Bab 14
Siang itu setelah kejadian pagi tadi, aku akhirnya kembali ke rumah dengan tubuh yang benar-benar letih.Bayangkan saja dalam waktu 24 jam aku sudah mengeluarkan sperma sebanyak itu. Bahkan untuk berdiri saja rasanya sungguh melelahkan.Jujur saja, aku masih tidak percaya bahwa aku sudah mendapatkan dua wanita di desa ini, walau harus merogoh dompet yang lumayan setidaknya itu tidak membuatku rugi.Aku masih berbaring di atas tempat tidur sembari menatap langit-langit. Mengingat kejadian tadi setelah bertemu dengan pak Hartono. Tepat setelah aku bermain di teras bersama dengan bik Sri dan Jumirah. Pak Hartono datang dalam kondisi mabuk, dia marah saat melihat istrinya ku tunggangi. Namun suasana hatinya berubah seketika saat aku menjanjikan yang sebesar 10juta untuk kontrak satu tahun. Dan juga aku memberikan uang 100rb cash sebagai jaminan.Bukan memberikan sih. Tepatnya dia meminta untuk tambah uang mabuk siang itu. Setelah mendapat aAku merentagkan tangan begitu pekerjaan ku hari ini telah siap. Ku lihat Adi masih sibuk input data dan Rudi entah kemana dengan motor crfnya. "Mau makan apa lu?" Tanyaku sembari beranjak dari kursi dan menghampiri Adi. Dia mengangkat kepalanya seraya tersenyum. "Mau nyusu aja kayaknya." Aku memincingkan mata seraya berdecih. "Susu aja mau lu! Sementang ada susu nganggur!" Yah sudah jelas susu yang di maksud Adi adalah payudara bik Sri. Semenjak kemarin sekarang Adi selalu ketagihan dengan payudara besar itu. Tidak heran karena jujur saja aku pun ikut ketagihan oleh payudara jumbo itu. "Ya gimana, lagian kita udah sepakat kan?" "Iya sih. Tapi lu udah TF gue kan?" "Aman! Tadi malam kan udah gue TF." Mengingat kejadian semalam, saat dimana kami di rumah pak Kadus. Kami yang memang sebelum berangkat sudah sepakat untuk melakukan pembayaran yang akan aku lakukan untuk Jumirah.
Hari berlalu tanpa terasa. Aku mengerang pelan saat merasa sekujur tubuhku terasa begitu letih. Terbesit untuk segera kembali ke rumah dan menikmati makanan yang di sajikan oleh bik Sri, dan tentu saja lebihan dari apa yang disajikan oleh bik Sri.Namun, seketika aku termenung, bayangan masa lalu kembali menyusup secara perlahan. Bayangan yang selalu membuatku takut dan yang membuatku hingga detik ini tidak berani untuk berkeluarga. Yah, apa yang kudapatkan sejak kecil yang membuatku menjadi seperti sekarang ini.Korban kekerasan rumah tangga. Korban kebejatan ayah, bayangan itu kembali hadir membuat napasku tercekat pelan. Tanganku kembali bergetar saat ingatan itu membawaku ke dalam rasa sakit yang diberikan oleh ayah.Aku mematung untuk sesaat, membayangkan segala hal yang harus segera aku singkirkan, aku tak ingin seperti dirinya. Aku tak ingin mengikuti jejaknya! Namun! Tanpa sadar, apa yang ku lakukan sekarang tidak lebih buruk dari apa yang ayahku l
Bab 17Pagi itu pikiran Adit benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Hampir semua pekerjaan yang dia lakukan tidak pernah beres.Pikirannya masih melalang buana tatkala memori kelam itu kembali lagi. Ada rasa benci yang menyeruak saat kenangan masalalu itu kembali muncul."Huahhhh!"Brak!Satu tumpuk map berisi berkas yang harus dia periksa berserakan saat Adit membanting tangannya dan menyepak semua berkas itu.Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ingin rasanya dia memakai. Namun itu semua tidak akan menyelesaikan masalah.Di ambilnya asbak di atas meja lalu dilemparkannya ke arah dindingPyar!Seketika asbak kaca itu pecah dan berhamburan kemana-mana. Pagi masih buta. Tapi Adit sudah meluapkan emosinya dengan gegabah. Napasnya tersengal."Anjing!" Pekiknya keras.Lalu tak lama berselang bik Sri yang baru datang terkejut melihat suasana kantor yang berantakan."Ade
Bab 18Sejak pagi itu Adit menjadi sosok pendiam. Sudah satu Minggu berlalu dan Adit sama sekali tidak keluar kamar dan hanya keluar ketika di kantor saja. Bik Sri yang melihat perilaku Adit sangat terpukul. Bahkan sejak pengakuan Adit hari itu bik Sri menolak berhubungan dengan Adi walau pemuda itu berkali-kali mengajak dan memancing dirinya. Sebisa mungkin bik Sri menolak ajakannya dengan halus. Dia tidak mau membuat Adit berpikir macam-macam, apalagi saat tuannya itu memohon agar dia tidak meninggalkan dirinya."Permisi den...." Ucap bik Sri sembari mengetuk pintu kamar adit. Sore itu sejak pulang kerja Adit sama sekali belum makan dan langsung mengurung diri di kamar. Bik Sri berniat membawakan makanan untuk Adit karena bagaimanapun juga bik Sri khawatir dengan kondisi Adit."Iya bik masuk aja." Jawab Adit dari dalam.Bik Sri perlahan mendorong pintu dan melangkah masuk. Dilihatnya Adit yang masih berusaha mengenakan celana pendek dan terlihat
Bab 19Saat perjalanan pulang Adit meminta pak Supri untuk mampir di toko pakaian, Adit memilih beberapa pakaian yang sekiranya cocok untuk Jumirah sekeluarga, dan bik Sri sekeluarga."Mang, coba pilih yang bagus untuk Joni sama mamang, kalo bisa sekalian pilihkan untuk pak Hartono pak." Ujar Adit sembari melihat-lihat isi di dalam toko itu. "Nggak papa nih den? Padahal saya udah banyak ngerepotin Aden loh, udah dilunasi hutang segitu banyaknya, ehh masih dibelanjain juga.""Udah nggak papa, hitung-hitungan hadiah dari saya." Ujar Adit lagi. "Pilih aja yang bapak mau dan kelihatan bagus, atau kalo nggak biar nanti saya yang pilihkan.""Ehh nggak usah den, biar saya aja." Kata pak Supri sembari lalu.Adit melangkah menyusuri koridor melihat-lihat beberapa pakaian yang mungkin saja cocok untuk dirinya. Yah untuk seukuran toko yang terletak di sudut kota. Bisa dibilang toko ini cukup lengkap, ada beberapa pakaian anak-anak dan juga
Bab 20"loh bibik mau ke mana?" Tanya Adit saat melihat bik Sri membawa satu baskom pakaian kotor dengan tubuh yang hanya di lilit handuk pendek.Setelah permainan dengan Joni tadi, kini bik Sri malah terlihat sibuk, padahal niat hati Adit mau minta jatah. Tapi apa daya, sepertinya pekerjaan bik Sri tak bisa lagi menunggu."Ini den mau nyuci di sungai sekalian mandi." Jawab bik Sri. "Aden mau ikut?""Emm... Rame nggak bik?""Ya kalo hari Minggu gini pasti rame den. Banyak yang nyuci dan ngambil air juga.""Woke boleh deh. Tunggu sebentar saya ambil handuk dulu.""Pake handuk Joni aja den.""Baiklah."Setelahnya Adit dan bik Sri berjalan ke arah belakang kamp, tempat sungai berada. Melihat bik Sri yang terlihat kesulitan membawa baskom berukuran besar, Adit langsung meminta dan membantu membawakan baskom itu.Tak lama mereka sampai, suara ramai tawa anak kecil langsung terdengar dan benar saja s
Agung menyusul kakaknya yang sudah terlebih dahulu memulai star."Kak! Aku mau mulutnya!" Kata agung yang kini sudah berdiri di hadapan bik Sri."Ehh jangan dulu, bibik masih nyuci loh ini." Tolak bik Sri karena memang dirinya tengah mengucek pakaian."Yah.... Terus gimana. Kakak udah dapat memek bibik, masa aku nggak dapat?" Jawab agung dengan lesu.Bik Sri tersenyum kecil. "Katanya tadi kangen nenen bibik. Kenapa nggak nenen aja?""Posisi bibik susah kalo sambil nenen.""Hihi nggak kok. Bibi kan nungging, tuh nenen bibi aja bergelantungan bebas."Akhirnya dengan wajah lesu agung mengalah. Dia bergerak turun dan segera memposisikan tubuhnya di bawah tubuh bik Sri. Setelahnya dia langsung memainkan payudara bik Sri. Menjilat dan mengenyot sembari meremas dengan kedua tangannya.Di sisi lain kakak agung yang ada di belakang tubuh bik Sri langsung menjilati vagina bik Sri, lidahnya bergerak liar mencari itil bibik
Adit benar-benar tidak percaya melihat apa yang terjadi. Seorang anak berusia 10 tahun bisa melakukan hal segila itu. Bahkan fantasi mereka benar-benar di luar nalar yang tak pernah bisa dia pikirkan sebelumnya.Tidak sampai di sana, bahkan setelah Toni dan agung terkapar setelah mendapat klimaksnya. Anak-anak yang bermain bersama mereka tadi sudah berbaris rapih di belakang mereka."Gung, ton, kali udah gantian geh. Kami juga pengen nih, mumpung bik Sri nganggur?" Ujar salah seorang anak yang lebih besar dari agung dan Toni. Dia dan anak-anak yang lain. Ada total lima orang anak yang berbaris di belakang tubuh anak itu.Aait tidak percaya jika hampir semua anak-anak di sini sudah mengetahui tentang sex dan parahnya lagi pengalaman mereka bahkan lebih gila dari pada pengalaman Adit sendiri."Ya udah sih. Tinggal pake aja, aku masih capek!" Balas agung yang tergeletak di atas semen pinggiran sungai. Sungai di pemandian ini memang sudah di
Pagi pagi sekali aku dibangunkan oleh bik Sri. Mataku perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ku lihat bikbsri yang tersenyum di hadapanku dengan wajah berbinar."Bangun den, udah pagi." Katanya lagi.Ku lihat sebentar penampilan bik Sri yang masih seperti malam tadi. Tanpa busana dan masih sedikit bekas seperma dari beberapa pria yang menjamah dirinya malam tadi.Melihat itu tentu saja nafsuku langsung bangkit, hingga aku lupa jika pagi itu aku juga sama seperti mereka, telanjang tanpa busana yang membuat penisku jelas terlihat menegang.Bik Sri yang menyadari hal itu langsung tersenyum manis. "Masih bisa bangun toh den. Kirain udah loyo setelah di kuras habis isinya tadi malam." Ujar bik Sri.Aku tak bisa menjawab, selain karena baru bangun tidur, aku juga masih belum bisa mengontrol diriku sendiri.Melihat aku diam saja, tangan bik Sri dengan jahil merambat ke arah penisku. Di usap pelan kepala penisku yang su
Setelah giliran ku selesaikan, kini tiga orang pria naik ke atas panggung, tidak seperti aku yang langsung mendapat pelayanan dari tiga wanita itu sekaligus, mereka hanya bisa mendapat satu wanita yang bisa mereka gilir bergantian, yah bisa dibilang mereka mendapat 3 wanita itu juga, tapi secara bergantian, tidak secara langsung seperti aku tadi.Dan dari posisi aku duduk inilah aku bisa melihat semua hal yang ada di sana.Mulai dari pak Supri yang tengah asik menggenjot seorang wanita paruh baya. Lalu Joni yang menggenjot wanita tanggung, dan juga bapak Dinda yang jugaemberikan pelayan pada wanita paruh baya lainnya.Abaikan mereka, karena jujur saja aku melihat mereka bertiga ada rasa iri di dalam hati, terlebih melihat penis mereka yang ukurannya bisa dibilang besar, yah walau milikku lebih besar dari pada milik mereka, tapi tetap saja melihat seorang pria bermain rasanya agak aneh. Terlebih tidak ada yang menarik dari pasangan tiga orang itu. Wanita ya
Sabtu pagi tepat pukul 7 aku dan kedua temanku sudah berkumpul di meja makan dan tengah menikmati sarapan, hanya aku dan rudi. Karena Adi masih sibuk dengan laptop.Pagi itu kami dibuatkan sarapan oleh Jumirah. Karena bik Sri tidak bisa hadir lantaran malam nanti Joni akan lamaran dengan gadis desa sebelah. Dan sepetinya akan ada pesta nanti malam. Jika infomasi dari Jumirah benar, maka akan ada acara suku yang dinamakan lelang, bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk membantu pihak mempelai.Jujur aku baru mendengar acara seperti itu di tempat ini, ya maklum aku belum lama tinggal di tempat ini jadi belum terlalu paham dengan banyaknya adat di ini."Jadi sistem acara nanti malam itu gimana Jum?" Tanya Rudi yang tengah asik menyantap ikan gabus goreng.Jumirah yang masih sibuk mengulum penisku mendongak dan menjawab. "Sistemnya ya gitu pak. Nanti pihak mempelai bakal kasih sajian yang bakal di lelang. Dan undangan khusus akan menawar harga untuk m
Cukup lama nur memainkan kedua penis itu dengan tangan dan juga mulutnya, jilatan serta hisapan dia kerahkan untuk memberikan kenikmatan bagi dia batang yang sebentar lagi akan mengobok-obok lubang peranakannya itu.Dan benar saja, Rudi yang saat itu tengah mendapat kocokan dari tangan lembut nur langsung menjauh. Rudi yang mulai bosan dan sudah tidak sabar untuk mengobok-obok vagina nur langsung menarik diri dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh nur. Segera dia tarik tubuh nur dan dia tuntun agar naik ke atas tubuhnya.Kini Rudi telentang sedangkan nur masih sibuk mengulum penis joko.Rudi dengan santainya menggerakkan penisnya, mencari-cari lubang vagina nur. Namun dengan ukuran penis yang besar membuat dia sedikit kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam sana.Merasa Rudi kesulitan, nur mencoba membimbing penis Rudi dengan tangannya. Hingga saat dirasa pas pada posisi nur mulai menurunkan tubuhnya.Tepat saat itu. Mata nur langs
Siang hari dipertengahan perkebunan sawit itu terlihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul dan beradu peluh satu sama lain. Mereka terlihat asik menikmati suasana dan alur dari permainan yang diciptakan oleh Adit.Adit yang baru saja mencapai puncak orgasmenya kini tengah terlentang bersamaan dengan Pariyem yang tergeletak di atas dadanya. Tubuh mereka menempel bagaiman cicak. Peluh membasahi tubuh keduanya. kelamin keduanya masih menyatu satu sama lain, menyusahkan lendir putih yang keluar dari kemaluan Pariyem. Dia baru saja selesai untuk satu wanita.Di sisi lain pak Supri tengah asik mendoggy seorang ibu dengan tubuh paling gempal bernama Suryati, atau kerap di sapa Yati. Di hadapan Yati satu batang penis tengah asik keluar masuk di dalam mulutnya."Shhhh ohhh yatii sepongan mu memang luar biasa!" Lenguh pria itu saat penisnya dengan asik di hisap oleh Yati. Namanya Badarudin atau sering di sapa Udin. Matanya merem melek menikmati sepongan Yati. T
Hingga menampakkan paha montok yang terlihat kenyal dan bergelambir itu.Aku mengintip dari belakang pundaknya. Menantikan apa yang akan lakukan selanjutnya. Dan siapa sangka, sifat binal Pariyem sungguh diluar prediksi ku. Dengan sengaja dia mengarahkan batang penisku dan dia gesekkan pelan di belahan vaginanya, perlahan tapi pasti aku merasakan kepala penisku menembus daging sempit itu, daging yang seolah memijat kepala penisku dengan ramah dan lembut.Tak sampai 10 detik penisku luruh sepenuhnya. Pariyem sengaja mendiamkan penisku untuk beberapa saat. Lalu di menoleh ke arahku dan berbisik. "Kontol pak Adit besar banget! Memek aku penuhhh!" Lenguhnya sembari tersenyum puas.Mendapatkan pujian seperti itu membuatku seakan terbang, aku segera mengecup lehernya meremas kedua payudaranya sembari sesekali ku pelintir putingnya."Shhhh.... Ennakkkkk pakk...."Dalam posisi duduk ini. Pariyem mulai memaju mundurkan pinggulnya. Maju mundur yang
Setelah kembali dari kota, aku segera kembali ke rumah sedangkan Bu Isti yang kelelahan karena sepanjang jalan melayani kami berdua secara bergantian langsung diantar oleh pak Supri ke rumahnya.Sedangkan aku langsung disambut oleh bik Sri yang saat itu hanya mengenakan apron tipis tanpa selembar kain lagi di baliknya, aku tersenyum lantas mendekatinya dan segera ku peluk tubuhnya. Ku tarik tubuh itu agar lebih merapat ke tubuhku dan segera ku kecup bibirnya."Kangen bibik!" Kataku lembut.!Halah! Padahal di sana asik-asik sama Bu Isti, sok-sokan kangen sama bibik!" Ujar bibik sembari menyubit pinggang ku."Hehe ya gimana ya bik, punya Bu isti nggak sebesar punya bibik. Jadi nggak enak!""Jadi punya bibik masih yang paling enak dong!""Iya jelas dong, punya bibi tuh paling juara!" Jawabku lagi sembari meremas gundukan payudara besar itu.Bi Sri langsung terkekeh kecil seraya mendesah tatkala remasan ku semakin brutal.
Di tengah cahaya remang dan juga suara bising dari film yang di putar, Bu Isti tengah asik menggoyangkan pinggulnya dengan posisi sedikit membungkuk. Dia berusaha memberikan kenikmatan yang aku cari sedari tadi, otot vaginanya mencengkram penisku sesekali. Lalu pantatnya bergoyang dengan indah bak di dalam film porno yang dulu sering aku tonton. Goyangan indah yang membuat gairahku semakin membumbung tinggi. Membuat kebahagiaan dalam diri seolah membuncah. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan intim di tengah keramaian seperti ini. Apalagi di dalam bioskop yang katanya kursi paling pojok adalah tempat orang sering berbuat mesum. Yah... Karena itulah aku memilih tempat paling pojok agar mengikuti tradisi yang ada. Aku melirik ke kiri di mana seorang bapak duduk sembari kepalanya fokus ke arah layar. Tapi aku yakin sesekali dia melirik ke arah kami. Apalagi dengan posisi yang begitu dekat itu dia pasti sadar dan mendengar apa yang kami lakukan
"pak! Apa ini nggak terlalu ketat, saya malu kalo harus pake pakaian ini untuk pergi!" Ujar Bu Isti yang tengah protes karena aku menyuruhnya memakai legging panjang yang sangat ketat hingga pres bodi. Yang membuat pantat bulatnya itu terbentuk dengan sempurna, belum lagi bagian atas yang hanya mengenakan kaos lengan panjang yang begitu ketat dengan atasan hijab.Dia terlihat tidak nyaman dan berusaha menutupi bagian intim seperti selangkangan dan juga buah dadanya.Aku terkekeh pelan lalu berjalan menghampirinya. "Nggak papa Bu! Ibu cantik pake baju kayak gini.""Tapi ini terlalu ketat! Saya malu pak!""Kenapa harus malu Bu? Badan ibu bagus. Wajah ibu cantik. Pasti orang akan suka melihat kecantikan ibu, apalagi ibu sangat cantik ketika mengenakan pakaian ini."Dia memandangi wajahku lekat lalu berkata lirih. "Baju ini sama sekali nggak menutupi tubuhku pak, malah terlihat seperti telanjang!"Aku terkekeh pelan. "Nggak papa Bu.