Kannaya memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia menghela napas pelan dan menatap ke arah jam, Dean mengatakan makan siangnya akan datang tepat waktu tapi sampai sekarang belum juga datang padahal sudah terlambat selama sepuluh menit lebih."Aku juga ditinggalkan sendirian disini, padahal 'kan harusnya Mas Dean sudah pulang karena ini sudah jam berapa." Kannaya menghela napas pelan.Dia sudah bosan main ponsel karena tadi sempat memberikan pesan pada Camelia karena dia ada urusannya tidak bisa menemui temannya itu. Karena dia tahu Camelia pasti akan bertanya-tanya kenapa dia tidak masuk kuliah dan Dean adalah penyebabnya. Kalau dia tidak lulus nanti maka dia akan meminta ganti rugi dan juga pertanggungjawaban dari Dean supaya pria itu mau memberikan apa yang seharusnya dia dapatkan."Aku lapar sekali," gumamnya lalu menarik napas pelan memejamkan matanya di sofa.Rasanya dia ingin memesan dari online tapi takutnya nanti kalau dia sudah memesannya makanannya datang dan itu malah memb
Kannaya hampir selesai makan ketika dia merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Dia mendongak dan langsung mendapatkan ciuman di pipinya dari seorang pria yang sudah dia kenali."Mas ...""Kenapa kamu makan di sini?"Kannaya terdiam lalu menatap suaminya yang baru bertanya dengan tatapan serius hingga dia menarik napas."Tadi aku menunggu staff hotel untuk mengantarkan makanan tapi mereka tidak juga datang makanya aku lapar dan keluar saja dari hotel. Aku tidak tahu apakah uangku cukup untuk masuk restoran atau tidak makanya aku memutuskan untuk masuk ke warteg saja. Soalnya di sini terjamin murah dan aku tidak akan kesulitan untuk makan yang cukup. Kapan kamu pulang?" tanya Kannaya membuat Dean menghela napas panjang dan diam ditempatnya tanpa menjawab.Kannaya tahu kalau ini bukan akhir yang baik hingga dia memutuskan untuk makan lebih cepat dan mengajak suaminya itu untuk pergi dari sana setelah membayar sebelum Dean mengamuk nanti. Saat mereka sudah menjauh dari warteg pun De
Kannaya menatap wajah suaminya dengan tatapan serius sebelum akhirnya menghela napas. "Aku hanya malas ada drama pelayan tidak menyukaiku sebagai majikan mereka atau istrimu. Semua itu banyak kejadian dan banyak juga pelayan yang bisa mencelakai majikan hanya karena cemburu atau sejenisnya. Memikirkan semua itu, aku sudah lelah duluan makanya aku memintamu untuk melakukan itu. Begitu aku masih bisa kok menjadi pelayan di rumah utama," ujarnya jujur tanpa menutupi apapun.Dia bukan melihat drama atau menonton film-film orang kaya yang tidak disukai oleh pelayan. Dia sangat sering dengar tragedi ini dan itu menyebalkan. Belum lagi nanti dia harus menghadapi Ibu mertuanya saat mereka suatu saat pulang, dia bahkan tidak mampu untuk berpikir jernih saat ini. Perbedaan kasta kadang-kadang begitu kejam dan membuat manusia harus tahu diri untuk memikirkan jika sebenarnya yang dia lakukan itu salah dan dia bukan hidup di surga makanya banyak manusia iri dan yang berkeliaran."Kamu-""Jangan ka
Seharian itu mereka benar-benar sudah pergi ke manapun karena Kannaya tidak mau membeli apapun. Padahal Dean sudah mengajaknya tapi Kannaya tetap bersikeras tidak akan membeli apapun karena dia juga tidak berminat. Bolehkah Dean mengatakan kalau istrinya ini ajaib?Setelah makan malam bersama mereka terlihat memandangnya pemandangan kota yang terlihat bagus dari jendela. Kannaya memandanginya sambil mengerjakan tugas kuliah yang dikirimkan oleh Camelia karena lagi dan lagi dia harus melakukan kuliah secara daring hanya karena ulah tiba-tiba dari Dean yang mengajaknya menginap di sebuah tempat sehingga dia tidak bisa datang ke universitas untuk belajar.Dia mau menolak atau protes juga tidak kuasa karena pria ini kadang-kadang memiliki kehendak yang tidak bisa dia bantah. Kannaya hanyalah seorang gadis kecil yang tidak berdaya dan hanya bisa menuruti keinginan pria ini.Dean menatap Kannaya yang sedang menguap, hingga dia bergerak mendekat dan duduk di sebelah Kannaya yang sedang menge
Hari ini Dean bekerja jadi Kannaya keluar hotel sambil membawa laptopnya dan mengerjakan tugas kuliahnya di taman. Dia duduk di salah satu taman yang rimbun dan mulai mengeluarkan laptop untuk belajar. Di manapun dia berada dia tidak akan meninggalkan pembelajarannya jika bisa karena dia bertekad untuk lulus dengan predikat yang baik walaupun kadang-kadang kedistrak dengan ulah yang dilakukan oleh Dean dengan mengajarnya liburan atau staycation di hotel.Dua jam dia di sana hanya dengan membawa satu botol air mineral tak ada niatan Kannaya untuk membeli sesuatu dengan menggunakan kartu yang diberikan Dean kepadanya. Dia sama sekali tidak berminat untuk mengambil sepeserpun uang dari sana karena yang dia butuhkan hanyalah makan yang cukup dan tempat istirahat. Sejak dulu dia selalu hemat karena semenjak kematian kedua orang tuanya dia banyak mengalami kesulitan ekonomi makanya dia tidak mau menjadi pribadi yang boros. "Kamu kembali besok, 'kan? Soalnya kita perlu membayar biaya kuliah
Kannaya sudah selesai mandi ketika menyambut kepulangan Dean yang agak telat hari ini. Pria itu tampak lelah dan duduk di sofa membuat Kannaya membuatkan kopi dari pantry kamar hotel dan menatap suaminya yang sedang memijat pelipisnya pelan.Kannaya hanya diam saja seraya menggerai rambutnya yang setengah basah, sebelum akhirnya Dean menatap ke arahnya dan entah sadar atau tidak dia merasa seluruh rasa lelah dan juga penat di hatinya hilang seketika."Besok kita jadi pulang, 'kan?" tanya Kannaya membuat Dean menaikkan alisnya."Kenapa sangat ingin pulang? Bukankah di sini sangat bagus?""Ya, bagus. Tetapi ini bukan apartemen atau rumah kita jadi aku tidak bisa kuliah. Disana walaupun Mas bekerja tapi aku bisa kuliah, jadi jelas berbeda enaknya," gumam Kannaya membuat Dean tersenyum dan menarik napasnya.Dia meminum kopi susu yang dibuat Kannaya, beristirahat sebentar agar bisa mandi dengan keadaan tubuh yang lebih baik. Dia merasa ada lelah jadi tidak mau langsung mandi, apalagi saat
Di atas tempat tidur, Kannaya menatap sertifikat pernikahannya dan Dean ketika pria itu sedang mandi. Semuanya sudah jelas sekarang dan hubungannya bersama pria itu sudah semakin resmi. Dia hanya berharap semoga tidak ada lagi tragedi yang membuat hatinya menjadi ragu walau kadang dia yang membuat semua itu terjadi."Semoga saja ini benar-benar bisa diandalkan." Kannaya menarik napas dan meletakkan berkas pernikahan itu di atas nakas.Dia menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan luar. Malam ini benar-benar lumayan gelap dan dia tidak pernah keluar dari sini selain di taman karena selama ini dia juga selalu menghabiskan mengalaminya di dalam rumah. Keluar hanya akan menghabiskan uang sementara dia sedang menghemat dan tak pernah berniat untuk boros sejak tinggal sendiri.Memang pernah berapa kali dia dan Camelia keluar untuk makan atau mencari jajanan tapi itu tidak setiap hari mereka lakukan dan bahkan bisa dikatakan dua kali sebulan. Mereka adalah orang yang sudah ditingga
"Kenyang?"Kannaya tersenyum dan meletakkan minum yang baru saja dia habiskan lalu mau bereskan bekas makannya. Dia menatap Dean yang sedang memperhatikannya sebelum akhirnya tersenyum."Emm, sudah." Dean tersenyum dan mengambil tangan Kannaya, membuat wanita itu beringsut mendekatinya. Dia tampak menatap wajah pria yang tak lain adalah suaminya sebelum merasakan sentuhan di wajahnya oleh tangan lembut pria itu."Kamu lelah?"Sebenarnya Kannaya mulai merasa curiga ketika pria ini bertanya. Dia tahu apa yang ingin dilakukan oleh Dean dan itu membuatnya merasa agak jantungan."Emm, tidak. Mas mau apa?"Dean tersenyum dan menunduk. Dia menatap wajah gadis yang menjadi istrinya ini, lalu memagut bibirnya tanpa basa-basi membuat Kannaya memejamkan matanya dan menikmati saja apa yang dilakukan pria ini."Emmhh .." Dean melepaskan pagutannya sejenak lalu menatap wajah Kannaya yang sudah memerah dengan napasnya yang terengah."Mau melayaniku malam ini? Anggap saja kita sedang merayakan resm
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka