Ina menceritakan siapa sebenarnya Randi itu kepada Safa, mengertilah Safa sekarang bahwa Randi hanyalah pengamen di rumah makan.
Jadi begini, Randi adalah tukang mengamen di rumah makan, penghibur lebih tepatnya. Dia sudah mendapatkan ijin dari pihak rumah makan untuk melakukan aksinya asalkan tidak merugikan orang lain dan pengunjung. Dia pura-pura kenal dengan setiap orang yang akan menjadi targetnya. Kenapa dia bisa tahu nama asli setiap mangsa yang akan dia temui? Sebab dia mendapatkan akses dari rumah makan, dan dia mendapatkan data setiap konsumen yang masuk. Kalau di Indonesia sepertinya konten seperti itu dinamakan dengan ‘prank’. Iya, mungkin demikian.
“Kenapa kamu, Safa?” tanya Ina setelah dia selesai bercerita dan melihat ekspresi Safa yang berubah.
“Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja itu adalah sebuah hal yang baru dalam hidupku,” jawab Safa.
Sebenarnya Safa menahan malu yang luar biasa, sebab pada awalnya
Malam datang, sekarang yang mengemudikan moter masih Nia, dia belum merasa lelah. Pukul setengah delapan malam, banyak sekali moter-moter yang melintas di dekat mereka. rupanya itu adalah jalur ramai, seperti jalur Pantura mungkin jika di Indonesia.“Hati-hati, Nia! Jangan sampai keluar jalur kita yang seharunya!” ujar Karfan mengingatkan dari kursi belakang, memecah keheningan.Memang, Nia menerbangkan moter dengan kecepatan yang lebih, Karfan sendiri sampai berdegup keras jantungnya ketika bersimpangan dengan moter lain.“Tenang saja, Karfan. Perjalanan dengan moter ini sama halnya dengan bermain game. Hahaha!” Nia membalasnya dengan tawa. “Bukankah kau adalah angkatan perang Kali Asin? Kenapa? Kau takut dengan kecepatan ini?” Nia mencibirnya.“Buknannya aku takut, Nia. Tapi, jangan sampai kita menambah masalah baru dalam perjalanan kita sampai Kanisan kembali dari markas angkatan darat itu!” Karfan mengun
Malam berjalan seperti semestinya malam. Langit cerah. Dari jendela moter Safa melihat bintang-gemintang saling berjajar rapi, sepertinya bintang itu dekat sekali dibandingkan dengan bintang ketika dilihat dari bumi. Bahkan saking dekatnya, bintang-bintang itu seperti lampu jalanan, berkilauan, kadang berpindah-pindah tempat.“Kenapa kamu belum tidur, Safa?” tanya Nia kepada Safa.“Kamu sendiri kepada belum tidur, Nai?” tanya balik Safa.“Aku memikirkan tentang perjalanan kita akhir-akhir ini. Sebenarnya, apakah sudah benar tujuan dan apa yang kita lakukan saat ini? Aku tengah memikirkan beberapa hal itu, dan itu sangat mengganjal hatiku!” Nai memandang rembulan di kejauhan sana.“Aku mohon maaf kepadamu, Nai. Sebab dengan kedatangankulah kalian mendapatkan masalah. Hem... andai saja aku tidak datang, pastilah kalian tidak akan mendapatkan masalah seperti ini!” Safa merasa bersalah.“Urusan ini
Benar-Benar Menyebalkan“Tabrak saja, Karfan! Biarkan dia hancur sekalian!” perintah Nia, dia sebal dengan moter di depannya.“Itu adalah perbuatan yang gila, Nia! Jangan demikian, itu akan merugikan kita sendiri!” sahut Karfan.Moter di depan benar-benar mengganggu laju moter yang dikemudikan Karfan. Ketika Karfan mengarahkan mengarhakan moternya ke arah kiri, maka moter di depan ikut mengarah ke ke kiri. Sebaliknya, ketika Karfan mengurangi kecepatan moter, moter di depan bertambah pelan. Benar-benar mengganggu.Nia geram, dia berkata, “Lalu apa yang akan kita lakukan, Karfan? Apakah kita akan menunggu sampai gajah bertelur? Apakah tidak ada cara yang bisa kita lakukan untuk menyingkirkan moter itu?”“Aku kira saat ini kita hanya bisa menunggu apa yang akan dia lakukan kepada kita,” usul Karfan. “Jangan sampai kita salah langkah dan mengambil sebuah kesalahan yang nantinya akan menyusahkan kit
“Bangsat, mereka benar-benar berniat untuk berbuat yang tidak baik kepada kita!” Karfan menggerutu dari balik kursi kemudinya. Wajahnya menatap garang pada moter di sampingnya, moter itu berwarna hitam pekat, dengan lampu luar berwarna putih mengkilap. Sebenarnya banyak moter yang tengah melintas, tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing, saling tidak menghiraukan.Karfan berniat untuk membalas perbuatan moter di sampingnya, namun tiba-tiba saja Nai melarangnya. “Tidak usah dilayani, Karfan, biarkan saja apa yang mereka kehendaki, cukup menghindar dan melindungi diri saja!”“Baik, Nai, akan aku lakukan apa yang menjadi masukanmu!” sahut Karfan, dia mengurungkan niatnya awal, yaitu membalas serangan moter yang berada di sampingnya.“Hai, Karfan? Sebenarnya kau ini pasukan Kali Asin atau bukan, sih? Lembek sekali apa yang kamu lakukan, seakan-akan menunjukkan bahwa kita tidak punya kemampuan untuk melawan!” Nia
“Jadi benarkah kau adalah orang yang dibicarakan oleh Kanisan?” tanya Karfan untuk memastikan.“Iya, dan aku akan segera melakukan apa yang diminta oleh Kanisan kurang ajar itu!” sahut pemuda.Pemuda itu telah bercerita singkat tentang dirinya, bahwa dirinya adalah manusia yang dimintai bantuan oleh Kanisan, dia adalah teman Kanisan untuk melepas chip yang berada dalam tubuh mereka.“Sebelumnya, dengan apa Kanisan memberikan kabar kepadamu?” tanya Karfan penasaran.Pemuda menjawab, “Orang gila itu memberitahu dengan sebuah alat rahasia ciptaannya, dan yang mempunyai alat itu hanya kelompok kami, Kanisan berada di dalamnya!” jawab pemuda memecahkan rasa penasaran Karfan.“Bolehkah aku melihat alat itu sebentar?” pinta Karfan.Dia buru-buru mengeluarkan sebuah alat kecil transparan dari sakunya. “Tentu, kenapa tidak!” Dia mengulurkan benda kecil itu kepada Karfan.&
Markas itu tampak megah, namun tidak terlalu besar. Halaman markas itu dipenuhi dengan rumput-rumput hijau, ada dua pohon besar yang menyejukkan. Terdiri dari tiga lantai, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Lantai pertama berisi alat-alat dan hasil penelitian, baik mandiri maupun yang sudah ditemukan terlebih dahulu oleh Dewan Kota dan instansi lain. Lantai dua berisi buku-buku, makalah-makalah, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, banyak sekali buku di sana dan tertata rapi, lembaran-lembaran dari berbagai jaman.Pada lantai ketigalah mereka menuju. Lantai tiga adalah sebuah tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian-penelitian, tempat melakukan aksi-aksi gila.“Di sinilah Kanisan menghabiskan waktunya ketika dia masih berada di dalam markas ini!” ujar Rosok kepada mereka.“Benarkah? Berarti dia benar-benar gila!” sahut Nai, tangan kanannya memegang sebuah tabung berwarna emas, namun transparan.
Rosok adalah sosok laki-laki yang penuh dengan semangat. Semangat dalam hidupnya terlihat ketika berusaha menyelamatkan nyawa Nai yang tengah dalam bahaya, kematian tengah mengancamnya.Pada ruangan yang tidak terlalu besar itu Rosok berusaha menahan sebuah nyawa yang akan keluar dari tubuhnya. Dua chip memang terpasang pada tubuh Nai, dan itu sangat menyakitkan hingga saat ini Nai tidak sadarkan diri. Rosok bergulat dengan segala cara, segala alat dan berbagai perangkat yang dia butuhkan.Pertama, Rosok mengambil sebuah kain hitam kecil, lalu meletakkannya di atas perut Nai. Kain itu membuat segala hal yang berada di bawahnya menjadi transparan. Perut Nai tampak merah menyala, usus-ususnya berubah warna dari cokelat menjadi merah api, merah menyala. Rosok mengggelengkan kepala ketika melihat pemandangan tersebut.“Ini benar-benar keadaan yang sulit!” ujar Rosok kepada dirinya sendiri.Sepintas dia pandang kembali wajah Nai, wajah lelaki yang baru beberapa waktu lalu dia kenal. Bukan
Dalam perjalanan hidup, manusia selalu dihadapkan dengan dua hal, meskipun manusia sebenarnya tidak menghendaki yang satunya. Dua hal tersebut adalah kesedihan dan bahagia. Semua manusia menginginkan kebahagiaan, namun tidak ada sama sekali manusia yang menginginkan kesedihan hadir pada dirinya. Manusia sama sekali tidak ada yang menginginkan untuk menjadi pribadi yang mendapatkan masalah.Sampai tengah malam Nai belum sadarkan diri. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan itu, bahkan Nia sekalipun yang notebenenya adalah adik Nai, dia tidak boleh masuk. Satu-satunya cara untuk memastikan bahwa Nai baik-baik saja, maksudnya terbaring dan tidak ada kesusahan di dalam sana, adalah menggunakan cctv. Pada layar monitor Nia tidak melepaskan pandangan sama sekali, dia terus memandangi Nai sampai matanya memerah, mengeluarkan air mata sebab memandang layar dengan begitu lamanya.Safa mengetahui hal itu, tapi tidak banyak yang bisa dia lakukan. Hanya menunggu dan menunggu yang bisa dia l
Kisah perjalanan Safa akan berlanjut pada novel kedua yang akan hadir. Buku itu akan segera hadir. ***Ah, aku menyesal telah membaca mantra itu. Bagaimana tidak, setelah aku membaca mantra ‘Alih Nggon’ tadi, aku langsung menghilang entah kemana saat ini. Tempatnya gelap, kekurangan sinar, penuh dengan semak-semak sepanjang perjalanan. Aku terpaksa berjalan dengan menyibak-nyibak semak, jika ingin sampai tujuan. Sampai tujuan? Kemanakah aku harus menuju? Rupanya, saat ini tujuanku adalah menemukan tempat tertulisnya mantra untuk kembali pulang. Sebelumnya, aku akan menceritakan tentang diriku pada kalian. Perlu kalian ketahui bahwa sebenarnya dunia ini penuh dengan misteri. Dan, bahkan, dari sekian misteri itu, kebanyakan dari kita belum mengetahui bahwa itu adalah misteri. Misalnya adalah kisah hidupku ini. Lima tahun yang lalu, aku menemukan sebuah buku yang berasal dari jaman manusia silam. Atau, mudahnya kita namakan berasal dari orang-orang terdahulu. Nah, dalam buku itu te
Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalatu ‘ala rasulillahi ajma’in.Berlaksa unggun puji syukur senantiasa tak putusnya kami langitkan kehadirat Allah swt. Juga shalawat serta salam semoga terus tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad rasulillah ajma’in. Juga saya haturkan beribu curahan rasa terima-kasih kepada Yayasan Bentala, terutama mas Alam beserta jajaran pengurus yayasan, yang telah memberi tempat dan kesempatan yang sungguh berharga ini kepada kami untuk menyampaikan semacam “Pidato Kebudayaan” dalam rangka tasyakuran milad Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara ke-2 tahunnya.Saya sendiri sebenarnya, untuk yang pertama, tak benar-benar yakin, apakah apa yang saya sampaikan ini bisa memenuhi defenisi, tujuan, dan maksud yang diharapakan panitia. Kedua, saya juga merasa tak terlalu pantas berdiri di hadapan hadirin sekalian, yakni dalam posisi menyampaikan serangkaian refleksi situasi kebudayaan mutakhir, apalagi terkait relasinya dengan Islam, yang sebanarnya s
READ NEXTSaya & Buku: Sebuah Orasi Untuk Kampung Buku Jogja #4Tulisan ini berangkat dan dipantik dari pertanyaan-pertanyaan Ulil Abshar Abdalla pada status facebooknya terkait masalah ini, yakni Kenapa gagasan Islam Nusantara tidak terlalu diterima di kawasan Melayu? Saya akan berangkat dari analisis-analisis yang sebenarnya sudah saya sampaikan baik secara implisit maupun eksplisit di dalam karya-karya saya yang telah beredar maupun materi ceramah-ceramah diskusi saya di berbagai tempat, untuk tak lagi terlalu hanya berfokus pada jawaban pertanyaan ini semata, melainkan meluas ke problem terkait Islam Nusantara itu sendiri sebagai sebuah diskursus.Pertama, kenapa diskursus Islam Nusantara tak terlalu bergayung sambut di wilayah kawasan Melayu, mungkin dipantik dari hal sederhana tapi sekaligus sebenarnya merepresentasikan bangunan dan dasar teoritik awal bagaimana “Islam Nusantara”–yang senyatanya memang disorongkan oleh sebuah organisasi Islam tertentu itu–dintrodusir, maupun lat
Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama 12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya. Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama Kehidupan awal Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi atau 42 tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-As dan ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affa
Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya, Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali, jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira, di antara
Nama Mak Lampir tentu tak ada yang tak mengenalnya di Indonesia. Tawanya yang terkekeh mengandung aura mistis akrab di telinga sejak era 80-an melalui sandiwara radio ''Misteri Gunung Merapi''.Cerita radio itu kemudian diadaptasi ke layar lebar di era 90-an dengan judul ''Perempuan Berambut Api'' dan ''Cambuk Api''.Kepopulerannya di layar lebar pun kemudian diteruskan melalui sinetron di era 2000-an dengan judul serupa, namun dalam latar era yang lebih modern.Lantas, siapa sebenarnya Mak Lampir? Mengapa ia begitu terkutuk di mata pemirsa atau pendengar radio? Berikut kisahnya yang kami sarikan dari berbagai sumber.Mak Lampir sang putri rajaKonon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh). Sebuah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam Tengah dan Selatan dan diperkirakan ada pada abad ke-7 hingga tahun 1832.Menurut beberapa cerita, nama Mak Lampir sebenarnya adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lam
MALIN KUNDANG ANAK DURHAKADahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari ibu dan seorang anaknyayang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harusbekerja keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa kasihan pada iBunia yang sedari dulu bekerjakeras menghidupinya. Kemudian Malin meminta izin untuk merantau mencari pekerjaan dikota besar.“Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini.” pinta Malin.“Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini.” kata sang ibu menolak.“Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang.” kataMalin.“Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana” Ujarsang ibu berlinang ari mata.Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelahbeberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekaran
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara i
Pada zaman dulu di era Kerajaan Demak, hidup seorang tokoh yang cukup terkenal bernama Jaka Tingkir. Ia dilahirkan dengan nama Raden Mas Karebet karena saat ia lahir, sang ayah yang bernama Ki Ageng Pengging, menggelar pertunjukan wayang beber yang dalangnya Ki Ageng Tingkir.Saat pertunjukan wayang itu, terdengar suara yang “kerembet” tertiup angin dan jadilah sang bayi itu dinamai “Mas Karembet”. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. by Taboola Sponsored LinksHarga mobil bekas di Legok akan mengejutkan andaMobil Bekas | Cari IklanHadiah Besar untuk orang Indonesia yang lahir antara tahun 1941-1981Survey CompareSepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak pada Kerajaan Demak. Setelah kematian suaminya Nyi Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal dunia.Menjadi yatim piatu, Mas Karembet diangkat menjadi anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. BACA JUGA:Bikin Bangga