Nia-
Antara senang, takut, kaget, semua menjadi satu. Tepatnya aku bingung kenapa aku mau menerimanya, apa mungkin karena gajinya akan terus bertambah.“Aku pulanggg”“Kamu bawa apa lagi?, mama masak hari ini, papa kamu pulang tadi siang, kasih uang buat makan kita satu bulan ke depan” ucap mama,“Aku udah kerja kok ma, jadi papa juga gak perlu bolak balik kesini” kataku“San,, kamu jangan gitu terus dong”“Aku nia disini ma, bukan santi” kataku sedikit emosi, rasanya aku gak mau cerita kerjaan aku. Dan aku putusin ceritanya nanti kalau suasana lebih tenang,Aku gak akan cerita tentang perjanjian itu, aku cerita soal jadi seketaris aja gak lebih dari itu.Selesai mandi, di meja makan masih ada masakan mama, aku gak tega juga rasanya kalau gak makan buatan mama,Sepertinya cuman aku yang belum makan, albert juga belum pulang, aku pilih masakan mama yaitu capcay,Makanan yang paling aku suka dari kecil sampai sekarang, aku langsung habisin tanpa sisa. Nasi uduk yang aku beli, aku pisah buat albert kalau sudah pulang, Dia chat aku kalau jam delapan dia sampai,Rasa masakan mama masih sama, bedanya kondisinya. Aku terus meratapi nasib seperti ini karena aku benar-benar belum siap.Tapi besok aku mulai bangkit dari titik terendah aku sekarang, pekerjaan yang tak lazim tapi dengan perjanjian dan gaji begitu besar, aku gak boleh sia-siain kesempatan ini.“kak” suara albert pas gue cuci piring, mama sepertinya lagi telepon sama papa, makanya aku yang lanjutin cuci piringnya.Sebelumnya aku gak pernah namanya cuci piring, jadi sekarang udah lumayan terbiasa.“makan sana, ada nasi uduk” kataku pas albert di belakangku,“Kakak gak makan?” tanyanya lagi,“Udah kok, “ aku mendongak sedikit karena albert memang tinggi, sama seperti my boss harsa.***Pagi ini kayak pagi sebelumnya, aku terpaksa pakai baju putih sama rok hitam atau lebih mirip seorang mahasiswa baru. Memang tak ada lagi selain ini.Aku lepas handuk dan cepat-cepat pakai pakiaannya, karena di kamar masih ada albert yang masih tertidur. Aku noleh sebentar seolah ada yang memperhatikan, tapi tak ada.“Kamu lamar kerja lagi?”“ngak ma, ini hari pertama aku kerja , doain hari pertama aku lancar ya” kataku.“iah, kamu gak sarapan?”“gak usah ma, nanti makan bubur aja di luar, soalnya gak mau telat” kataku langsung cium pipi mama. Jarang memang aku melakukan hal itu, tepatnya selepas SMA.Rasanya ada yang hilang kembali lagi, masa kedekatan sama mama, mungkin papa juga nanti.Mada gak ada sini, biasanya tiap pagi dia sarapan disini, aku berharap ketemu. Karena aku mau numpang lagi.Dari sini ke pasar kalau jalan kaki bisa lima belas menitan, kalau bareng mada lima menit kurang sudah sampai.“mamattt” teriaku pas dia sampai di depan pasar, dia bilang Namanya mada tapi panggilan dia mamat. Jadi aku panggil dia mamat.“uiittt” jawabnya lambaikan tangannya.“aku minta tolong boleh?”“Nebeng?” celetuknya buat aku menyeringai pelan.“kalau gak, setiap pagi kamu antar aku ke pangkalan, aku bayar per bulan gimana?”“Berapa?”“dua ratus ribu, gimana?” mada diam sambil mengelus dagunya,“boleh, deal?“Deal!” aku jabat tanganya sebagai tanda jadi, untung ada orang baik kayak mamat. Aku yang awal curiga, kini aku percaya masih ada orang baik disini.aku langsung minta agak langsung pergi, baunya semakin menyengat sepertinya ini pasar tak pernah non stop setiap hari. Mada antar aku sampai pangkalan angkutan umum yang cukup jauh dari pasar, aku agak mengerikan karena tak pakai helm sejenisnya saat di jalan raya. dan itu pertama kalinya aku naik motor di jalan raya.***Tepat jam tujuh kurang dikit, mobil bos harsa juga belum terlihat aku pilih tunggu sherly di tempat biasanya.“Eh,, ada anak yang udah di pecat nongol lagi” suara ajeng pas aku duduk. Aku cuman diam karena gak mau cari masalah. Tapi dia hebat tau aku udah di pecat, atau dia asal tebak karena aku pakai pakaian seperti ini.“Lamar jadi jongos atau jadi perek?” bisiknya buat aku tatap tajam ke matanya.“plakkk!” tamparan keras mendarat di pipiku.“Gue gak suka liatin gitu, lo siapa disini haaa?” teriaknya di depan mukaku, aku cuman terdiam sambil pegang pipiku yang terasa nyeri.“EHemm!” suara berdehem seseorang, buat aku sama ajeng langsung noleh. Ternyata itu boss harsa. Aku langsung berdiri tegap.“Ini kantor bukan pasar, paham?” lirikannya tajam ke arah aku dan ajeng, benar-benar tajam. Seolah memang tak suka melihat hal seperti itu.Ajeng langsung mundur perlahan masuk ke dalam, aku masih beridri di depannya.” Kamu kerja disini hanya untuk berdiri?” tanyanya langsung berjalan masuk ke dalam.Aku tau maksudnya, dia tak membayar aku untuk berdiam saja. aku langsung ikuti ke ruangannya.“untuk sementara, kamu di dalam dulu, sampai meja seketaris di depan selesai” ucapnya. Langsung lepas jas nya sambil menggulung lengan bajunya.Terlihat sangat elegan karena di tambah matahari pagi masuk ke dalam ruangannya menerpa tubuhnya, seolah bos harsa terlihat baru turun dari langit“Baik pak, tapi saya belum pernah sebagai seketaris, dan semua pekerjaannya.” Jawab aku terpukau dengannya.“intinya kamu siapkan semua jadwal saya, di mulai dari pakaian, jam, tangan, dan ketika saya butuh kamu sudah siap. ”“tapi saya jujur, lebih nyaman sendiri melakukannya. Dan gak yakin kamu bisa melakukannya” ucapnya berdiri di depanku.“Saya akan berusaha” jawabku tanpa tatap wajahnya.“good”Bos harsa langsung duduk di meja kerjanya, terlihat sangat sibuk. Tapi aku cuman duduk sambil baca-baca berkas yang dia kasih.Benar-benar orang sangat menjunjung kesempurnaan, semua dia atur sendiri sesuai yang di bilang tadi.Aku kurang suka pria seperti itu, karena bisa di bilang aku aja kalah melakukannya setiap hari. Dia lebih detail daripada aku.Beberapa jam menunggu, tepatnya jam sebelas pagi. Pintu ruanganya terbuka, aku langsung berdiri.Bisa aja itu tamu pentingnya, dan bisa saja aku yang harus berbicara sampai bos harsa selesai melakukan pekerjaannya.Dugaan aku salah, ternyata itu dokter budi.“sorry, gue ganggu kah?” ucapnya saat melihat ke arahku. Aku cuman menyeringai sebagai jawabannya.“Yuk berangkat” ucap bos harsa langsung mengenakan jas nya kembali.“Kamu juga ikut,” pintanya pas aku mau duduk lagi. Sedangkan dokter budi sudah turun terlebih dahulu.“Kita mau kemana? Ada jadwal kah?” Tanya aku pas di dalam lift.“Cari pakaian buat kamu, yang lebih formal di banding pakaian yang kamu pakai sekarang, kayak mau lamar kerja” jawabnya.“Ini ambil, struk belanja nanti saya potong gaji kamu bulanan” lanjutnya kasih credit card, aku gak bisa berkata apa-apa, aku menerima dengan senang hati. tapi aku lupa itu di potong gaji. aku berharap dengan baik hati di bayarin.Aku langsung masuk ke dalam mobil fortuner milik dokter budi, aku duduk di belakang. Gak mungkin di depan.“Oh ia nia, kita terapi boss kamu mulai besok yah, soalnya hari ini semua hasilnya keluar, termasuk jadwal, makanan, semua sudah di atur. Jadi jangan sampai bos kamu terlewat” ucap dokter budi sambil lirik dari spion tengah sambil kedipin satu matanya.“Iah saya mengerti” aku tau pekerjaanya memang seperti itu, di lain sisi aku penasaran apa yang aku harus lakukan selama terapi bos harsa. itu yang belum aku tauSelama perjalanan bos harsa cuman terdiam, tak ada obrolan. Dan yang aku tau mereka adalah teman satu angkatan saat SMA sampai sekarang.***Aku sampai di salah satu mall terbesar disini, kalau liburan kuliah aku sering jalan kesini kumpul sama teman-teman SMA yang entah kemana setelah kehidupanku berputar seperti ini.“Baru pertama kali ke mall?” suara bos harsa buat aku berhenti melamun memikirkan masa lalu.“ah? Ngak hehe,” aku cuman senyum ikutin mereka berdua dari belakang dan sampai di toko pakaian yang cukup mahal untuk kondisi aku sekarang.“Kita ketemu di steak21, satu jam lagi, saya tunggu disana, kalau tidak tahu Tanya satpam aja” ucapnya langsung ng tinggalin aku di toko pakaian.Sebenarnya waktunya kalau satu jam untuk mencari pakaian, dulu aja aku seharian baru ketemu beberapa pakaian. Karena ukurannya yang berbeda.tapi hari ini juga gak jauh beda. Insting belanja aku datang begitu saja, aku membeli pakaian kerja. Dan juga beberapa pakian biasa, karena modelnya di tambah sizenya cocok untukku.Dan selesainya aku langsung ke arah restoran steak21, mereka berdua sedang berbicara santai di dalam. Bos harsa yang melihatku langsung lambaikan tangannya langsung suruh aku masuk.“Serius itu kebutuhan kamu?” Tanya dokter budi, saat aku membawa belanjaan aku tadi. Bos harsa seperti tak berkedip melihat belanjaanku. padahal ini termasuk dikit.“iah” jawabku taruh di bagian dalam meja. dan langsung pesan makanan.Rasanya kangen juga gak makan steak seperti ini, tapi ada perasaan yang tak enak, mereka melihatku seperti aneh.Aku rasa mereka lihat aku karena seperti terbiasa makan seperti ini, tak sebanding dengan perkerjaanku sebelumnya.“Kamu yakin kuat bawa barang bawaanya sebanyak itu?” Tanya bos harsa, saat selesai makan.“Heheeh, lumayan, kita langsung pulang kan?”“Siapa bilang?”“kita mau ke tempat psikiater, gak jauh kok dari mall” aku cuman terdiam sambil melihat barang belanjaanku sendiri, karena biasanya aku langsung suruh supir bawain ke mobil.“haa.. merepotkan saja , kita ke mobil,” bos harsa langsung ke arah parkiran, sedangkan dokter budi langsung ke gedung dimana psikiater berada.“Maaf boss” kataku karena tak enak hati, aku langsung masukan semua barang belanjaanku.“boss awas!!” kataku langsung Tarik tangannya saat ada salah satu mobil mundur dan tak melihat ada boss harsa yang sedang menerima telepon.Bos harsa langsung terkejut langsung mendorongku sampai aku terhimpit di belakang mobil yang belum tertutup, untungnya tubuhku tertahan jok belakang.Tapi tangannnya terasa menekan buah dadaku sampai baju aku tersingkap dan juga bagian bawah perutku terasa tertekan.“sorry” ucapnya langsung bangun sambil julurin tangannya buat bantu aku bangun.“Iah” aku langsung rapihkan bagian atasku yang tersingkap, ada yang hilang yaitu kancing atasku.“Ayoo” aku mengangguk pelan sambil pegang kancing yang terlepas, kalau aku lepas tanganku, tangktop aku sebagian akan menonjol terlihat , aku memilih memegangnya sampai di gedung sebelah mall, dan di lantai 8.Aku baru tahu, kalau bukan dokter budi yang menyusun terapi bos harsa. Melainkan ada dokter lainnya.***“silahkan duduk” ucap pria separuh baya itu, rambut putih dengan botak di ujung kepalanya. Aku kira umurnya sudah enam puluh tahunan.“ini pah, patner terapi harsa” ucap dokter budi, bearti dia adalah papa dari dokter budi. Aku cuman senyum saat dia melihat arahku, pasti aneh lihat aku terus pegang kerah bajuku terus.“Ok kita langsung lakukan tes” ucapnya.“hee tes apa?” tanyaku terkejut sampai aku lupa pegang kerah bajuku, mereka bertiga pun pasti terfokus dengan buah dadaku, tapi berpura-pura tak melihat.“Pakai ini” ucap bos harsa kasih jas nya untuk tutupin dadaku. Aku senyum pelan karena sikapnya.“Tes tulis kok, kamu isi sesuai dengan hati kamu,” ucap dokter itu. Aku mengangguk setuju dan langsung menuju meja.Aku seperti pernah kenal alat tes seperti ini seperti alat tes psikologi, aku yakin seperti ini alat tes nya. Tak hanya satu, tapi empat sekaligus. Dan aku di berikan waktu selesainya, itu membuat aku sedikit tenang,“sudah dok,”kataku langsung menghampiri mereka bertiga yang sedang membicarakan sesuatu dan langsung memberikan semua alat tes nya.“itu buat apa boleh tau?” kataku pelan.“buat syarat aja, peraturan memang begitu” sambung dokter budi.Hampir dua jam disana akhirnya selesai juga, aku mengikuti mereka berdua dari belakang sampai di mobil.“Rumah kamu jauh?” tanya boss harsa“Lumayan boss satu jam lebih dari sini, tapi saya turun di kantor aja gak apa-apa”“yakin? Dengan semua belanjaan kamu itu?”“slow nia, kita anterin kok.Bos harsa baik kok, ya gak?” bos harsa cuman menggelengkan kepalanya, sedangkan aku hanya bias menyeringai tak enak hati lagi.Aku langsung kasih tau alamat rumah, tapi tak langsung di rumahnya. Tepatnya persimpangan arah ke pasar, dari sana bisa sewa tukang becak buat bawa barang aku, dan bisa lewat jalan lain memutar tak melewati pasar.Bersambung….HarsaHari ini aku sengaja langsung bertemu papa budi, sekaligus di temanin budi juga, ada hal lain selain check up yaitu mau lebih tau lebih dalam tentang nia dari test kepribadian yang di lakukannya kemarin.,“ini hasil tentang partner kamu” ucap papa budi kasih lembaran berkas.“dan ada kabari baik untuk kondisi kamu,”“saya nyatakan gak perlu obat penurun hormon,.”“serius om??” angguk senyum, kabar baik yang aku tunggu-tunggu.“jadinya harus perlu treathment lagi?”“Kalau di bilang butuh, masih butuh, kalau di bilang gak perlu yang bisa juga”“kalau tidak mau threatment lagi, harus banyakin kegiatan di luar kantor, jalan-jalan, atau sejeninsnya. yang penting ”“oh ia, ada penyebab libido kamu selain genetic, yaitu tekanan psikis kamu, mungkin jabatan yang kamu emban sekarang membuat kamu tertekan” ucapan papanya budi benar-benar tepat adanya.“jadi selama kamu bisa lepasin beban itu, dan s
Harsa-Beberapa Hari ini yang membuat pikiran aku campur aduk, Antara takut, bingung karena apa yang aku ambil sekarang keputusan bena atau tidak menjadikan nia partner.Tak ada yang tau masalahku, kalau aku kasih tau masalah yang aku hadapi sekarang bisa-bisa mereka akan berpikir macam-macam,“lo bengong pikiran apa?” tanya budi.“Campur aduk,”“Pasti horny lo ya liat buah dadanya si nia pas kemarin di kantor bokap gue?” aku langsung noleh, tapi ucapannya betul, itu terlintas di pikirannku saat ini.“ia” jawab gue karena memang kepikiran buah dadanya yang terlabut tangktop putih saat putih, apa lagi gak sengaja aku memegangnya saat itu,.“gue penasaran ukuran berapa ya itu buahdada nya, gue rasa 36D, tangktopnya aja kayak gak muat” gue setuju sama budi,Tapi daya tarik nia bukan dari situ saja tapi pinggulnya juga, walau lebih berisi dari wanita lain, tapi dia masih bisa di bilang langsing. Karena pinggangnya t
NiaRasanya masih ada yang menganjal di tenggorkanku, Pertama kalinya aku menelan sperma.“san kamu kenapa,? tanya mama pas aku habisin satu jus jambu karena untuk membuang rasa yang aneh di tenggorokanku.“hehe iah mah, panas dalam“ kataku tutup kulkas.“gimana hari ini?”“lancar ko mah, tapi aku belum terbiasa aja kali yah,”“tapi mama jangan kwahtirin aku yah, aku udah kerja dan semoga aku betah dengan pekerjaan aku sekarang” lanjutku.“iah, makan dulu, mama tadi belanja ke pasar buat irit jangan beli makanan terus” aku cuman senyum aja,‘kamu beli apa lagi?’“pecel ayam, hehe katanya enak’‘beli empat?’‘iah, buat mama albert aku,’ kataku‘papa?’‘kan gak pulang, jadinya aku makan dua’ awal sih ia, tapi seperti keadaan belum bisa memperbaiki hubungan aku sama papa saat ini.Aku langsung menuju kamar buat mandi, albert sedang di kamar juga karena baru sele
Harsa-Semalaman aku benar-benar tak bisa tidur, bukan karena libido aku naik lagi tetapi, pertama kalinya aku merasakan sakit perut seperti ini. Hampir 2 jam sekali buang air besar. Rasanya badanku terasa lemas hari ini,Dan sianganya aku langsung info ke nia kalau aku tak kantor, membatalkan meeting termasuk janji sama client dan dia boleh masuk apa tidak. Aku memilih menunggu budi di sini sambil membawa obat sakit perut.Aku harap nia bisa membantu karena kembali mengundur jadwalnya,Hampir satu jam, budi akhirnya datang, aku hanya tergeletak lemas sambil pegang perut.“gue periksa dulu har…” aku cuman meringis pasrah.“keracunan makanan lo ini, makan dimana?”“makan makanan sushi gitu’ jawabku.“bisa jadi itu penyebabnya, dan lo minum ini, jangan minum obat treatment dulu selama sakit perut lo sembuh.”“kalau belum membaik, gue panggil ambulans dan harus di rawat inap”“seserius itu kah?”
Nia-Hari ini aku di suruh ke kantor untuk mengambil berkas untuk di tanda tangani langsung oleh pak harsa.Dan pulangnya aku ke rumah sakit, karena sakit perutnya belum juga membaik, dan juga ia sering muntah saat menelan makanan.Tapi setelah dua hari di rawat intensif kondisi membaik, keracunan makanannya cukup parah karena kerang yang di makannya tidak matang dan benar-benar mentah, itu kata dokter yang aku dengar.Aku menerima telepon dari boss harsa kalau ada managernya bernama rudy akan jemput aku sekaligus membawa berkasnya. Dia tak kasih tau orang seperti apa dan hanya bilang dia bakalan temuin aku di loby.“upss sorry” ucap seseorang yang menabrakku saat dia masuk masuk ke lift buru-buru, Bersama orang yang aku kenal yaitu sherly.“iah gpp” jawab gue pelan sambil masuk ke dalam membawa tumpukan berkas. Sherly hanya terdiam seolah kami tak saling kenal, mungkin ini karena ada orang ini sherly jadi jaga jarak.“s
Harsa-Andai di hari kedua tak ada nia, mungkin aku meninggal di tempat dengan tubuh yang tak karuan.Nia yang melihat kondisi bertamabah dengan sigap panggil ambulance, walau orang ambulan sempat kira gue over dosis karena obat kuat.Kebetulan saat itu memang mulutku agak berbusah, dan cuman pakai celana kolor. Untungnya nia tak memperdulikan omongan itu.Aku benar-benar keracunan makan, tak hanya sakit perut, melainkan ke muntah-muntah sampai harus di rawat intensif seperti ini selama dua hari.Selama itu juga tubuhku drop sampai tak nafsu untuk apa-apa termasuk memikirkan buah dada nia.Kedatangnya kemarin membawa hal postif, termasuk hari ini aku boleh pulang ke rumah. Mama sama papa udah urus adminitrasinya. Jadinya tunggu dokter boleh pulang aku bisa pulang.“Gimana kondisi kamu har??” tanya kak yua Bersama calon tunangannya, kak yua sendiri adalah kakak ke dua dari ku. Yang beberapa bulan lagi akan menikah.
Nia-Rasa berdebar masih belum hilang, karena pertama kalinya aku langsung ketemu orang tua boss harsa. Aku takut mereka berpikir macam-macam tentang aku yang berada di apartement boss harsa.Yang bikin aku terkejut, umurnya sama dengan usiaku. Sedikit kagum rasanya melihat kesuksesannya di usia sangat muda, memegang tanggung jawab yang cukup besar.Di tambah wajahnya seolah tak asing, aku seperti pernah melihatnya, mungkin di artikel atau sejenisnya.hanya kebetulan saja aku seperti mengenalnya.“aku pulanggggg!”“Tumben san pulang masih siang?”“iah ma, lagi gak ada kerjaan, “ aku langsung rebahan di sofa yang gak terlalu empuk,“besok aku suruh orang tambahin daya ya ma, mati terus listriknya hehe, sekalian punya mama akua da duit lebih kok ” kataku pelan.“gak usah, kamar kamu sama albert aja, mama udah biasa kok, “ mama langsung ke dapur membuat sesuatu.Aku langsung mandi, memandang wajahku sebentar sambil menghapus make up. aku merasaka
HarsaAku cukup kaget merasakan bulu yang sangat lebat, aku baru pertama kalinya memegang selebat itu. Dan aku yakin nia tau maksudku ke klinik itu,“ada kabar bagus harsaaa” suara budi dari telepon.“apa?”“bini gue hamil, hahahahaha” lenguhku, aku pikir ada kabar bagus tentang masalahku ini.“selamatt, tiap hari proses selama lo di klinik ha?”“Ya lah, harus dong, lagian kan gue dah balik kerja disini, jadinya tinggalin rena lagi deh” memang resiko sebagai dokter seperti itu, jauh dari keluarga. Makanya aku gak mau ikut-ikutan jadi dokter.“oh ia, ada kabar dari bokap gue”“apa”?“ada sedikit kemajuan sekitar lima persen,”“masih panjang bud.. itu juga karena gue sakit jadinya mungkin itu kemajuannya”“no no no, ini berbeda, kata bokap gue. Lo harus salurin fantasi lo satu per satu, saat fantasi lo terpuaskan libido akan semakin berkurang secara permanent karena bantuan obat juga.”
Pagi pagi sekali aku dibangunkan oleh bik Sri. Mataku perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ku lihat bikbsri yang tersenyum di hadapanku dengan wajah berbinar."Bangun den, udah pagi." Katanya lagi.Ku lihat sebentar penampilan bik Sri yang masih seperti malam tadi. Tanpa busana dan masih sedikit bekas seperma dari beberapa pria yang menjamah dirinya malam tadi.Melihat itu tentu saja nafsuku langsung bangkit, hingga aku lupa jika pagi itu aku juga sama seperti mereka, telanjang tanpa busana yang membuat penisku jelas terlihat menegang.Bik Sri yang menyadari hal itu langsung tersenyum manis. "Masih bisa bangun toh den. Kirain udah loyo setelah di kuras habis isinya tadi malam." Ujar bik Sri.Aku tak bisa menjawab, selain karena baru bangun tidur, aku juga masih belum bisa mengontrol diriku sendiri.Melihat aku diam saja, tangan bik Sri dengan jahil merambat ke arah penisku. Di usap pelan kepala penisku yang su
Setelah giliran ku selesaikan, kini tiga orang pria naik ke atas panggung, tidak seperti aku yang langsung mendapat pelayanan dari tiga wanita itu sekaligus, mereka hanya bisa mendapat satu wanita yang bisa mereka gilir bergantian, yah bisa dibilang mereka mendapat 3 wanita itu juga, tapi secara bergantian, tidak secara langsung seperti aku tadi.Dan dari posisi aku duduk inilah aku bisa melihat semua hal yang ada di sana.Mulai dari pak Supri yang tengah asik menggenjot seorang wanita paruh baya. Lalu Joni yang menggenjot wanita tanggung, dan juga bapak Dinda yang jugaemberikan pelayan pada wanita paruh baya lainnya.Abaikan mereka, karena jujur saja aku melihat mereka bertiga ada rasa iri di dalam hati, terlebih melihat penis mereka yang ukurannya bisa dibilang besar, yah walau milikku lebih besar dari pada milik mereka, tapi tetap saja melihat seorang pria bermain rasanya agak aneh. Terlebih tidak ada yang menarik dari pasangan tiga orang itu. Wanita ya
Sabtu pagi tepat pukul 7 aku dan kedua temanku sudah berkumpul di meja makan dan tengah menikmati sarapan, hanya aku dan rudi. Karena Adi masih sibuk dengan laptop.Pagi itu kami dibuatkan sarapan oleh Jumirah. Karena bik Sri tidak bisa hadir lantaran malam nanti Joni akan lamaran dengan gadis desa sebelah. Dan sepetinya akan ada pesta nanti malam. Jika infomasi dari Jumirah benar, maka akan ada acara suku yang dinamakan lelang, bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk membantu pihak mempelai.Jujur aku baru mendengar acara seperti itu di tempat ini, ya maklum aku belum lama tinggal di tempat ini jadi belum terlalu paham dengan banyaknya adat di ini."Jadi sistem acara nanti malam itu gimana Jum?" Tanya Rudi yang tengah asik menyantap ikan gabus goreng.Jumirah yang masih sibuk mengulum penisku mendongak dan menjawab. "Sistemnya ya gitu pak. Nanti pihak mempelai bakal kasih sajian yang bakal di lelang. Dan undangan khusus akan menawar harga untuk m
Cukup lama nur memainkan kedua penis itu dengan tangan dan juga mulutnya, jilatan serta hisapan dia kerahkan untuk memberikan kenikmatan bagi dia batang yang sebentar lagi akan mengobok-obok lubang peranakannya itu.Dan benar saja, Rudi yang saat itu tengah mendapat kocokan dari tangan lembut nur langsung menjauh. Rudi yang mulai bosan dan sudah tidak sabar untuk mengobok-obok vagina nur langsung menarik diri dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh nur. Segera dia tarik tubuh nur dan dia tuntun agar naik ke atas tubuhnya.Kini Rudi telentang sedangkan nur masih sibuk mengulum penis joko.Rudi dengan santainya menggerakkan penisnya, mencari-cari lubang vagina nur. Namun dengan ukuran penis yang besar membuat dia sedikit kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam sana.Merasa Rudi kesulitan, nur mencoba membimbing penis Rudi dengan tangannya. Hingga saat dirasa pas pada posisi nur mulai menurunkan tubuhnya.Tepat saat itu. Mata nur langs
Siang hari dipertengahan perkebunan sawit itu terlihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul dan beradu peluh satu sama lain. Mereka terlihat asik menikmati suasana dan alur dari permainan yang diciptakan oleh Adit.Adit yang baru saja mencapai puncak orgasmenya kini tengah terlentang bersamaan dengan Pariyem yang tergeletak di atas dadanya. Tubuh mereka menempel bagaiman cicak. Peluh membasahi tubuh keduanya. kelamin keduanya masih menyatu satu sama lain, menyusahkan lendir putih yang keluar dari kemaluan Pariyem. Dia baru saja selesai untuk satu wanita.Di sisi lain pak Supri tengah asik mendoggy seorang ibu dengan tubuh paling gempal bernama Suryati, atau kerap di sapa Yati. Di hadapan Yati satu batang penis tengah asik keluar masuk di dalam mulutnya."Shhhh ohhh yatii sepongan mu memang luar biasa!" Lenguh pria itu saat penisnya dengan asik di hisap oleh Yati. Namanya Badarudin atau sering di sapa Udin. Matanya merem melek menikmati sepongan Yati. T
Hingga menampakkan paha montok yang terlihat kenyal dan bergelambir itu.Aku mengintip dari belakang pundaknya. Menantikan apa yang akan lakukan selanjutnya. Dan siapa sangka, sifat binal Pariyem sungguh diluar prediksi ku. Dengan sengaja dia mengarahkan batang penisku dan dia gesekkan pelan di belahan vaginanya, perlahan tapi pasti aku merasakan kepala penisku menembus daging sempit itu, daging yang seolah memijat kepala penisku dengan ramah dan lembut.Tak sampai 10 detik penisku luruh sepenuhnya. Pariyem sengaja mendiamkan penisku untuk beberapa saat. Lalu di menoleh ke arahku dan berbisik. "Kontol pak Adit besar banget! Memek aku penuhhh!" Lenguhnya sembari tersenyum puas.Mendapatkan pujian seperti itu membuatku seakan terbang, aku segera mengecup lehernya meremas kedua payudaranya sembari sesekali ku pelintir putingnya."Shhhh.... Ennakkkkk pakk...."Dalam posisi duduk ini. Pariyem mulai memaju mundurkan pinggulnya. Maju mundur yang
Setelah kembali dari kota, aku segera kembali ke rumah sedangkan Bu Isti yang kelelahan karena sepanjang jalan melayani kami berdua secara bergantian langsung diantar oleh pak Supri ke rumahnya.Sedangkan aku langsung disambut oleh bik Sri yang saat itu hanya mengenakan apron tipis tanpa selembar kain lagi di baliknya, aku tersenyum lantas mendekatinya dan segera ku peluk tubuhnya. Ku tarik tubuh itu agar lebih merapat ke tubuhku dan segera ku kecup bibirnya."Kangen bibik!" Kataku lembut.!Halah! Padahal di sana asik-asik sama Bu Isti, sok-sokan kangen sama bibik!" Ujar bibik sembari menyubit pinggang ku."Hehe ya gimana ya bik, punya Bu isti nggak sebesar punya bibik. Jadi nggak enak!""Jadi punya bibik masih yang paling enak dong!""Iya jelas dong, punya bibi tuh paling juara!" Jawabku lagi sembari meremas gundukan payudara besar itu.Bi Sri langsung terkekeh kecil seraya mendesah tatkala remasan ku semakin brutal.
Di tengah cahaya remang dan juga suara bising dari film yang di putar, Bu Isti tengah asik menggoyangkan pinggulnya dengan posisi sedikit membungkuk. Dia berusaha memberikan kenikmatan yang aku cari sedari tadi, otot vaginanya mencengkram penisku sesekali. Lalu pantatnya bergoyang dengan indah bak di dalam film porno yang dulu sering aku tonton. Goyangan indah yang membuat gairahku semakin membumbung tinggi. Membuat kebahagiaan dalam diri seolah membuncah. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan intim di tengah keramaian seperti ini. Apalagi di dalam bioskop yang katanya kursi paling pojok adalah tempat orang sering berbuat mesum. Yah... Karena itulah aku memilih tempat paling pojok agar mengikuti tradisi yang ada. Aku melirik ke kiri di mana seorang bapak duduk sembari kepalanya fokus ke arah layar. Tapi aku yakin sesekali dia melirik ke arah kami. Apalagi dengan posisi yang begitu dekat itu dia pasti sadar dan mendengar apa yang kami lakukan
"pak! Apa ini nggak terlalu ketat, saya malu kalo harus pake pakaian ini untuk pergi!" Ujar Bu Isti yang tengah protes karena aku menyuruhnya memakai legging panjang yang sangat ketat hingga pres bodi. Yang membuat pantat bulatnya itu terbentuk dengan sempurna, belum lagi bagian atas yang hanya mengenakan kaos lengan panjang yang begitu ketat dengan atasan hijab.Dia terlihat tidak nyaman dan berusaha menutupi bagian intim seperti selangkangan dan juga buah dadanya.Aku terkekeh pelan lalu berjalan menghampirinya. "Nggak papa Bu! Ibu cantik pake baju kayak gini.""Tapi ini terlalu ketat! Saya malu pak!""Kenapa harus malu Bu? Badan ibu bagus. Wajah ibu cantik. Pasti orang akan suka melihat kecantikan ibu, apalagi ibu sangat cantik ketika mengenakan pakaian ini."Dia memandangi wajahku lekat lalu berkata lirih. "Baju ini sama sekali nggak menutupi tubuhku pak, malah terlihat seperti telanjang!"Aku terkekeh pelan. "Nggak papa Bu.