kami di kota, aku dan Retno baru saja kembali dari kantor pusat dengan wajah yang sudah lecek karena kelelahan."Capek?" Tanyaku pada Retno.Dia mengangguk pelan. "Capeknya enggak, tapi bosen mas, duduk Mulu dari tadi."Aku terkekeh pelan, "kan udah mas pinjemin hp tadi....""Ya tetep aja bosen." Kata Retno sembari membuka pintu kamar kami dan duduk di sisi ranjang."Nggak mandi dulu biar ilang capeknya?" Tanyaku pada Retno."Nanti lah." Retno merebahkan dirinya dengan pakaian lengkap, hari itu Retno memakai kemeja dan rok dibawah lututn yang aku belikan kemarin dan penampilannya sungguh luar biasa cantik.Aku bergerak mendekati, lalu ikut tiduran di sebelahnya. Tanganku dengan iseng melingkari pinggangnya, dan Retno tidak mengelak sedikitpun. Bahkan saat ku ciumi kulit halusnya dia tetap diam. Aku semakin gencar, ku ciumi setiap inci tubuhnya dengan rakus membuat Retno menggeliat kegelian.
Ku pandangi wanita yang kini masih memejamkan mata dengan napas yang masih tersengal. Setelah aku menggodanya tadi. Rasanya aku ingin menyelesaikan hasrat dalam diri untuk segera menuntaskan semuanya. Tapi melihat Retno yang masih melayang di awan kenikmatan, aku hanya bisa menunggu. Ku pandangi kedua payudara besar itu dan ku arahkan kepalaku ke arahnya, ku jilati dan ku cumbu setiap inci kulit mulus Retno. Lidahku berjalan setiap inci kulitnya hingga sampai di piring merah muda yang mengacung tegak. Ku kecup puting itu dan sedot kuat-kuat, tak lupa ku berikan gigitan kecil di sana yang membuat Retno melenguh panjang. "Masshhhhh...." Aku terkekeh pelan, dia seolah menolak karena ingin menikah sensasi orgasmenya, tangannya berusaha mendorong wajahku, walau hal itu tentu tidak akan berguna, tenagaku lebih besar dari tenaganya, terlebih dia seolah tidak niat untuk mendorong tubuhku. "Kenapa sayang..." Aku bertanya sembari me
Pagi itu aku baru saja selesai sarapan di rumah Bik Sri bersama keluarga pak Supri dan juga pak Hartono, tentu saja ada Jumirah yang membantu bik Sri sedari petang tadi. Kegiatan malam tadi membuat kami benar-benar kelelahan yang membuat kami menginap di rumah Bik sri, dan karena itu jadilah pagi ini kami sarapan bersama. Hal yang mungkin saja umum untuk orang di sini, tapi tidak untukku. Aku yang sedari dulu melakukan semuanya sendiri dan tidak pernah merasakan kehangatan keluarga tentu saja merasa bahagia ketika mereka menyambut ku dengan baik di sini."Capek saya pak, dengkul saya rasanya mau copot!" Kata pak Supri sembari menyesap asap rokok dalam-dalam, dia duduk di lantai depan pintu sembari bersandar pada kusen kayu."Halah, baru segitu aja udah loyo kamu no, pantes aja sijum suka main sama orang lain, lawong suaminya aja loyo!" Ledek pak Supri Sembari tertawa puas."Ya gimana lagi mas, kalo nurutin kemauan jumirah mah nggak ada selesainya, yang ada
Pagi pagi sekali aku dibangunkan oleh bik Sri. Mataku perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ku lihat bikbsri yang tersenyum di hadapanku dengan wajah berbinar."Bangun den, udah pagi." Katanya lagi.Ku lihat sebentar penampilan bik Sri yang masih seperti malam tadi. Tanpa busana dan masih sedikit bekas seperma dari beberapa pria yang menjamah dirinya malam tadi.Melihat itu tentu saja nafsuku langsung bangkit, hingga aku lupa jika pagi itu aku juga sama seperti mereka, telanjang tanpa busana yang membuat penisku jelas terlihat menegang.Bik Sri yang menyadari hal itu langsung tersenyum manis. "Masih bisa bangun toh den. Kirain udah loyo setelah di kuras habis isinya tadi malam." Ujar bik Sri.Aku tak bisa menjawab, selain karena baru bangun tidur, aku juga masih belum bisa mengontrol diriku sendiri.Melihat aku diam saja, tangan bik Sri dengan jahil merambat ke arah penisku. Di usap pelan kepala penisku yang su
Setelah giliran ku selesaikan, kini tiga orang pria naik ke atas panggung, tidak seperti aku yang langsung mendapat pelayanan dari tiga wanita itu sekaligus, mereka hanya bisa mendapat satu wanita yang bisa mereka gilir bergantian, yah bisa dibilang mereka mendapat 3 wanita itu juga, tapi secara bergantian, tidak secara langsung seperti aku tadi.Dan dari posisi aku duduk inilah aku bisa melihat semua hal yang ada di sana.Mulai dari pak Supri yang tengah asik menggenjot seorang wanita paruh baya. Lalu Joni yang menggenjot wanita tanggung, dan juga bapak Dinda yang jugaemberikan pelayan pada wanita paruh baya lainnya.Abaikan mereka, karena jujur saja aku melihat mereka bertiga ada rasa iri di dalam hati, terlebih melihat penis mereka yang ukurannya bisa dibilang besar, yah walau milikku lebih besar dari pada milik mereka, tapi tetap saja melihat seorang pria bermain rasanya agak aneh. Terlebih tidak ada yang menarik dari pasangan tiga orang itu. Wanita ya
Sabtu pagi tepat pukul 7 aku dan kedua temanku sudah berkumpul di meja makan dan tengah menikmati sarapan, hanya aku dan rudi. Karena Adi masih sibuk dengan laptop.Pagi itu kami dibuatkan sarapan oleh Jumirah. Karena bik Sri tidak bisa hadir lantaran malam nanti Joni akan lamaran dengan gadis desa sebelah. Dan sepetinya akan ada pesta nanti malam. Jika infomasi dari Jumirah benar, maka akan ada acara suku yang dinamakan lelang, bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk membantu pihak mempelai.Jujur aku baru mendengar acara seperti itu di tempat ini, ya maklum aku belum lama tinggal di tempat ini jadi belum terlalu paham dengan banyaknya adat di ini."Jadi sistem acara nanti malam itu gimana Jum?" Tanya Rudi yang tengah asik menyantap ikan gabus goreng.Jumirah yang masih sibuk mengulum penisku mendongak dan menjawab. "Sistemnya ya gitu pak. Nanti pihak mempelai bakal kasih sajian yang bakal di lelang. Dan undangan khusus akan menawar harga untuk m
Cukup lama nur memainkan kedua penis itu dengan tangan dan juga mulutnya, jilatan serta hisapan dia kerahkan untuk memberikan kenikmatan bagi dia batang yang sebentar lagi akan mengobok-obok lubang peranakannya itu.Dan benar saja, Rudi yang saat itu tengah mendapat kocokan dari tangan lembut nur langsung menjauh. Rudi yang mulai bosan dan sudah tidak sabar untuk mengobok-obok vagina nur langsung menarik diri dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh nur. Segera dia tarik tubuh nur dan dia tuntun agar naik ke atas tubuhnya.Kini Rudi telentang sedangkan nur masih sibuk mengulum penis joko.Rudi dengan santainya menggerakkan penisnya, mencari-cari lubang vagina nur. Namun dengan ukuran penis yang besar membuat dia sedikit kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam sana.Merasa Rudi kesulitan, nur mencoba membimbing penis Rudi dengan tangannya. Hingga saat dirasa pas pada posisi nur mulai menurunkan tubuhnya.Tepat saat itu. Mata nur langs
Siang hari dipertengahan perkebunan sawit itu terlihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul dan beradu peluh satu sama lain. Mereka terlihat asik menikmati suasana dan alur dari permainan yang diciptakan oleh Adit.Adit yang baru saja mencapai puncak orgasmenya kini tengah terlentang bersamaan dengan Pariyem yang tergeletak di atas dadanya. Tubuh mereka menempel bagaiman cicak. Peluh membasahi tubuh keduanya. kelamin keduanya masih menyatu satu sama lain, menyusahkan lendir putih yang keluar dari kemaluan Pariyem. Dia baru saja selesai untuk satu wanita.Di sisi lain pak Supri tengah asik mendoggy seorang ibu dengan tubuh paling gempal bernama Suryati, atau kerap di sapa Yati. Di hadapan Yati satu batang penis tengah asik keluar masuk di dalam mulutnya."Shhhh ohhh yatii sepongan mu memang luar biasa!" Lenguh pria itu saat penisnya dengan asik di hisap oleh Yati. Namanya Badarudin atau sering di sapa Udin. Matanya merem melek menikmati sepongan Yati. T
Hingga menampakkan paha montok yang terlihat kenyal dan bergelambir itu.Aku mengintip dari belakang pundaknya. Menantikan apa yang akan lakukan selanjutnya. Dan siapa sangka, sifat binal Pariyem sungguh diluar prediksi ku. Dengan sengaja dia mengarahkan batang penisku dan dia gesekkan pelan di belahan vaginanya, perlahan tapi pasti aku merasakan kepala penisku menembus daging sempit itu, daging yang seolah memijat kepala penisku dengan ramah dan lembut.Tak sampai 10 detik penisku luruh sepenuhnya. Pariyem sengaja mendiamkan penisku untuk beberapa saat. Lalu di menoleh ke arahku dan berbisik. "Kontol pak Adit besar banget! Memek aku penuhhh!" Lenguhnya sembari tersenyum puas.Mendapatkan pujian seperti itu membuatku seakan terbang, aku segera mengecup lehernya meremas kedua payudaranya sembari sesekali ku pelintir putingnya."Shhhh.... Ennakkkkk pakk...."Dalam posisi duduk ini. Pariyem mulai memaju mundurkan pinggulnya. Maju mundur yang
Setelah kembali dari kota, aku segera kembali ke rumah sedangkan Bu Isti yang kelelahan karena sepanjang jalan melayani kami berdua secara bergantian langsung diantar oleh pak Supri ke rumahnya.Sedangkan aku langsung disambut oleh bik Sri yang saat itu hanya mengenakan apron tipis tanpa selembar kain lagi di baliknya, aku tersenyum lantas mendekatinya dan segera ku peluk tubuhnya. Ku tarik tubuh itu agar lebih merapat ke tubuhku dan segera ku kecup bibirnya."Kangen bibik!" Kataku lembut.!Halah! Padahal di sana asik-asik sama Bu Isti, sok-sokan kangen sama bibik!" Ujar bibik sembari menyubit pinggang ku."Hehe ya gimana ya bik, punya Bu isti nggak sebesar punya bibik. Jadi nggak enak!""Jadi punya bibik masih yang paling enak dong!""Iya jelas dong, punya bibi tuh paling juara!" Jawabku lagi sembari meremas gundukan payudara besar itu.Bi Sri langsung terkekeh kecil seraya mendesah tatkala remasan ku semakin brutal.
Di tengah cahaya remang dan juga suara bising dari film yang di putar, Bu Isti tengah asik menggoyangkan pinggulnya dengan posisi sedikit membungkuk. Dia berusaha memberikan kenikmatan yang aku cari sedari tadi, otot vaginanya mencengkram penisku sesekali. Lalu pantatnya bergoyang dengan indah bak di dalam film porno yang dulu sering aku tonton. Goyangan indah yang membuat gairahku semakin membumbung tinggi. Membuat kebahagiaan dalam diri seolah membuncah. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan intim di tengah keramaian seperti ini. Apalagi di dalam bioskop yang katanya kursi paling pojok adalah tempat orang sering berbuat mesum. Yah... Karena itulah aku memilih tempat paling pojok agar mengikuti tradisi yang ada. Aku melirik ke kiri di mana seorang bapak duduk sembari kepalanya fokus ke arah layar. Tapi aku yakin sesekali dia melirik ke arah kami. Apalagi dengan posisi yang begitu dekat itu dia pasti sadar dan mendengar apa yang kami lakukan
"pak! Apa ini nggak terlalu ketat, saya malu kalo harus pake pakaian ini untuk pergi!" Ujar Bu Isti yang tengah protes karena aku menyuruhnya memakai legging panjang yang sangat ketat hingga pres bodi. Yang membuat pantat bulatnya itu terbentuk dengan sempurna, belum lagi bagian atas yang hanya mengenakan kaos lengan panjang yang begitu ketat dengan atasan hijab.Dia terlihat tidak nyaman dan berusaha menutupi bagian intim seperti selangkangan dan juga buah dadanya.Aku terkekeh pelan lalu berjalan menghampirinya. "Nggak papa Bu! Ibu cantik pake baju kayak gini.""Tapi ini terlalu ketat! Saya malu pak!""Kenapa harus malu Bu? Badan ibu bagus. Wajah ibu cantik. Pasti orang akan suka melihat kecantikan ibu, apalagi ibu sangat cantik ketika mengenakan pakaian ini."Dia memandangi wajahku lekat lalu berkata lirih. "Baju ini sama sekali nggak menutupi tubuhku pak, malah terlihat seperti telanjang!"Aku terkekeh pelan. "Nggak papa Bu.