"Sahabat sejati adalah mereka yang memahamimu, bahkan ketika kamu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mereka adalah penjaga rahasia, pembawa tawa, dan penghapus air matamu." - Freya Alberta -
Hilde memilih alat makeup yang akan dipakainya dan menyusunnya di atas meja rias. Dia sangat menyukai warna-warna gelap. Kamarnya pun bernuansa gelap. Makanya tidak heran, ketika teman-temannya memasuki kamarnya, mereka merasa seperti sedang berada di lokasi kuburan yang gelap dan menyeramkan. “Duduk di sini! Aku akan membuatmu menjadi wanita paling cantik malam ini,” janji Hilde begitu meyakinkan. Freya hanya menurut. Dia duduk dengan manis di depan Hilde yang sudah siap tempur dengan alat perangnya, alias makeup. “Kamu kelihatannya seperti sedang banyak pikiran. Apakah kamu kurang tidur semalam?” “Hah? Tidak juga. Aku tidur dengan sangat nyenyak semalam.” “Lalu, kenapa wajahmu kusut sekali?” “Masa?” Freya balik bertanya. “Kalau begitu, coba kamu berbaring di tempat tidur. Aku akan membuat wajahmu segar kembali.” Freya segera berbaring di atas tempat tidur milik Hilde. Dia menutup kedua matanya. Tak lama kemudian, Freya mulai merasakan tangan Hilde memijat wajahnya dengan le
“Minum! Minum! Minum!” sorak mereka dengan nyaring. Freya menutup kedua kupingnya karena suara mereka memekakkan telinga. “Kalau kamu bukan penyuka sesama jenis, minum ini!” ucap salah seorang dari mereka. Chloe terkejut. Kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong baginya. “Apa maksud kamu?” bentak Freya dengan wajah memerah. “Freya yang imut cute, cute, cute. Audrey bilang kalau kamu itu penyuka sesama jenis. Jeruk makan jeruk gitu.” Hampir saja tangan Freya melayang menampar wajah pemuda di depannya. Lalu karena panas hatinya, dia merenggut minuman itu dari tangan Hilde. “Tutup mulutmu. Jangan menyebar gosip yang tidak-tidak,” bentak Freya. Dengan sedikit terpaksa, Freya memberanikan diri untuk meneguk isi dari botol di tangannya. "Uhuk, uhuk, uhuk!" Freya langsung terbatuk-batuk. Minuman itu serasa membakar tenggorokannya. "Rasanya sangat tidak enak," protesnya kesal. "Tapi setidaknya kamu sudah berani mencicipinya," ucap Hilde sambil ber-high five dengan teman-teman y
Freya berdiri dengan gelisah di samping Hilde. Dia melihat teman-temannya yang lain sudah mulai kehilangan kontrol atas diri mereka sendiri. “Aku akan kembali ke dalam ruangan pesta,” cetus Freya. “Hah? Emm... No, no, no, my darling. Masa kamu tega meninggalkan aku di sini?” ucap Hilde yang terlihat oleng. Dia bahkan mulai berbicara dengan kata-kata yang terdengar tidak terlalu jelas. “Hilde, aku sudah menemanimu sedari tadi. Sekarang aku akan masuk ke dalam.” “How dare you!” teriak Hilde marah sambil berusaha menahan Freya. “Enough!" sentak Freya yang sudah mulai kesal. Rupanya pengaruh dari minuman yang diteguknya tadi memacu adrenalin-nya, sehingga dia terlihat lebih berani dari biasanya. “Goooo! Just go, if you want to go!” “Sorry,” ucap Freya lirih. “I DON’T CARE!!! Get out of my face!” Rupanya Hilde benar-benar sudah lepas kendali. Dia bahkan mencium seorang pemuda yang bukan tipenya sama sekali. Freya menatap Hilde miris. Ingin rasanya dia menarik sahabatnya itu untuk
“Jalankan mobilnya sekarang juga!” perintah pria yang baru saja meringkus Freya itu. Dengan napas tersengal-sengal dia melompat ke dalam mobil dan duduk dengan wajah tegang. “Kau kenapa?” “Jangan banyak tanya. Kita harus cepat pergi dari sini.” “Okay, okay. Relax, Bro!” Pria bertubuh gempal itu segera mengendarai mobilnya dan masuk ke jalan utama. “Hebat, kita berhasil,” ucapnya sambil terus fokus menyetir.. “Tapi aku merasa bersalah.” “Bullshit! Buang semua rasa bersalahmu itu. Dia hanyalah salah satu dari sekian korban yang Boss kita telah mangsa selama ini.” “I know! Tapi tetap saja, perasaan bersalah itu menghantuiku.” “Nih, minum sampai puas, agar hati nuranimu segera mati.” Pria yang bertubuh gempal itu melemparkan sebuah botol minuman kepada pria bertubuh tegap di sampingnya. Dengan wajah yang gundah, pria itu meneguk minuman di tangannya. Perasaan hangat mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Dia kembali relaks. Disandarkan tubuhnya di jok mobil mewah itu sambil memej
Freya masih tidak sadarkan diri kalau sesuatu telah terjadi padanya. Masa depannya yang seharusnya cerah dan penuh dengan mimpi-mimpi indah, kini direnggut darinya dengan cara yang sadis. Malam pertama yang selama ini selalu dia mimpikan, di mana dia akan memberikan calon suaminya, bagian yang terbaik dari dirinya, kini tercabik-cabik-lah sudah oleh nafsu dunia dan seorang pria bernama Jason Turner. Dia seorang pengusaha sukses yang menyukai wanita-wanita yang memiliki tirai-tirai yang belum terkoyak. Sungguh kehidupan ini sangat kejam. Jason berguling ke samping. Tubuhnya yang kekar dan berotot, kini tampak relax setelah berhasil melepaskan hasratnya. Dia memejamkan matanya dan berusaha untuk mengumpulkan kembali kekuatan dan kesadarannya. Tiba-tiba, dia tersentak kaget dan terduduk. “Sial! Aduh, kenapa aku bisa lupa memakai alat pengaman tadi?” Jason melompat dari kasur dan berjalan mondar-mandir dengan wajah gusar. Rambutnya yang berwarna merah menjadi sasaran kemarahannya. D
Sebelumnya: Setelah menyaksikan perselingkuhan Audrey dan Albert, Chloe memutuskan untuk menemui mereka di dalam lobby bar yang sering mereka kunjungi. **** “Kamu yakin kalau si Chloe ada di bar ini?” tanya Albert saat memasuki lobby bar. Albert sudah berhasil membujuk Audrey lagi setelah insiden tidak senonoh yang mereka lakukan di tempat parkir tadi. “Bukankah ini bar tempat kamu biasa kencan dengan Chloe?” balas Audrey judes. Albert yang sedang fokus untuk menemukan Chloe, tidak memperdulikan perkataan Audrey. Dia langsung mencari keberadaan Chloe di sana. Audrey menatap Albert dengan kesal. Dia tidak ingin pria itu memikirkan Chloe saat sedang bersamanya. Dia hanya mau, Albert fokus kepadanya saat mereka sedang berduaan. Audrey mengenal bar itu dengan baik. Dia sering juga berkumpul bersama Chloe dan teman-temannya yang lain saat weekend atau hari libur. “Mana si Chloe? Kamu bilang tadi, kalau kita bisa menemukannya di tempat ini!” cecar Albert sambil menyisiri ruangan ba
Chloe menyilangkan kedua tangan di dadanya. Dia memandang Audrey dengan senyuman misterius. "Lipstik kamu juga berantakan sekali. Kamu habis menjilat dan memakan sesuatu ya, tadi? Jorok banget," desis Chloe pelan. Audrey yang sudah tegang dari tadi, langsung menggunakan punggung tangannya untuk me-lap bibirnya. Chloe hanya tersenyum miris. Dia jijik melihat Audrey yang mempergunakan berbagai cara untuk menyembunyikan kepanikan dan perbuatannya. Ingin rasanya Chloe mengekspos semua perbuatan mereka berdua yang menjijikan tadi. "Kelihatannya bercak-cercak putih itu susah dihilangkan," cecar Chloe sambil terus menyerang mental Audrey. Wajah Audrey semakin pucat pasi dan dan kalang kabut. Berulang-ulang kali dia menyentuh dan membersihkan bibirnya. Chloe menahan rasa geli di hatinya. Dia benar-benar telah membuat Audrey mati kutu sekarang, walaupun sebenarnya, tidak ada apa-apa di bibir Audrey. “Hmm, sini, biar aku bantu bersih-in,” tawar Chloe sambil menyambar selembar tissue. Ch
Begitu mereka keluar dari pintu utama bar, Chloe langsung buru-buru melepaskan pegangan tangannya pada lengan Albert, lalu dia berjalan dengan santai di depan pria itu. Albert yang bingung dengan perubahan sikap Chloe, segera meraih tangan Chloe dan memeluknya. Chloe berdiri mematung ketika dipeluk oleh Albert. Dia jijik didekap pria tidak tahu diri itu. Kalau bukan karena dia ingin menjebak laki-laki mesum itu, sudah ditendangnya pria itu jauh-jauh dari hadapannya. Chloe telah merencanakan sesuatu yang lebih spektakuler. Jika dia membongkar perselingkuhan Albert dan Audrey saat ini, maka mereka berdua pasti akan dengan mudah berkelit dan malah mencari cara untuk menyalahkannya. Hal yang dia perlu lakukan saat ini adalah merencanakan segala sesuatu dengan matang. Pokoknya, dia harus pintar berpura-pura, bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang hubungan terlarang dua insan tidak tahu malu itu. “Aku sempat menelpon keluargamu tadi karena aku panik saat kamu tidak mengangkat telepon.
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat