‘Hm… bau nasi goreng Ibu….’Seketika, Keisha lupa dengan obrolannya dengan Kenzie sesaat sampai di meja makan. Hidangan sarapan sudah tersaji di sana. Langsung saja gadis itu melepaskan ujung kaus Kenzie, dan melesat ke kursinya. Sementara itu, Kenzie hanya menaikkan pundaknya dan mengekor Keisha. Ia duduk di sebelah Keisha, yang sudah siap dengan peralatan makannya.“Bu, saya izin membawa Keisha ke rumah saya di Jagakarsa hari ini,” ujar Kenzie tiba-tiba, saat Keisha baru saja meneguk air putih di depannya.Bruuh!Gadis itu pun menyemburkan air itu, lalu terbatuk-batuk sendiri. Tenggorokan dan hidungnya terasa panas sekarang karena air itu salah masuk saluran. Tanpa sadar, ia pun menepuk-nepuk paha Kenzie yang duduk di sebelahnya karena kesal.Namun sepertinya, pria itu salah paham dan malah mengusap-usap punggung Keisha dan menyodorkan tisu. Karena dalam keadaan panik, Keisha menerima saja tisu itu untuk melap mulut dan hidungnya.“Jorok, dih!” komentar Aldi, yang duduk di depan Ke
Perjalanan hampir dua jam itu dihabiskan mereka dengan hanya saling diam. Keisha sengaja menyalakan musik keras-keras agar Kenzie tidak mengajaknya bicara. Mood-nya sedang tidak baik saat ini.Fakta bahwa ia harus serumah dengan Kenzie memang tidak bisa diganggu gugat lagi. Namun, masalah soal Reyhan masih menjadi beban tersendiri. Bagaimana kalau saat Reyhan pulang, Keisha tidak ada di rumah orang tuanya? Apakah abangnya itu tidak semakin marah?Mobil berhenti di halaman rumah yang familiar untuk Keisha. Tidak seperti sebelumnya, kali ini ada seorang penjaga yang membukakan pintu gerbang untuk mobil Kenzie. Orang itu tampak sudah akrab dengan Kenzie juga.“Itu Mang Rahman, yang bakal jagain rumah ini,” ucap Kenzie, seolah bisa membaca pikiran Keisha. Pria itu pun menarik rem tangan, sebelum akhirnya mematikan mesin mobil.“Ooh….” Keisha hanya mengangguk-anggukkan kepala.“Ayo, turun.” Kenzie turun lebih dulu, lalu langsung membuka bagasi.Melihat itu, Keisha berdecak. Pria itu meman
Sepertinya hobi Kenzie adalah membuat Keisha kaget. Tidak sekali dua kali bola mata Keisha hampir keluar dari kepalanya gara-gara ucapan pria itu. “MAKSUDNYA GIMANA? BESOK, KAN, PENGUMPULAN TUGAS BANG KENZIE? AKU JUGA MASIH HARUS KULIAH!” teriak Keisha. Saking kesalnya, gadis itu sampai berdiri di atas kasur.Berbeda dengan Keisha yang meledak-ledak, pria itu tampak sangat tenang. Ia malah meraih tangan Keisha, dan menyuruh gadis itu duduk kembali dengan lembut.Keisha menurut, dan duduk bersila kembali di atas kasur, walaupun bibirnya mengerucut sebal. Kedua alisnya pun menyatu, berharap wajah marahnya ini mampu membuat ide gila Kenzie dibatalkan.“Izin saja,” sahut Kenzie dengan enteng. “Saya juga udah ajukan cuti.”“Terus aku gimana? Aku kan nggak bisa libur—eh, bukan, maksudnya kenapa kita harus ada honeymoon segala?!”Keisha baru menyadari kalau ada yang lebih penting daripada bolos kuliah, yaitu bulan madu itu sendiri. Lagipula, kenapa juga Kenzie menginginkan bulan madu? Buka
Keisha otomatis ikut mengangkat tangan dan menunjukkan jari manisnya. “KENAPA, SIH?!” tanyanya masih tidak mengerti. Setelah itu, Kenzie tampak berbicara dengan bule-bule itu dan sesekali menganggukkan kepala kepada mereka. Beberapa saat kemudian, Kenzie kembali melangkahkan kakinya ke bibir pantai. Sementara Keisha, seperti orang yang baru kena hipnotis, ia malah linglung sendiri. Berkali-kali ia melihat tangannya sendiri, membolak-balikannya, tapi tidak menemukan jawaban apa pun.Rasa penasaran Keisha semakin besar. Akhirnya, ia meninggalkan payung besar itu, dan menyusul Kenzie yang sudah siap berenang. “Bang Ke!” panggil Keisha, membuat Kenzie menoleh. “Tadi maksudnya kenapa, Bang?”“Katanya panas?” Kenzie malah balik bertanya sambil menyingkirkan anak rambut Keisha yang menghalangi wajahnya karena angin. “Tadi bule-bule itu ngomong apa, Bang?” tanya Keisha lagi.Kenzie melepas kacamata hitamnya, menampilkan mata indah itu yang semakin memukau di pandangan Keisha. “Bukan apa-a
Keisha langsung membalas pesan Aldi tersebut, tetapi kakak keduanya itu malah menyuruhnya untuk bertanya langsung kepada Kenzie. Bahkan, katanya Aldi juga sudah mengirimkan sebuah video kepada pria itu. “Bang Ke!” Keisha langsung menghampiri Kenzie di balkon. Pria itu tampak menatap ponselnya. “Bang Kenzie dapat chat dari Bang Aldi? Katanya, dia kirim video gaya helikopter. Itu apaan, sih?” Tepat ketika Keisha berdiri di sebelah Kenzie, pria itu malah buru-buru mematikan ponselnya. Ia menoleh ke arah Keisha dengan bola mata bergetar yang aneh. “Kenapa, Kei?” tanya Kenzie, sangat terlihat sedang menyembunyikan sesuatu. “Justru Abang yang kenapa?” Keisha bertanya balik. “Kok, keliatan pucet gitu.” “Nggak,” sahut Kenzie sambil menarik napas, dan kembali melempar pandangan ke arah pantai. “Aldi cuma ngirim video.” “Gaya helikopter itu?” respons Keisha santai. Namun berbeda dengan Kenzie, yang langsung memutar kepalanya kembali dengan mata membulat. “Kamu tau?!” Keisha mengangguk,
“Kenapa, Kei?”Pertanyaan Kenzie yang tiba-tiba membuat Keisha terpaksa menghentikan fantasinya bersama pria itu. Keisha buru-buru menggeleng dan berdiri dari kursi.“A-aku ngantuk, Bang!” kemudian, ia pura-pura menguap lebar, tapi matanya tetap melirik ke arah Kenzie. “A-aku tidur duluan, ya!”Keisha berjalan seperti robot, masuk ke kamar, lalu langsung meluncur di kasur. Ia bahkan tidak peduli dengan kelopak mawar atau dua angsa yang sudah terguling itu. Gadis itu segera menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.Keisha tidur seperti orang mati, tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang terjadi setelah ia terbang ke alam mimpi. Yang pasti, ketika ia bangun tidur di pagi hari, kasur di sebelahnya kosong. Begitu juga kamar ini.Entah Kenzie tidak tidur di situ semalam, atau pria itu tidur di sana dan bangun lebih dulu karena takut ketauan Keisha.Langit-langit kamar bercorak khas ukiran Jawa menyambut pagi gadis itu. Tangannya pun berusaha mengambil ponsel yang terletak di nakas,
Kenzie mengambil kursi dan memposisikannya di dekat jendela balkon. Ia duduk bersandar, dengan kedua kaki terbuka. Kalau ada yang melihat, pasti tidak ada yang menyangka kalau Kenzie adalah dosen paling dingin di kampus. Ia lebih cocok menjadi model, atau playboy kelas kakap.Keisha berusaha untuk tetap fokus menyiapkan alat gambarnya secara cepat, tapi matanya selalu melirik ke arah paha Kenzie. Bagaimana rasanya duduk di pangkuan pria itu? Apakah dada Kenzie masih seempuk waktu itu? Atau lebih keras sekarang?‘Ah, gila kamu, Kei!’ Keisha menampar pipinya sendiri karena pemikiran kotor itu.“Kei?” panggil Kenzie, membuat Keisha tersadar. “Kamu kenapa?”“Nggak apa-apa!” Keisha menjawab dengan lantang saking gugupnya. Ia pun berdeham, dan mengganti topik. “Posisinya kemarin nggak gitu, Bang!” komentar Keisha, sambil berusaha menutupi rasa gugupnya karena melihat dada dan otot perut Kenzie. “Gini?” Kenzie mengubah posisinya menghadap samping kanan. “Bukan! Agak miring ke kiri sedikit
“Iya, saya minta kompensasi.”Bibir Keisha bergetar, berusaha mengucapkan sesuatu yang sudah ada di kepalanya, “B-Bang Kenzie… jangan gini….”Napas Kenzie semakin jelas menyapu pipi tembam Keisha. Ronanya semakin memerah, mungkin lebih merah daripada lipstik Olive, dosen Seni Tari itu.‘Gimana nih?! Kalau aku dorong Bang Kenzie, nanti dia nyangka aku nggak suka diginiin. Bang Kenzie bilang kan nggak mau lakuin hal yang nggak aku suka. Tapi jantung aku juga nggak bisa diginiin!’Keisha dilema sendiri. Ia suka, sekaligus gugup.“Dua ratus ribu,” bisik Kenzie selanjutnya, membuat Keisha refleks membuka mata.“Hah?!”Kenzie tersenyum miring di depan wajah Keisha. “Bayaran saya jadi model kamu. Kamu lupa?”Keisha mengerjap, tapi masih belum bergerak dari posisinya sekarang meskipun Kenzie sudah menjauhkan tubuhnya. Kepalanya masih berusaha mencerna situasi saat ini.“O-oh… oh iya… dua ratus ribu… iya, ya?” Keisha seperti orang linglung.“Ayo, sarapan.” Kenzie yang sudah ada di dalam kamar