"Kenyang?"Kannaya tersenyum dan meletakkan minum yang baru saja dia habiskan lalu mau bereskan bekas makannya. Dia menatap Dean yang sedang memperhatikannya sebelum akhirnya tersenyum."Emm, sudah." Dean tersenyum dan mengambil tangan Kannaya, membuat wanita itu beringsut mendekatinya. Dia tampak menatap wajah pria yang tak lain adalah suaminya sebelum merasakan sentuhan di wajahnya oleh tangan lembut pria itu."Kamu lelah?"Sebenarnya Kannaya mulai merasa curiga ketika pria ini bertanya. Dia tahu apa yang ingin dilakukan oleh Dean dan itu membuatnya merasa agak jantungan."Emm, tidak. Mas mau apa?"Dean tersenyum dan menunduk. Dia menatap wajah gadis yang menjadi istrinya ini, lalu memagut bibirnya tanpa basa-basi membuat Kannaya memejamkan matanya dan menikmati saja apa yang dilakukan pria ini."Emmhh .." Dean melepaskan pagutannya sejenak lalu menatap wajah Kannaya yang sudah memerah dengan napasnya yang terengah."Mau melayaniku malam ini? Anggap saja kita sedang merayakan resm
Kannaya berjalan dengan tasnya yang sudah dia isi dengan peralatan kuliah. Dia juga membawa uang yang diberikan Dean tadi mama. Hingga dia akhirnya memiliki uang yang ada ditangannya sejumlah dua jutaan. Dean hanya mengambil sejumlah uang tapi itu sudah dua juta dan itu adalah hal yang tak mengejutkan bagi Kannaya, dia tahu kalau pria itu memang memiliki uang yang banyak."Kamu akhirnya masuk kuliah!" Camelia yang melihatnya dari jauh langsung memeluk tubuh Kannaya dengan rindu karena dia sudah tidak melihat sahabatnya ini selama tiga hari.Kannaya tersenyum lalu mengajaknya ke sebuah taman karena dia ingin bicara. Camelia hanya mengikuti dan dia bisa melihat wajah Kannaya yang kali ini terlihat lebih cerah seperti baru saja mendapatkan sebuah hal yang menyenangkan."Ada apa? Wajahmu senang seperti baru saja memenangkan lotre."Kannaya tersenyum dan menghela napasnya pelan. "Mister Dean akhirnya memberikan surat pernikahan yang lengkap dan resmi tadi malam dan dia mengatakan dengan it
Kannaya menatap wajah suaminya seraya mendongak. Dia tak tahu kenapa saat pria ini baru saja pulang tapi sudah memeluknya begitu lama. Apa memangnya yang sudah terjadi? Kenapa Dean bisa memeluknya begini begitu pulang kerja?Dean sadar kalau Kannaya bingung makanya dia merapatkan tubuhnya dan mengurung Kannaya di dinding. Dia melepaskan kepalanya lebih dulu dari Kannaya dan menatap wajah istrinya itu dengan tatapan lembut."Harum sekali kamu," ujarnya membuat Kannaya membulatkan matanya saat Dean menunduk mengecup bibirnya. "Harum tubuhmu membuatku yang lelah ini menjadi lebih baik, lalu juga bergairah ingin bercinta."Kannaya mendorong dada suaminya yang sudah tersenyum dan memegang dua sisi wajahnya. Kannaya Frastyna, gadis cantik dengan wajahnya yang berkarakter tegas tentu saja semakin menambah rasa ingin di hati Dean setiap kali memandang istrinya ini."Mandi sana, Mas. Sudah sore," ujar Kannaya saat Dean tak melepaskan tatapan mesumnya itu."Nanti saja, kenapa harus buru-buru?"
Setelah pembicaraan singkat itu, Dean mandi dan Kannaya menyiapkan pakaian santai pria itu untuk malam ini. Dia menatap wajahnya di cermin sebelum duduk di sofa dan memakan sebuah donat akibat dia merasa lapar. Dia tadinya iseng memasak makanan ini karena tidak sengaja melihat resepnya di internet. Jadinya dia membuatnya dan membeli beberapa bahannya sambil pulang kuliah. Dia menggunakan uang cash yang diberikan Dean untuk membelinya, karena penasaran apakah dia bisa membuatnya sendiri atau tidak.Nyatanya bisa, dia membuatnya dengan takaran yang agak salah tapi tetap berhasil dan mengembang dengan baik. Dia tampak sangat tenang dan sekarang dia bahkan sudah tahu bagaimana cara memasak donat yang enak."Tidak kalah dengan rasa restoran." Kannaya tersenyum dan memakan makanannya itu sambil membaca buku kuliah.Dean agak lama dan itu membuatnya memutuskan untuk sambil belajar dan menunggunya karena mereka saat lainnya akan pergi ke gym untuk berolahraga. Dia entah mengapa mulai menikma
Selesai jogging Dean berjalan ke apartemen dan dia menyadari diperhatikan oleh satpam yang beberapa bulan lalu itu dekat dengan istrinya. Tetapi dia terlihat acuh tak acuh ketika mendekatinya. Tubuhnya yang tegap dan kekar itu membuatnya sempat diperhatikan orang-orang tapi dia tidak memperdulikannya apalagi sebagian besar itu hanyalah orang-orang yang lalu lalang. Orang yang ada di dalam apartemen tidak memiliki sifat ingin tahu atau jelalatan seperti orang-orang lain, karena jelas saja dia berada di apartemen yang hanya ditempati oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan sibuk hingga tak peduli dengan urusan orang lain."Kenapa sejak tadi kau memperhatikanku?" tanyanya membuat satpam itu menatapnya."Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud begitu," ujarnya membuat Dean menatapnya tajam."Katakan saja apa yang kau inginkan, jangan merahasiakan apapun padaku apalagi berniat sesuatu pada wanita yang bersamaku. Kau hanya seorang satpam," ujar Dean datar membuat satpam itu menatapnya."Kannaya?
Kannaya mengajak Dean makan nasi uduk di warung pinggir jalan yang penjualnya adalah sepasang manusia yang berumur paruh baya. "Disini enak, murah juga." Kannaya berkata pada Dean yang pasrah masuk ke dalam warung itu.Dia sebenarnya sudah mau menolak tapi karena teringat janjinya saat di apartemen tadi yang akan menuruti permintaan Kannaya mau makan di tempat mahal atau murah, jadinya dia tidak mampu untuk membantah permintaan istrinya yang memang tidak akan pernah memintanya makan di tempat mahal. Mustahil!Sekarang Dian hanya bisa melakukan apa yang diminta oleh sang istri walau dia merasa tempat ini cukup tidak layak karena selama ini dia selalu menjaga kebersihan tempat makan atau bahkan makanannya. Makan disini bagi seorang pengusaha besar sepertinya tentu saja aneh dan dia tidak pernah sama sekali bahkan saat dia kuliah dulu."Sayang, makannya di mobil saja bagaimana? Aku mau mengajakmu ke sebuah tempat yang bagus soalnya." Dean berkata membuat Kannaya menatapnya."Dimana?"Sa
Mereka menghabiskan waktu setengah harian di danau itu sebelum akhirnya Dean mengajak Kannaya untuk pulang. Sebenarnya dia memiliki keinginan untuk mengajak Kannaya untuk ke rumah bekas kedua orang tua Kannaya dulu, bertemu dengan beberapa saudara istrinya ini dan memperkenalkan diri sebagai suami dari Kannaya.Hanya saja dia tahu dari anak buahnya kalau sifat mereka itu sedikit menjijikkan, alias benalu yang akan menyusahkan suatu saat. Lagipula Dean berpikir lagi jika tidak penting dia bertemu dengan orang-orang yang tidak memiliki kontribusi atas pertumbuhan dan pendidikan gadis ini. Kannaya hidup susah di kota ini dan membangun usaha yang tak pernah sama sekali dia miliki dari nol sampai bisa menghasilkan seperti sekarang itu tidak ada campur tangan dari keluarganya.Jadi untuk apa dia harus mendatangi mereka? Kannaya sudah sah menjadi istrinya karena mereka dinikahkan oleh ketua agama dan juga mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah. Jadi sepertinya dia tidak butuh untuk dat
Dean kembali setelah bekerja seharian ini. Dia melihat Kannaya yang sudah berjalan ke depan saat dia mendengar suara pintu apartemen terbuka."Mas ..."Dean menoleh lalu tersenyum melihat kedatangan istrinya. Di kecupnya dengan lembut dahi Kannaya yang mendekat itu, entah mengapa kalau sudah melakukannya, Dean merasa lelahnya benar-benar hilang. Kannaya memang sumber ketenangan dan kenyamanan yang dia punya, makanya dia bahagia hidup dengannya beberapa bulan terakhir. Apalagi hubungan mereka berkembang dengan baik, tentu saja itu membuat Dean merasa senang dan tak ada lagi yang menjadi pembahasan sensitif di antara mereka."Lelah?" tanya Kannaya seraya menatap wajah Dean yang sudah tersenyum dan menggeleng."Kalau sudah bertemu dengan kamu, aku merasakan semua kelelahanku hilang, Sayang." Dean berkata seraya mencium dahi Kannaya dan hidungnya. "Sudah pernah aku katakan soal ini, bukan?"Kannaya tersenyum mendengarnya, sebelum mengajaknya ke arah dapur. "Aku membuat beberapa cookies, j
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka