Rafin membuka mata dan mendapati bahwa semalam ia tak tidur di kamarnya. Seorang wanita cantik sedang meringkuk dalam dekapannya. Bau wangi dari shampoo di rambut Mila kini menjadi aroma terapi baginya.
Rafin kembali mengingat saat awal pertemuannya dengan gadis ini. Bukankah itu adalah sebuah momen yang buruk dan menyedihkan? Malang sekali nasibnya. Ia juga kembali mengingat saat Pram kemarin tiba-tiba datang ke kantor dan tanpa banyak kata-kata langsung menonjok wajahnya. Bila saja Pram datang pada saat jam kantor, pasti akan ada banyak pasang mata yang melihat betapa hancur wajahnya. Setidaknya Pram masih memberi toleransi padanya dengan datang waktu kantor sudah tutup. Kemarin Derry sang aspri, sempat meminta maaf padanya karena memberikan informasi pada Pram saat pria itu menanyakan keberadaannya. Karena disangkanya kedua sahabat itu tak akan terlibat baku hantam. Apalagi selama ini para sahabat Rafin selalu bebas menemui p
Pram seperti biasa, selalu menjemput Mila untuk berangkat ke kafe bersama-sama. Di jam seperti ini biasanya gadis itu telah menunggunya di depan apartemen, namun tumben hari itu ia tak menemukan gadis itu di tempat yang biasanya. Maka ia membuat panggilan."Halo kak, ini Riska. Maaf, kak Mila baru ke kamar mandi. Ia sakit kak. Mungkin hari ini akan libur bekerja dulu. Boleh kan kak?" suara Riska dari ujung sana."Apa perlu aku antar ke Rumah Sakit?" tanyanya."Tak perlu kak. Kak Mila kalau masuk angin pasti seperti ini. Nanti aku beri dia obat aja, biasanya akan langsung reda.""Baiklah. Jika sakitnya tak ada perubahan, segera hubungi aku. Suruh dia untuk beristirahat selama beberapa hari." Pram sebenarnya sangat khawatir dengan keadaan gadis itu. Namun keadaan Mila yang telah menikah membuatnya tak bebas berbuat apapun, karena gadis itu telah memiliki suami. Meskipun hany
"Kamu harus lebih berhati-hati. Si brengsek itu sudah mulai pasang kuda-kuda. Dia memiliki orang-orang yang jenius dalam hal memata-matai. Pastikan bahwa kau tidak masuk dalam lingkar pengawasannya," ucap seorang pria tampan sambil menyerahkan sebuah kantong kertas berwarna coklat berisikan uang senilai ratusan juta."Baik boss, senang bekerja sama denganmu," kata seorang pria setengah baya yang dengan hati menerima banyak gepokan uang dalam kantong kertas itu.***"Kudengar dari Mama, kau positif," Akhirnya Rafin berhasil melontarkan kalimat pertamanya setelah beberapa kali berdehem dan tak ada respon dari Mila."Ya, selamat atas kehamilanku. Semoga bayi ini laki-laki dan semua segera berakhir," ucap Mila dengan ketus."Bagaimana keadaanmu?" tanya Rafin lagi."Calon bayimu aman bersamaku, ia baik-baik saja."&nb
Mila sedang mendengarkan sebuah musik saat Rafin kembali masuk kedalam bangsal." Kamu gak ingin makan sesuatu?" tanya Rafin. Wanita itu hanya mencebik dan tak menganggap keberadaan pria itu. Bukannya apa-apa, tapi ia sedikit merasa kesal karena ia telah ditinggalkan begitu lama. Bahkan suaminya itu pergi tanpa pamit kepadanya.Rafin melihat sebuah kotak plastik berisikan puding coklat yang hampir habis separuhnya."Kulihat kau sudah lebih baik dari kemarin, hari ini juga wajahmu terlihat lebih cerah, apakah ada sesuatu yang membuatmu senang?" tanya Rafin mencoba untuk menggiring opini." Kau tak perlu tau," jawab Mila singkat. Rafin hanya mengedikkan bahunya.
Seorang perawat memasuki ruang inap dan mendapati sepasang suami istri yang masih tertidur pulas dengan posisi berpelukan. Entah mengapa perawat itu tersenyum sendiri. Geli sekaligus malu. Bagaimana bisa si pria tampan yang diketahuinya sebagai suami ini nekat tidur di atas bed pasien? Ouh ... So sweet. Tak ada niatan perawat untuk membangunkan tidur pasangan romantis itu. Ia hanya mengganti cairan infus dengan yang baru, dan setelahnya ia kembali ke ruang jaga. Di sana, dengan masih tersenyum sendiri, ia bercerita dengan teman perawat yang lainnya." Kamu tau, ibu yang bernama Mila?" tanyanya pada perawat lainnya."Pasien yang glowing badai itu?" Pertanyaan itu hanya di jawab anggukan. Masih dengan penuh semangat ia melanjutkan bercerita." Tadi tuh, waktu aku mau ganti infus masa dia sama suaminya tidur bareng di bed pasien, romantis banget ya. Yang cewek cantik, yang cowok gante
Pagi itu Rafin membuat sarapan roti bakar isi telur dan segelas susu. Ia membuatnya menjadi dua porsi. Rafin tampak menikmati hidangan buatannya sendiri itu. Sementara Mila memilih untuk makan rotinya saja. Entah mengapa ia merasa eneg dengan telur dan olahan hewani lainnya." Kenapa telurnya gak di makan?" tanya Rafin sambil menunjuk telur mata sapi yang teronggok disia-siakan oleh tuannya."Aku mual, bisakan aku hanya makan roti saja tanpa telur?" tanya Mila dengan wajah yang memelas. Rafin hanya mengambil nafas dalam dan kemudian menganggukkan kepalanya." Pastikan bahwa kau menghabiskan susu hamil mu. Makan apapun yang menurutmu enak untuk dimakan. Bukankah kemarin kau ada puding coklat? Kurasa itu juga camilan bagus."Mila hanya mengangguk setuju." Kau tak ingin makanan yang lainnya? Biar nanti aku bawakan sepulang kerja.
Mila telah siap sejak satu jam yang lalu. Bahkan ini telah hampir masuk waktu maghrib. Jika saja ia tak memiliki janji dengan dokter kandungannya, maka ia tak akan seperti ini.Matanya hampir saja menumpahkan muatan airnya, namun masih mampu ia tahan. Mila terlanjur membatalkan janjinya dengan Riska, ia kini hanya merasa bodoh karena untuk kesekian kalinya ia kembali percaya dengan kata-kata pria itu.Bahkan jika ponselnya bisa bicara, ia pasti akan berteriak karena kesal. Nomor yang sedari tadi dipanggil hanya memperdengarkan panggilan masuk, tanpa ada yang mengangkatnya. Berarti pria itu dengan sengaja telah mengabaikannya.Akhirnya Mila memutuskan untuk pergi kontrol kandungan sendirian. Ia memilih untuk mencari taksi online, namun saat ia hendak melakukan pemesanan, mendadak sebuah nama muncul di layar gawainya.Awalnya ia ragu untuk menjawabnya
Sepasang suami istri sedang duduk di belakang rumah, tepatnya di sebuah taman bunga. Menikmati suasana sore dengan ditemani teh hangat dan kue kering. Tak ada obrolan diantara mereka, namun sangat terlihat ada rasa cinta yang begitu besar saat keduanya bertatapan dan saling melempar senyuman.Keromantisan itu harus ter interupsi saat seorang pemuda datang dan menyapa mereka dengan hangat."Sore mah, pah," ucap pria tinggi tegap itu.Pemuda itu bernama Daffa. Ia mencium pipi mamanya dan kemudian ikut duduk di sana." Bagaimana kegiatanmu di kantor, sayang?" tanya Ny. Rachel pada putra semata wayangnya dengan tatapan hangat." Sedikit lebih menyenangkan dari hari biasanya," jawabnya sambil ikut ngemil kue kering."Kau punya proyek baru?" tanya Tuan. Daniel.Pertanyaan itu tak mendapat jawa
Tommy dan Hendra kini sedang makan siang di apartemen milik Rio. Ketiganya terlihat menikmati kebersamaan itu sambil sesekali saling melemparkan candaan. Hingga Tommy mendadak berubah serius dan bertanya pada Hendra." Bro, kamu serius soal perkataanmu di rumah Rafin tadi?" Hendra yang mendapatkan pertanyaan itu tak segera menjawabnya, ia memilih diam andai saja pandangan mata kedua sahabatnya tak tertuju padanya. Hingga Rio yang tak tau apa-apa juga ikut memandangnya dengan rasa ingin tahu yang penuh."Menurutmu?" tanya Hendra."Kau jangan macam-macam, andaikan Mila telah berpisah dari suaminya yang merupakan sahabatmu, masih ada Pram yang menjadi kekasih dari wanita itu. Dan ia sahabatmu juga. Setidaknya kau hanya perlu mengingat itu." Sampai disini Rio mulai tau duduk perkara permasalahan mereka."Aku kan hanya berkata apa adanya, dan itu bukanlah suatu kesalahan.