Dukunglah kisah Risa dan Shouhei dengan membuka gemboknya menggunakan koin berbayar, dan beri hadiah rutin agar cerita ini tetap bertahan di platform kesayangan kalian. Terima kasih sebelumnya.^^
Risa yang dalam keadaan memalukan barusan, bukankah seharusnya yang menjadi pihak yang marah-marah? Kenapa malah dia yang bersikap tidak masuk akal begini? Apa dia marah lagi gara-gara menciumnya tidak tahu malu di kamar mandi tadi? Mana dia tahu itu bukan mimpi! Ish! sebal! Wanita berkaos putih dan cardigan orange tipis ini memasang wajah datar. “Kenapa memasang muka begitu?” sinis Shouhei menyipitkan mata, dingin dan gelap. “Ti-tidak, Pak...” Buru-buru Risa mengubah ekspresinya, ketahuan menatapnya aneh dalam keadaan setengah melamun. “Shouhei!” bentaknya lagi, memperingatkan Risa. Wajah mendungnya cukup untuk membuat satu negara menyerah. “I-iya... Shou-Shouhei...” ‘Memang kita seakrab itu sampai harus memanggil nama segala?’ batin Risa, menggerutu pelan. “Cepat makan. Setelah itu segera tidur. Besok, kita memiliki jadwal yang padat. Kejadian di kamar mandi, jangan sampai terulang kembali. Mengerti?” Risa menyendok malas-malasan masakan yang tidak jelas dibuat oleh pria
Risa Abdullah terbengong kaget. Sang pria sudah memegangi kedua pundaknya, dia sendiri memeluk kado itu di dadanya, mata saling pandang. “A-ada apa, Pak?” gagap Risa, keringat gelisah. Mata mengerjap bodoh. “Kamu ingin mengembalikan hadiah dariku?” Keningnya mengencang tak suka, terdengar menyindir. “I-ini terlalu berlebihan, Pak!” Sebelah kening Shouhei naik penuh ancaman. Dia tidak mau menerima hadiah kecil begini? Apakah dia hanya mau menerima hadiah bernilai milyaran rupiah darinya yang dia pikirnya dari pria berkacamata itu? Apakah hadiahnya ini terasa kurang di matanya? Ataukah karena bukan dari pria sialan itu, makanya tidak mau menerimanya? “Berlebihan bagaimana? Aku merusak ponselmu dengan sengaja, sudah seharusnya aku menggantinya yang lebih baik, bukan?” Risa Abdullah yang ingin membantah, akhirnya menerima hal itu dengan tidak rela. “Lantas, kenapa Anda mencari saya? Apakah ada hal yang perlu bantuan dari saya?” Risa bergerak tak nyaman selama kedua bahunya dicen
Risa membulatkan mata. Kaget! Memang jelas tertulis di sana keyakinan sang pria benar-benar sama dengan dirinya. Hilih! Dari segi mana pria ini terlihat sebagai pria yang memiliki keyakinan yang sama dengannya? Lihat dia saja sholat tidak pernah! Kalau cuma ucapan salam, dia masih maklum karena beberapa teman non-Islamnya juga sering mengucapkannya karena kebiasaan. Pria itu juga tidak pernah didengarnya mengucapkan kata-kata khas seseorang yang memiliki keyakinan yang sama dengannya selain ucapan salam semata. Sewaktu acara sambutan, dia minim bicara. Hanya mengatakan hal-hal seperlunya, dan Risa pikir, dia hanya mencoba menyesuaikan diri karena para bawahannya sebagian besar adalah penganut utama di negara mereka. Dia tidak menyangka, ternyata bosnya yang keturunan Jepang tulen ini adalah seorang pria berkeyakinan sama dengannya. “Kenapa kamu menatapku begitu lagi? Apa yang ada di otakmu ini?” ledeknya dengan telunjuk mengetuk-ngetuk gemas pada pelipis sang wanita yang masih t
Di luar hotel, wedding venue. Siang hari. Rapat akhir sebelum pengambilan gambar dimulai berjalan cukup ringkas dan padat. Risa Abdullah lagi-lagi tidak memahami apa yang terjadi di meja rapat tersebut dengan banyaknya orang di sana, saling berdebat dan bertukar pikiran dengan penuh semangat. Bahkan, ketika sekarang mereka sudah mulai bekerja, hanya bisa melongo hebat melihat semuanya seperti anak kecil yang polos. Para anggota tim lalu lalang dengan sibuknya di depan mata wanita ini. “Risa, kamu suka yang mana?” Shouhei bertanya kepadanya dengan menunjukkan sebuah buku berisi beberapa konsep pre-wedding. Pria itu berdiri dengan sangat tegap dan gagah dalam balutan kemeja putih dan lengan panjang sudah digulung. Sosok tingginya menutupi sang sekretaris dadakan yang tengah duduk di bawah payung pantai besar. Sedangkan Risa memakai sifon putih lengan panjang dan rok selutut hijau gelap. Lebih cocok untuk berada di kantor. Sebenarnya mereka berdua ke sini kerja apa, sih? Beberapa k
Mereka berdua sekarang memang terlihat seperti sedang akan melakukan pernikahan modern. Tapi, bagi Risa, godaan bosnya membuat hatinya tidak karuan. Dia pasti hanya ingin bermain-main saja, ingin menggodanya seperti pria lain yang suka melihat mainan baru. Kalau sudah bosan, tinggal dibuang saja. Tapi, kapan dia akan dibuang, sih? “Anda jangan bicara yang aneh-aneh. Kalau ada yang mendengarnya, bagaimana? Apa saya harus menulis peringatan saya di tangan Anda juga?” sindirnya kesal, membalik kata-kata pria itu yang pernah ditujukan kepadanya, sudut bibirnya berkedut jengkel. “Selain itu, kalau tidak memikirkan pekerjaan dan kerja keras semua orang, saya juga tidak mau melakukan ini! Si fotografer itu juga sangat mendesak, sangat cerewet. Jadi, jangan berpikir saya melakukan semua ini dengan senang hati!” Risa melotot marah, tapi dilakukan diam-diam dengan tubuh dimajukan. Melihat pemandangan ini, membuat semua orang langsung salah paham. “Wuah! Wuah! Tidak menyangka kalian ternyat
Pemotretan pre-wedding foto utama dilakukan ketika matahari telah berwarna jingga indah, tenggelam di peraduannya yang sangat memukau garis laut yang bergelombang lembut. Jingga lembut yang menawan, bercampur keemasan yang sangat memikat mata, menggetarkan hati, dan membuat siapa pun yang memandangnya berlama-lama akan tenggelam dengan suasana romantis dan damai. “Baik! Sekali lagi! Ok! Tahan! Jangan kaku! Lebih alami lagi!” “Ingat apa yang aku katakan sebelumnya, Risa!” Clara dengan tegas memandu kedua manusia dengan perasaan hati yang masing-masing bertolak belakang itu. Kali ini pakaian yang dikenakan keduanya adalah jas hitam dan dres putih yang lumayan anggun dan manis. Beberapa kali mereka harus melakukan pose yang saling berhadapan mesra, atau pun hanya duduk di bebatuan dan pasir pantai dengan menghadirkan atmosfer saling mencintai satu sama lain. Ini sedikit agak berat bagi sang model wanita, tapi tidak dengan Shouhei yang notabene hanya memancarkan rasa cintanya dengan
Pemotretan akhirnya selesai setelah jam menunjukkan pukul 18.35. Semua anggota tim segera membereskan perlengkapan dengan hati lega. Ada yang bersenandung riang sambil bersiul, ada pula yang asyik mengobrol satu sama lain. Kedua tangan mereka tentu saja tidak lepas dari kesibukan masing-masing. Di sebuah kafe tak jauh dari tempat pemotretan wedding venue. “Bagaimana? Bagus, kan?” Clara tampak puas dengan hasil tangkapan fotonya, menatap penuh minat dua orang yang menjadi modelnya hari ini. Ketiganya duduk di sebuah meja set kayu dengan payung pantai terbuka di bagian atas. Dari jauh, James melambaikan tangan dengan wajah tampannya, sedikit bloon dan cengengesan. Shouhei meliriknya sejenak, lalu diabaikan. Kembali fokus kepada Risa di sebelahnya yang sibuk mengamati foto-foto pre-wedding di layar laptop Clara. “Tolong beri tahu aku foto-foto mana saja yang menurutmu bagus. Nanti aku akan menyortirnya lagi agar bisa menjadi foto yang pantas untuk dipajang.” Clara mendekatkan tubuh
“Kita akan segera menikah bulan depan,” balas Shouhei tegas, wajah sangat serius, tapi ada kesan lucu dari sikapnya. Sudut mulut Risa berkedut kesal, salah tingkah dan serba salah, seketika saja merasa K.O karena tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya. Suka-suka dialah kalau begitu. Capek! Terserah mau bicara apa! Risa muak mendengar hal tidak masuk akal yang sama terus darinya! Wanita ini akhirnya mengalah, ikut bersandar dengan tangan mereka berdua masih saling terjalin di salah satu pegangan kursi. Keduanya menatap ke arah yang sama, melihat anggota tim mereka sibuk tertawa dan bercanda di kejauhan sana. ‘Dipikir-pikir, tidak buruk juga seperti ini,’ batin Risa yang menyadari betapa tenang dan damainya duduk bersama Shouhei di sebelahnya. Tidak melakukan apa-apa selain hanya berpegang tangan dan diam membisu, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian, sebuah flash menimpa tubuh keduanya yang tidak sadar ketiduran di meja tersebut. Dengan wajah bant
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu