Seharian itu Dean seperti bocah yang mengikuti Kannaya kemanapun dia berjalan. Kannaya tak mengerti dengan oleh suaminya ini tapi dia tahu kalau Dean sedang mencari perhatian. Hingga ketika mereka tiba di halaman belakang, pelayan yang ada di sana langsung berjalan pergi meninggalkan mereka karena pekerjaannya juga sudah siap. Kannaya berbalik dan menghadap suaminya yang langsung meringis cepat. Mereka hampir saja bertabrakan jadi dia dengan cepat menghentikan langkahnya dan mengurangi rasa bersalahnya dengan cara menampilkan deretan giginya yang rapi."Mas seperti anak-anak tahu tidak?! Mau apa sih?"Dean tersenyum dan memeluk pinggang istrinya itu. "Aku bosan, tapi tidak tahu juga mau melakukan apa. Ayo ke ranjang dan tiduran saja, aku mau memelukmu seharian ini," ujarnya sambil mengusap pinggang belakang istrinya dengan lembut.Kannaya tampak mengerutkan dahinya karena dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya ini. Dean memang bucin tapi yang kali ini aneh, kali in
"Kayaknya kita memang harus buka cabang deh, Kannaya. Soalnya makin banyak yang beli dan sepertinya kita memang harus menambah karyawan. Semalam aku sudah reset dan menemukan suatu tempat yang cukup strategis di depan universitas swasta. Lalu aku juga menemukan sebuah sponsor untuk menjual minuman dengan program yang sedang promo. Bagaimana kalau kita tambah jenis makanan dan minuman?" tanya Camelia saat mereka bertemu.Tentu saja Kannaya keluar untuk makan bersama Camelia. Dia bosan di rumah terus dan dia sudah izin Dean bahkan diantarkan sopir."Urus saja, nanti aku akan kirimkan uang ke kamu. Mas Dean agak posesif, dia tidak mengizinkan aku untuk pergi kesana. Jadi aku tidak bisa ikut kamu," ujarnya membuat Camelia tersenyum."Tidak apa-apa, aku akan mencari tahu nanti dan akan menginformasikannya pada kamu. Kalau sudah kita bisa mendatanginya ke sana dan aku akan meminta izin dari Mister Dean. Kalau dia menemanimu sepertinya lebih mudah karena dia pasti akan tahu apa yang kamu laku
"Mas ... Kami sudah memilih mana yang mau kami pesan!" Dean bangkit dan tersenyum mendengar ucapan istrinya. Kannaya juga berlari ke arahnya dan tampak begitu senang membuatnya merasa kalau keputusan ini memang benar-benar baik untuk keadaan dan juga perasaan istrinya."Yang mana?"Kannaya tersenyum, menggenggam tangannya dan membawa Dean berjalan ke arah dimana food truck itu berada."Aku mau ini, ini bagus dan kokoh!" Dean menatap food truck itu lalu mengangguk dan dia tahu kalau bentuknya juga sangat bagus dengan spesifikasi yang begitu luas. Ada beberapa kursi di dalam, juga ada pemanggang, meja yang luas, etalase di bagian belakang, kaca yang bening dan kokoh, serta laci-laci penyimpanan. Bentuk dan modelnya bagus membuat Kannaya wajar jika menyukainya. Dia juga suka dan dari bentuk serta model ini bisa menarik minat pelanggan."Bagus juga, kamu mau ambil berapa?""Emm, dua puluh?" Dean tersenyum dan mengusap kepalanya. "Kalau begitu kapan ini akan ready? Bukankah katanya ini
Beberapa bulan kemudian semua usaha yang Kannaya jalankan benar-benar berkembang dengan baik dan lancar. Ketika mereka melakukan launching dan juga promosi, para warga menanggapinya dengan baik dan bahkan banyak yang datang untuk melakukan repeat order setiap hari karena makanan yang disajikan oleh usaha yang dibuat oleh Kannaya benar-benar bisa dimakan oleh segala usia.Semua itu tentu saja membuatnya merasa senang dan berhasil sehingga dia tidak mempermalukan dan membuat suaminya merasa kecewa dengan apa yang sudah dia usahakan. Kannaya sudah berusaha merancang banyak jenis dan resep makanan dan semuanya benar-benar berjalan dengan baik setelah launching produk dan makanan yang dijual yang melalui food truck.Selain itu suaminya juga melakukan promosi di perusahaan dan memberikan diskon yang ditanggung oleh Dean sendiri pada awal-awal. Semua itu dia lakukan untuk mendukung Kannaya berkarir dan berusaha karena itu adalah kebahagiaan istrinya dan dia tidak mau menekan keinginan istrin
Kannaya memakan sosis bakar yang baru saja mereka beli di jalanan. Sementara itu Dean ada di sebelahnya dan memperhatikan istrinya yang sedang makan itu."Pebisnis makanan membeli makanan di tempat jualan yang lain. Apakah itu masuk akal?"Kannaya menatap wajah suaminya itu lalu mengunyah sosis yang ada di mulutnya sebelum menjawab. "Aku mengetahui kalau bisnis yang Mas kembangkan ada di bagian industri pakaian dan juga ada beberapa yang merupakan bisnis elektronik dengan merk A. Tetapi kenapa aku tidak pernah melihat Mas membeli pakaian dengan merk pakaian yang Mas produksi?" Dean terdiam."Lalu juga masih membuat produksi yang lain tapi tidak ada sama sekali aku melihat Mas menggunakan produksi itu secara terus-menerus. Alat-alat elektronik yang menciptakan dari perusahaan Mas juga tidak semuanya ada di rumah kita. Sebagian juga Mas beli dari perusahaan lain. Kenapa bisa begitu?" tanyanya membuat Dean tersenyum."Karena yang kuproduksi tidak semuanya mencakup apa yang kubutuhkan. J
Dean memagut bibir Kannaya dan mendesah tertahan saat dia bergerak lembut memasuki istrinya. Kannaya sudah berusaha menahannya tapi tak mampu ketika Dean malah mengabaikan dan benar-benar memasukinya saat ini.Keduanya bercinta dengan penuh gairah. Dean terlihat menggebu-gebu dan begitu memujanya hingga membuat Kannaya merasa lebih percaya diri, sisanya nanti saja dibahas. Setelah puas menginvasi seluruh tubuh istrinya, Dean tersenyum menatap wajah istrinya yang sudah terengah kelelahan. Wajahnya yang terlihat semakin bulat itu membuat Dean tersenyum dan mengusapnya dengan lembut dan menatap penuh perasaan."Apa yang kamu katakan tadi tidak benar, 'kan? Kamu masih sama nikmatnya seperti yang lama, Sayang. Kamu hanya banyak pikiran saja makanya mengatakan itu," ujarnya membuat Kannaya diam di bawahnya."Kamu hanya terlalu bernegatif thingking, tidak ada perubahan berarti pada dirimu dan kamu tetap sama seperti istriku yang lama. Perihal perut ini? Tubuh kamu yang semakin membulat dan
Kannaya mengambil sebuah saus tomat yang ada di dalam rak lalu memasukkannya ke dalam troli. Dia sedang melakukan belanja kecil di minimarket dengan Dean yang mengikutinya, istrinya ini tiba-tiba ingin membuat sebuah burger di rumah makanya dia menuruti dan membiarkan Kannaya belanja roti dan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat makanan itu."Pakai daging sapi atau daging ayam?"Dean tersenyum lalu berjalan mendekatinya dan melihat beberapa kemasan daging yang ada di hadapannya."Setahuku jika ingin membuat burger maka akan menggunakan daging sapi. Tetapi tergantung juga selera orang sih, Sayang. Kalau kamu mau kamu bisa membuat keduanya," ujar Dean membuat Kannaya tersenyum."Kalau begitu aku akan membeli kedua dagingnya, nanti aku akan mencoba mana yang paling enak." Kannaya dengan penuh semangat mengambil kedua daging itu dan dimasukkan ke dalam troli.Dean tersenyum lalu menyusun belanjaan istrinya dan menyusul wanitanya itu yang sudah kembali menjadi bahan-bahan lainnya. Kannay
Kannaya memakan burgernya dan lahap lalu mengusap perutnya sendiri yang sudah membulat itu dengan tendangan-tendangan kecil yang dirasakan.Dia sudah merasakan tendangan-tendangan ini saja beberapa bulan terakhir ketika kandungannya memasuki usia 4 bulan. Sekarang kurang dari 2 bulan lagi maka dia akan melahirkan dan itu jelas saja kadang membuatnya merasa khawatir karena dia tidak punya pengalaman apapun.Termenung sendirian di kursi sambil memandang halaman belakang rumah yang asri, Kannaya menunggu Dean selesai melakukan panggilan dengan salah satu rekan kerjanya sampai akhirnya dia makan sendiri dan pria itu ada di depan sana sedang memegang ponsel sambil bicara."Mas ..."Dean yang sudah selesai menghubungi akhirnya menoleh dan tersenyum pada istrinya itu. Dia berjalan mendekat lalu menyentuh kaki istrinya yang dingin sebelum akhirnya dia mengambil selimut dan menyelimutinya dengan lembut."Kenapa, hmm?"Kannaya menariknya agar duduk hingga pria itu patuh dan menatap wajahnya yang
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka