Mereka menghabiskan waktu setengah harian di danau itu sebelum akhirnya Dean mengajak Kannaya untuk pulang. Sebenarnya dia memiliki keinginan untuk mengajak Kannaya untuk ke rumah bekas kedua orang tua Kannaya dulu, bertemu dengan beberapa saudara istrinya ini dan memperkenalkan diri sebagai suami dari Kannaya.Hanya saja dia tahu dari anak buahnya kalau sifat mereka itu sedikit menjijikkan, alias benalu yang akan menyusahkan suatu saat. Lagipula Dean berpikir lagi jika tidak penting dia bertemu dengan orang-orang yang tidak memiliki kontribusi atas pertumbuhan dan pendidikan gadis ini. Kannaya hidup susah di kota ini dan membangun usaha yang tak pernah sama sekali dia miliki dari nol sampai bisa menghasilkan seperti sekarang itu tidak ada campur tangan dari keluarganya.Jadi untuk apa dia harus mendatangi mereka? Kannaya sudah sah menjadi istrinya karena mereka dinikahkan oleh ketua agama dan juga mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah. Jadi sepertinya dia tidak butuh untuk dat
Dean kembali setelah bekerja seharian ini. Dia melihat Kannaya yang sudah berjalan ke depan saat dia mendengar suara pintu apartemen terbuka."Mas ..."Dean menoleh lalu tersenyum melihat kedatangan istrinya. Di kecupnya dengan lembut dahi Kannaya yang mendekat itu, entah mengapa kalau sudah melakukannya, Dean merasa lelahnya benar-benar hilang. Kannaya memang sumber ketenangan dan kenyamanan yang dia punya, makanya dia bahagia hidup dengannya beberapa bulan terakhir. Apalagi hubungan mereka berkembang dengan baik, tentu saja itu membuat Dean merasa senang dan tak ada lagi yang menjadi pembahasan sensitif di antara mereka."Lelah?" tanya Kannaya seraya menatap wajah Dean yang sudah tersenyum dan menggeleng."Kalau sudah bertemu dengan kamu, aku merasakan semua kelelahanku hilang, Sayang." Dean berkata seraya mencium dahi Kannaya dan hidungnya. "Sudah pernah aku katakan soal ini, bukan?"Kannaya tersenyum mendengarnya, sebelum mengajaknya ke arah dapur. "Aku membuat beberapa cookies, j
Dean mengerang nikmat seraya terus menghujam istrinya yang terbaring tak berdaya di bawah tubuh tegapnya. Dia terus bergerak naik turun, menghujam dan memenuhi milik Kannaya dengan miliknya, tanpa melepaskannya sejak tadi.Kannaya juga terlihat agresif malam ini, padahal saat Dean mencium dan melumat dalam bibirnya, tak ada tanda-tanda kalau istri kecilnya ini sedang mabuk seperti di kapal pesiar waktu itu."Aku suka melihat kamu mendesah seperti ini."Deg!Dean yang sedang fokus memuaskan dirinya dan Kannaya hampir melotot mendengar ucapan itu. Ucapan yang tak pernah Kannaya katakan saat bercinta dengannya, gadisnya ini akan selalu memejamkan matanya atau merengek merasa puas, tapi tak pernah memujinya ketika dia yang mendesah.Menurunkan sedikit tubuhnya, Dean masih bergerak saat dia mengecup bibir Kannaya penuh perasaan dan menatap matanya yang begitu indah dan jernih."Kenapa bilang begitu, hmmm?" tanyanya serak membuat Kannaya yang sedang sesak napas tersenyum."Tidak tahu, aku bi
Wajah Dean gelap ketika dia masuk ke dalam ruangan Kannaya yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia sudah tahu kalau apa yang dikatakan oleh dokter akan menjadi masalah bagi hubungan mereka yang baru yang membaik beberapa minggu terakhir.Kannaya masih terlelap ketika dia datang karena istrinya ini memang sudah mau tidur saat mereka menuju ke rumah sakit. Tatapannya rumit menatap wajah wanitanya itu, ada ketakutan besar juga yang dia rasakan ketika dia menatap wajah Kannaya yang tidur dengan sedikit pucat."Semoga setelah kamu bangun tidak bisa membicarakannya dengan kepala dingin, ya, Sayang," gumamnya seraya mengambil tangan Kannaya dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.Kannaya tidur dengan nyenyak semalaman sementara Dean memastikan dia baik-baik saja dan sering bangun beberapa kali hanya untuk memastikan Kannaya baik-baik saja.Paginya, Kannaya membuka matanya dengan lemas dan tampak menatap sekitarnya yang agak berkunang-kunang. Tatapannya berkerut, dia tak
Dua hari di rawat, Kannaya akhirnya mulai membaik dan dia akan segera pulang. Dia sedang duduk di atas ranjang dan memperhatikan suaminya yang sedang membereskan beberapa perlengkapan dan juga alat kuliahnya.Sejak dia sakit dia memang sudah mulai kuliah melalui daring dan itu dilakukan oleh Dean agar dia benar-benar bisa bed rest dengan baik tanpa ada memikirkan apapun. Tak lama suster datang mengantarkan kursi roda, sementara Dean sudah menyerahkan tas berisi perlengkapan dan juga pakaian Kannaya pada Haris yang sudah ada disana dan menunggu mereka. Dia akan menjadi sopir hari ini karena dia juga tahu apa yang sudah menimpa Kannaya makanya dia tahu kalau majikannya sedang ingin memberikan service lebih padanya.Mengangkat Kannaya pelan-pelan ke atas kursi roda, Dean menatapnya yang sudah tersenyum pelan dan mengangguk seolah mengatakan kalau dia baik-baik saja tanpa ada yang salah. Setelah memastikan semuanya aman barulah Dean bergerak mendorong kursi rodanya."Hari ini mau ke mana
Kannaya bangun dengan tubuhnya yang sudah terasa jauh lebih baik dibandingkan tadi. Dia meregangkan ototnya lalu meringis pelan merasakan kepalanya yang sakit. Sungguhan, dengan semua ini jelas saja dia merasa sangat lemah dan takut. Dia sadar kalau dia sudah hamil hanya saja dia takut akan menyakiti anaknya karena keadaan tubuhnya yang lemah.Kamar yang senggang membuat Kannaya bergerak bangkit walau dia lemas. Dia menoleh ke arah kanan dan kiri tapi tak menemukan suaminya, membuatnya diam saja di sana dan mengambil air minum yang ada di nakas."Mas Dean bekerja kali ya? Baru juga jam tiga sore," gumamnya seraya memejamkan matanya.Inilah yang dia takutkan dari kehamilan, dia tidak siap karena masih terlalu muda dan juga dia yang takut sekali merepotkan siapapun. Sejak dulu dia adalah seorang gadis yang selalu berusaha untuk bersikap mandiri dan mengerjakan semuanya sendiri. Kannaya duduk dengan tangannya yang perlahan membelai perutnya yang rata. Dia menghela napas beberapa kali se
"Ada yang tidak nyaman?"Kannaya menggeleng. Beberapa hari setelah dia sempat drop dan sakit, dia akhirnya perlahan sembuh. Walaupun masih dalam pantauan ketat Dean dan dokter tapi dia benar-benar sudah bisa berjalan ke sana ke sini tanpa merasa lelah atau lemah.Tetapi Dean tetap membatasinya dan tidak membiarkannya bergerak sebebas itu. Dia tahu kalau tubuh Kannaya cenderung lemah, dia mudah sakit dan semuanya masih bergantung dengan kesehatannya yang suka menurun, makanya Dean tidak mau membiarkannya melakukan apapun secara berlebihan apalagi dia baru sembuh."Mas tidak mau ke perusahaan?"Dean meminum kopinya lalu menatap. "Tidak, aku akan memantau keadaanmu hingga benar-benar sehat karena aku tidak mau kamu kenapa-napa."Kannaya diam dan memakan makanannya. Setelah dia sembuh dari sakit nafsu makannya benar-benar meningkat dan dia selalu merasa lapar. Dokter mengatakan itu adalah hal wajar karena dia sedang mengandung makanya Kannaya juga tidak mempersulit dirinya sendiri. Terleb
"Aku senang sekali bisa melihatmu lagi! Selama beberapa hari ini Aku merasa khawatir sekali karena kamu tidak masuk-masuk apalagi katanya kamu hamil dan keadaanmu drop. Aku sudah sempat untuk memberanikan diri meminta izin lada Mister Dean, tapi aku tidak berani karena takut dia marah-marah dan mengabaikanku, sementara kamu adalah teman baikku."Begitu sampai di apartemen Camelia langsung menyerocos panjang lebar membuat Kannaya tersenyum dan mengajaknya duduk setelah mereka sempat berpelukan selama beberapa saat. Keadaannya sudah kembali dan mulai membaik makanya dia bisa berjalan ke sana ke sini walaupun dia masih dilarang untuk melakukan hal-hal yang keras atau berjalan terlalu jauh.Dean overprotektif dan selalu memantaunya lewat CCTV yang ada di ruang kerja karena walaupun dia ada di ruang kerja dan fokus maka dia tetap bisa melihat istrinya dari sebuah layar komputer. Dean mengerjakan semua pekerjaan dari rumah dan dia berniat untuk melakukannya sampai keadaan kehamilan istrinya
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka