***
Sementara di dalam ruang privasi Book Store -tempat favorit Diandra- dia tampak murung dan duduk seorang diri di meja paling pojok. Ternyata penyebabnya adalah karena hari ini Reggie tidak masuk kerja. Bukan karena sakit, tapi karena ternyata dia di tugaskan untuk mengurus projek di cabang kota lain oleh CEO Book Store ini.
Diandra mengetahui hal tersebut dari pegawainya saat dia menanyakan sang Manager klimis, yang bahkan hingga menjelang sore yang di nanti tak juga muncul.
Dreeet .. Dreeet .. Dreeet ..
Tiba-tiba benda pipih yang bertuliskan 'OPPO' itu bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan segera Diandra membuka pesan tersebut, dan nama Reggie lah yang tertera disana. Seketika pipi Diandra bersemu merah saat membuka pesan itu.
"Assalamualaikum, Diandra!" tulis Reggie di pesan tersebut.
Iya, ini adalah pertama kalinya Reggie mengirimkan pesan pada Diandra sejak mereka bertukar nomor.
"Waalaikumsalam, Bang," balas Diandra yang dibubuhi emoticon senyum dengan pipi merona seperti gambaran wajahnya saat ini. Yang entah kenapa, dia merasa kegirangan sekali saat menerima pesan dari Reggie.
"Kamu nyariin aku, ya?" tanya Reggie.
"Iya, Bang. Hehehe .. tahu aja kalau aku nyariin Abang," jawab Diandra jujur.
Diandra memang seperti itu adanya. Dia selalu mengutarakan apapun yang sedang dia rasakan. Dia bukan lah gadis ratu drama dengan menutupi perasaannya hanya demi menjaga image.
"Abang tahu, nggak? Kemarin setelah Abang ngasih nomor W******p ke aku, sampek rumah aku langsung guling-guling, bahkan sampek nyungsep dari kasur dan terlilit selimut. Udah mirip lemper pokoknya. Gila kali ya, aku? Gara-gara Abang, nih," balas Diandra yang tak bisa lagi membendung rasa girangnya.
"Aku malah berharap kamu beneran salto, kemarin," balas Reggie dengan emoticon tertawa yang berderet.
"Waaah ... ngeledek, nih. Minta di tabokin orang kali, ya?" jawab Diandra.
"Kalau yang nabokinnya kamu, aku pasti seneng," balas Reggie yang langsung membuat Diandra tanpa sadar bersorak, hingga memukul-mukul mejanya. Bahkan hentakkan kakinya menggema di penjuru ruangan.
"Woooiii .. kalau kumat, jangan disini, dong! Sono .. RSJ masih kekurangan pasien!" seru seorang pria yang tak jauh dari meja Diandra.
"Eh, maaf, Bang. Maaf!" ungkap Diandra karena menyadari telah mengganggu orang lain.
"Jiaaah ... cowok yang kemaren lagi," gumam Diandra saat dia mengetahui kalau pria tersebut adalah orang yang sama dengan yang kemarin melempar buku ke arah mejanya.
Pria itu usianya diperkirakan sekitar tiga puluh tahun-an, terlihat gagah meskipun perawakannya sedikit kurus. Dari raut wajahnya terlihat ketegasan yang terpancar, tapi sorot matanya begitu teduh. Melambangkan bahwa dia adalah sosok pria yang tegas dan bijaksana. Namun ada kelembutan yang terpancar di balik gurat wajahnya yang terlihat sedikit sangar.
Sekejap kemudian, Diandra kembali pada ponsel kesayangannya dan melanjutkan berbalas pesan dengan Reggie. Dia sudah tidak mempedulikan lagi pria tersebut.
"Aku boleh nanya nggak, Bang?" tanya Diandra.
"Boleh, dong!" balas Reggie.
"Kenapa Abang ngebolehin aku tahu nomor Abang? Bagi seorang Manager sekaligus guru les privat kepenulisan sekelas Bang Reggie, ini privasi banget. Dan aku merasa beruntung, karena udah di kasih izin buat nge-save nomor Abang," ungkap Diandra menuntaskan rasa penasarannya.
"Cuma orang baik yang aku kasih," jawab Reggie singkat.
"Bang, aku izin mewek dulu, ya?" balas Diandra yang sudah ngedeprok di kolong meja dengan mata yang sudah berkaca-kaca menahan haru.
Tanpa Diandra sadari, pria yang duduk tak jauh dari mejanya itu terus memperhatikan tingkah Diandra yang seperti cacing kepanasan.
"Anak muda zaman sekarang aneh-aneh aja, ya? Jatuh cinta aja udah kayak orang kesurupan? Ckckck," gumam pria tersebut berdecak sambil menggelengkan kepalanya karena merasa lucu dengan tingkah anak muda di hadapannya itu.
Sementara Diandra tidak sedikitpun mempedulikan penghuni alam di sekitarnya. Dia tetap asik dengan dunia di ponselnya, karena salah satu mahkluk ciptaanNya, yang sangat ia kagumi ada di dalam ponsel tersebut.
"Nih .. bahu! Aku kasih pinjem," balas Reggie yang lagi-lagi membuat pipi Diandra terlihat memerah.
"Punya orang nggak, bahunya?" tanya Diandra memastikan.
"Air matanya juga punya orang, nggak?" Reggie balik bertanya.
"Air mata ini punya Abang. 'Kan aku nangis gara-gara baca chat dari Abang, yang bikin aku terharu," balas Diandra dengan emoticon sedih.
"Oh ... gitu? Sini aku tampung! Hehe ..." balas Reggie.
"Abangnya kesini. Aku pengen bersandar di bahu Bang Reggie," kata Diandra mendadak manja. Sungguh .. nggak sesuai banget dengan penampilannya.
"Hati-hati .. bahu ini hangat. Bisa bikin betah dan nyaman. Ampuuun, Diandra ..." balas Reggie yang dibubuhi emoticon ketawa.
Diandra yang membaca gombalan tersebut, langsung guling-guling di lantai pojokan kolong meja. Sementara si pria tadi tampak cekikikan melihat kelakuan Diandra, sambil susah payah menahan tawa dan menutup mulutnya dengan tangan.
"Kebangetan tuh, orang. Tadi bikin aku nangis, sekarang bikin aku ngakak," gumam Diandra pada diri sendiri, kemudian mengetik balasan lagi untuk Reggie.
"Duh ... mana aku orangnya betahan, pula. Hayooo ... tanggung jawab!" balas Diandra mulai berani menggoda sang Manager handsome itu.
"Astaga ... nggak jelas aku ini," jawab Reggie dengan emoticon ketawa yang sangat banyak.
"Makanya, aku jadi ikutan nggak jelas juga. Pakek bawa-bawa bahu segala, bikin jiwa halu-ku meronta aja," balas Diandra yang berkali-kali merubah posisinya yang masih berada di pojokan lantai di kolong meja.
Mulai dari posisi duduk, tengkurap dengan kedua kaki ditekuk ke atas, bahkan sampai guling-guling dan kembali ke posisi duduk. Begitu seterusnya selama dia chattingan dengan Reggie. Kelakuan Diandra tentunya tak luput dari pengawasan pria kurus tadi yang posisinya memang paling dekat dengan meja Diandra.
"Sepertinya .. itu anak beneran udah nggak waras, deh," Untuk kesekian kalinya, pria itu bergumam.
Selang beberapa menit kemudian, muncul sepasang mahasiswa yang masih mengenakan kemeja almamaternya memasuki ruangan tersebut. Yang satu pria berbadan subur, dan yang satunya wanita bertubuh mungil namun memiliki paras yang cantik. Kedua anak manusia itu terlihat celingukan. Pandangan mereka berpencar menyapu seluruh ruangan, seakan tengah mencari sesuatu di dalam ruangan ini.
"Itu 'kan mereka, yang kemaren bikin gaduh disini," gumam si pria tersebut saat memperhatikan dua orang yang baru saja masuk tadi.
Semakin lama mereka berdua berjalan ke arahnya, tepatnya ke arah meja sebelah tempat gadis yang dia sebut gila tadi.
"Kalian berdua nyari cewek tomboy itu, ya?" tanya si pria tersebut pada dua mahasiswa itu.
"Iya, Bang. Abang lihat, nggak?" tanya pria muda bertubuh tambun tersebut pada si pria yang duduk santai di mejanya.
"Tuh ... dia lagi di kolong meja. Kayaknya temen kalian kumat lagi gilanya. Dari tadi guling-guling terus disana," jawab pria itu dengan santainya sambil menunjuk ke arah kolong meja dengan dagunya.
Mendengar penuturan tersebut, kedua muda-mudi itu langsung berhamburan menuju meja yang ada di pojokan sambil berteriak histeris.
"Hah? Diandraaa ....!!!"
***Pagi harinya, Diandra dan Fay sangat sibuk mempersiapkan jam kuliah pagi."Hari ini mata kuliah apa, sih?" tanya Diandra sambil mengacak-acak beberapa diktatnya dengan terburu-buru."Pengantar Filsafat, Ndra," jawab Fay dengan santainya."Duh, mata kuliah yang paling aku benci, tuh. Padahal 'kan kita sastra, kudu ya .. ada mata kuliah Filsafat?" gerutu Diandra sambil tangannya terus menggeledah meja dan lemari bukunya. Sementara Fay masa bodoh dengan omelan Diandra itu.Fay memang sudah mempersiapkannya sejak semalam. Berbeda dengan Diandra yang gedebak-gedebuk karena belum mempersiapkan apapun untuk kuliah hari ini. Dia terlalu sibuk chattingan dengan manager handsome sampai pagi. Alhasil .. Fay pun jadi ikutan sibuk membantu segala keperluan Diandra yang bangun sedikit terlambat."Kamu sih, mendadak bucin. Jadi lupa segalanya, 'kan?" gerutu Fay yang manyun dengan bibir mungilnya."Ssttt ... berisik. Niat bantuin nggak, sih
***Sesampainya di taman -Telaga Sarangan-, Diandra celingukan mencari sosok pria yang selama beberapa ini ia rindukan. Tak berapa lama, dia pun menemukan sosok pria tersebut. Dia sedang duduk di sebuah kursi taman yang menghadap langsung ke air terjun di ujung telaga sambil membaca sebuah buku karya penulis terkenal.Diandra berjalan mengendap-endap, berharap bisa mengintip buku apa yang sedang Reggie baca dengan begitu serius."Nggak perlu mengendap seperti itu. Kalau kamu penasaran, tanya aja sama aku," celetuk Reggie yang seakan mengetahui kedatangan Diandra.Suara Reggie yang tiba-tiba itu cukup membuat Diandra hampir saja nyungsep ke depan dan semakin salah tingkah dibuatnya. Dengan tersipu malu, Diandra pun duduk di kursi samping Reggie."Maaf ya, lama nunggu!" ucap Diandra basa basi menghilangkan kegugupannya.Tak bisa dipungkiri, saat berhadapan langsung dengan Reggie, jantung Diandra seperti genderang yang mau perang. Begitupun den
*****Di dalam kamar, Diandra seperti orang kesurupan. Guling sana .. guling sini yang sesekali dia tersenyum girang. Sementara Fay yang memperhatikan tingkah sahabat tersayangnya itu, hanya diam menatap dengan perasaan yang sulit digambarkan. Antara senang melihat temannya bisa jatuh cinta dengan normal pada lawan jenisnya, tapi juga sedih dengan fakta yang sudah diketahuinya."Andraaa ..." seru Fay mencoba memanggil Diandra yang sedang terlena dalam dunia barunya.Namun Diandra tak menggubris sedikitpun panggilan Fay, dan masih terus dengan kegilaannya."Diandraaa ..." sekali lagi Fay memanggil Diandra dengan menggunakan jurus suara andalannya yang melengking."Iya Fay, sayang. Ada apa, sih? Berisik, ah .." sungut Diandra yang merasa terganggu dengan ulahnya Fay."Kamu kenapa sih, Ndra? Kenapa sekarang kamu berubah kayak gini?" tanya Fay lirih.Dengan malas, Diandra bangun dari tidur ngasalnya, lalu ia pun berkata, "Aku nggak kenapa
Keesokan harinya ..."Ardi ..." sapa Diandra sambil menepuk pundak sahabatnya, saat menemukan Ardi sedang makan siang di kantin."Apa sih, Ndra? Ganggu orang makan aja?" tanya Ardi dengan cueknya dan masih melahap hidangan favoritnya."Aku mau nanya sama kamu, tolong jawab jujur, ya!" pinta Diandra sambil menggeser kursi yang berada di hadapan Ardi."Iya, sok .. mau nanya apa?" tanya Ardi masih santai."Tentang Reggie," jawab Diandra serius.Ardi yang hendak menyantap mie ayam, mendadak menggantung dengan mulut menganga terbuka. Beberapa saat Ardi hanya mematung di posisi semula, sampai akhirnya Diandra membuyarkan aksi melongonya.Braaakkk ...!!!"Loncat ... kodok ... biawak ...!" seru Ardi mendadak latah saking kagetnya, saat meja tempat dia makan di gebrak oleh Diandra. Sampai mie ayam yang sedari tadi menggantung di tangannya loncat berhamburan."Kamu makan kodok sama biawak, Di?" tanya Diandra tanpa dosa."Gi
***Beberapa saat mereka saling terdiam. Reggie dan Diandra sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sementara Fay menanti obrolan selanjutnya dari mereka dengan harap-harap cemas."Aku ngerti kemana arah tujuan pembicaraan kamu," ucap Reggie kembali membuka obrolan yang sempat hening.Deg ...Hati Diandra dan juga Fay merasa semakin berdebar menanti jawaban Reggie."Kamu ingin aku jujur, 'kan?" tanya Reggie yang terdengar masih berusaha menenangkan diri. Sementara Diandra hanya mengangguk pasrah."Iya, aku emang udah punya tunangan, Diandra," lirih Reggie sambil tertunduk.Jleebb ...!Seakan ada ribuan belati yang menghujam jantung dan hati Diandra, dan sakitnya seakan patah seribu tulang."Padahal aku udah tahu, tapi kenapa sakit banget saat kalimat itu terucap langsung dari mulut Reggie?" batin Diandra berkecamuk."Maafin aku, Diandra. Aku nggak bermaksud bohongin kamu atau sengaja mainin perasaanmu. Ak
Beberapa bulan kemudian ... Diandra dan Reggie masih menjalin komunikasi. Hanya saja mereka berkomunikasi via telpon dan chat, tanpa ketemu langsung lagi. Setelah pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, Reggie tidak pernah lagi muncul di hadapan Diandra. Jangankan ketemuan, Diandra pun tidak mengetahui dimana keberadaan Reggie. Karena Reggie tidak pernah memberitahukan dimana ia ditugaskan. Diandra yang merasa kehilangan kekasihnya menjadi tak bersemangat untuk melanjutkan karya tulisnya. Suatu hari Diandra mencoba menelpon Reggie, karena gejolak rindu di dadanya seakan tak terbendung lagi. "Assalamualaikum, Abang?" sapa Diandra saat telponnya di angkat. "Waalaikumsalam," jawab suara di sebrang telpon. "Abang apa kabar?" tanya Diandra sangat hati-hati. "Alhamdulillah baik. Kabar kamu sendiri gimana?" jawab Reggie dan balik bertanya tentang keadaan Diandra. "Alhamdulillah, aku juga baik, Bang," ucap Diandra kembali be
** Teruntuk hati ..AKu tahu kau lelah dengan semua rasa iniRasa yang hanya bisa hadir di mimpi dan bayang-bayangmu saat iniRasa yang terkadang selalu menyiksamu di setiap malamRasa yang bagaikan ada namun tak terwujud Hati .. tetaplah tegar dan bersabarKarena aku yakin ada saatnya semua rasa risau itu akan hilang dan berganti dengan kebahagiaanHati .. tetaplah disana tunggu aku yang akan datang untuk memelukmu Saat cinta telah memilih, salahkah aku?Mungkin akalku tak nalar, jiwaku tak tenang, kegelisahan menjadi teman yang abadiItulah kebodohanku yang mencintaimuTapi jika mencintaimu adalah satu kebodohan, aku bangga dengan kebodohankuKarena aku tak mendengar kata orangAku hanya mengikuti perasaan dan kata hatikuAku hanyalah seonggok hati yg tersesat di raga yang salahMencintaimu bukanlah pilihanku, tapi hatiku Diandra ** Sejak saat itu mereka sudah tak berkomunikasi lagi. Reggi
*** 9-April-2020 Lumpuhkanlah ... ingatanku, hapuskan tentang dia ... Hapuskan memoryku tentangnya ... Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia, ku ingin ku lupakannya ... _______________________________________________ Fay langsung menyetop lagu sebelum bait reff selesai. Dia lalu menghampiri Diandra yang sedari pagi masih saja bersembunyi di balik selimut sambil menikmati alunan lagu Geisha --Lumpuhkan Ingatanku. "Andra, kok masih aja tiduran, sih? Malam ini kita 'kan udah ada janji mau makan di luar sama Ardi, dia udah nunggu di depan, tuh," teriak Fay sahabat Diandra dengan suara khasnya yang melengking. Diandra yang mendengar teriakan Fay seketika langsung menutup kedua telinga dengan tangannya. "Apaan sih, Fay? Berisik, ah," sungut Diandra yang masih berada di balik selimut. "Kamu tuh yang berisik, Ndra. Lagian nga
** Teruntuk hati ..AKu tahu kau lelah dengan semua rasa iniRasa yang hanya bisa hadir di mimpi dan bayang-bayangmu saat iniRasa yang terkadang selalu menyiksamu di setiap malamRasa yang bagaikan ada namun tak terwujud Hati .. tetaplah tegar dan bersabarKarena aku yakin ada saatnya semua rasa risau itu akan hilang dan berganti dengan kebahagiaanHati .. tetaplah disana tunggu aku yang akan datang untuk memelukmu Saat cinta telah memilih, salahkah aku?Mungkin akalku tak nalar, jiwaku tak tenang, kegelisahan menjadi teman yang abadiItulah kebodohanku yang mencintaimuTapi jika mencintaimu adalah satu kebodohan, aku bangga dengan kebodohankuKarena aku tak mendengar kata orangAku hanya mengikuti perasaan dan kata hatikuAku hanyalah seonggok hati yg tersesat di raga yang salahMencintaimu bukanlah pilihanku, tapi hatiku Diandra ** Sejak saat itu mereka sudah tak berkomunikasi lagi. Reggi
Beberapa bulan kemudian ... Diandra dan Reggie masih menjalin komunikasi. Hanya saja mereka berkomunikasi via telpon dan chat, tanpa ketemu langsung lagi. Setelah pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, Reggie tidak pernah lagi muncul di hadapan Diandra. Jangankan ketemuan, Diandra pun tidak mengetahui dimana keberadaan Reggie. Karena Reggie tidak pernah memberitahukan dimana ia ditugaskan. Diandra yang merasa kehilangan kekasihnya menjadi tak bersemangat untuk melanjutkan karya tulisnya. Suatu hari Diandra mencoba menelpon Reggie, karena gejolak rindu di dadanya seakan tak terbendung lagi. "Assalamualaikum, Abang?" sapa Diandra saat telponnya di angkat. "Waalaikumsalam," jawab suara di sebrang telpon. "Abang apa kabar?" tanya Diandra sangat hati-hati. "Alhamdulillah baik. Kabar kamu sendiri gimana?" jawab Reggie dan balik bertanya tentang keadaan Diandra. "Alhamdulillah, aku juga baik, Bang," ucap Diandra kembali be
***Beberapa saat mereka saling terdiam. Reggie dan Diandra sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sementara Fay menanti obrolan selanjutnya dari mereka dengan harap-harap cemas."Aku ngerti kemana arah tujuan pembicaraan kamu," ucap Reggie kembali membuka obrolan yang sempat hening.Deg ...Hati Diandra dan juga Fay merasa semakin berdebar menanti jawaban Reggie."Kamu ingin aku jujur, 'kan?" tanya Reggie yang terdengar masih berusaha menenangkan diri. Sementara Diandra hanya mengangguk pasrah."Iya, aku emang udah punya tunangan, Diandra," lirih Reggie sambil tertunduk.Jleebb ...!Seakan ada ribuan belati yang menghujam jantung dan hati Diandra, dan sakitnya seakan patah seribu tulang."Padahal aku udah tahu, tapi kenapa sakit banget saat kalimat itu terucap langsung dari mulut Reggie?" batin Diandra berkecamuk."Maafin aku, Diandra. Aku nggak bermaksud bohongin kamu atau sengaja mainin perasaanmu. Ak
Keesokan harinya ..."Ardi ..." sapa Diandra sambil menepuk pundak sahabatnya, saat menemukan Ardi sedang makan siang di kantin."Apa sih, Ndra? Ganggu orang makan aja?" tanya Ardi dengan cueknya dan masih melahap hidangan favoritnya."Aku mau nanya sama kamu, tolong jawab jujur, ya!" pinta Diandra sambil menggeser kursi yang berada di hadapan Ardi."Iya, sok .. mau nanya apa?" tanya Ardi masih santai."Tentang Reggie," jawab Diandra serius.Ardi yang hendak menyantap mie ayam, mendadak menggantung dengan mulut menganga terbuka. Beberapa saat Ardi hanya mematung di posisi semula, sampai akhirnya Diandra membuyarkan aksi melongonya.Braaakkk ...!!!"Loncat ... kodok ... biawak ...!" seru Ardi mendadak latah saking kagetnya, saat meja tempat dia makan di gebrak oleh Diandra. Sampai mie ayam yang sedari tadi menggantung di tangannya loncat berhamburan."Kamu makan kodok sama biawak, Di?" tanya Diandra tanpa dosa."Gi
*****Di dalam kamar, Diandra seperti orang kesurupan. Guling sana .. guling sini yang sesekali dia tersenyum girang. Sementara Fay yang memperhatikan tingkah sahabat tersayangnya itu, hanya diam menatap dengan perasaan yang sulit digambarkan. Antara senang melihat temannya bisa jatuh cinta dengan normal pada lawan jenisnya, tapi juga sedih dengan fakta yang sudah diketahuinya."Andraaa ..." seru Fay mencoba memanggil Diandra yang sedang terlena dalam dunia barunya.Namun Diandra tak menggubris sedikitpun panggilan Fay, dan masih terus dengan kegilaannya."Diandraaa ..." sekali lagi Fay memanggil Diandra dengan menggunakan jurus suara andalannya yang melengking."Iya Fay, sayang. Ada apa, sih? Berisik, ah .." sungut Diandra yang merasa terganggu dengan ulahnya Fay."Kamu kenapa sih, Ndra? Kenapa sekarang kamu berubah kayak gini?" tanya Fay lirih.Dengan malas, Diandra bangun dari tidur ngasalnya, lalu ia pun berkata, "Aku nggak kenapa
***Sesampainya di taman -Telaga Sarangan-, Diandra celingukan mencari sosok pria yang selama beberapa ini ia rindukan. Tak berapa lama, dia pun menemukan sosok pria tersebut. Dia sedang duduk di sebuah kursi taman yang menghadap langsung ke air terjun di ujung telaga sambil membaca sebuah buku karya penulis terkenal.Diandra berjalan mengendap-endap, berharap bisa mengintip buku apa yang sedang Reggie baca dengan begitu serius."Nggak perlu mengendap seperti itu. Kalau kamu penasaran, tanya aja sama aku," celetuk Reggie yang seakan mengetahui kedatangan Diandra.Suara Reggie yang tiba-tiba itu cukup membuat Diandra hampir saja nyungsep ke depan dan semakin salah tingkah dibuatnya. Dengan tersipu malu, Diandra pun duduk di kursi samping Reggie."Maaf ya, lama nunggu!" ucap Diandra basa basi menghilangkan kegugupannya.Tak bisa dipungkiri, saat berhadapan langsung dengan Reggie, jantung Diandra seperti genderang yang mau perang. Begitupun den
***Pagi harinya, Diandra dan Fay sangat sibuk mempersiapkan jam kuliah pagi."Hari ini mata kuliah apa, sih?" tanya Diandra sambil mengacak-acak beberapa diktatnya dengan terburu-buru."Pengantar Filsafat, Ndra," jawab Fay dengan santainya."Duh, mata kuliah yang paling aku benci, tuh. Padahal 'kan kita sastra, kudu ya .. ada mata kuliah Filsafat?" gerutu Diandra sambil tangannya terus menggeledah meja dan lemari bukunya. Sementara Fay masa bodoh dengan omelan Diandra itu.Fay memang sudah mempersiapkannya sejak semalam. Berbeda dengan Diandra yang gedebak-gedebuk karena belum mempersiapkan apapun untuk kuliah hari ini. Dia terlalu sibuk chattingan dengan manager handsome sampai pagi. Alhasil .. Fay pun jadi ikutan sibuk membantu segala keperluan Diandra yang bangun sedikit terlambat."Kamu sih, mendadak bucin. Jadi lupa segalanya, 'kan?" gerutu Fay yang manyun dengan bibir mungilnya."Ssttt ... berisik. Niat bantuin nggak, sih
***Sementara di dalam ruang privasi Book Store -tempat favorit Diandra- dia tampak murung dan duduk seorang diri di meja paling pojok. Ternyata penyebabnya adalah karena hari ini Reggie tidak masuk kerja. Bukan karena sakit, tapi karena ternyata dia di tugaskan untuk mengurus projek di cabang kota lain oleh CEO Book Store ini.Diandra mengetahui hal tersebut dari pegawainya saat dia menanyakan sang Manager klimis, yang bahkan hingga menjelang sore yang di nanti tak juga muncul.Dreeet .. Dreeet .. Dreeet ..Tiba-tiba benda pipih yang bertuliskan 'OPPO' itu bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan segera Diandra membuka pesan tersebut, dan nama Reggie lah yang tertera disana. Seketika pipi Diandra bersemu merah saat membuka pesan itu."Assalamualaikum, Diandra!" tulis Reggie di pesan tersebut.Iya, ini adalah pertama kalinya Reggie mengirimkan pesan pada Diandra sejak mereka bertukar nomor."Waalaikumsalam, Bang," balas Diand
***Keesokan harinya, Fay sibuk mencari keberadaan Ardi karena dia ingin menceritakan semuanya tentang Diandra. Mau bagaimana pun juga, Fay sangat menyayangi Diandra seperti saudaranya sendiri. Dan tak ingin sesuatu yang berlebihan terjadi padanya.Bukan dia tidak menyukai Diandra dekat dengan Reggie, tapi Fay sangat khawatir apabila mereka berdua saling melibatkan hati dan perasaan, sementara Diandra sudah di jodohkan oleh orangtuanya. Itu pasti akan melibatkan banyak hati yang terluka.Sementara Fay sendiri belum tahu status Reggie seperti apa. Entah masih single atau sudah punya pasangan. Karena kalau Reggie sudah punya pasangan, itu akan menjadi boomerang bagi keduanya apabila cinta mereka terlanjur bersemi dan tumbuh tanpa disadari.Fay ingin agar Ardi membantunya mencari tahu fakta tentang seorang Reggie Kaivan tersebut. Apa statusnya dan darimana asalnya?"Duh .. Si Ardi kemana, sih? Kalau lagi genting kayak gini aja, susah banget nyarinya.