Risa Abdullah tidak menyangka kalau mereka akan kembali ke taman hiburan.“U-untuk apa kita ke sini lagi?” tanya Risa dengan wajah bodohnya, menoleh bergantian antara outdoor taman hiburan di depannya dengan pria dingin bermantel hitam di sebelahnya.Shouhei Shiraishi hanya tersenyum lebar.“Setelah pukul tujuh lewat malam ini, bukankah akan ada pawai karnaval?”“I-iya, sih. Aku juga tahu. Tapi, buat apa kita ke sini?”Sang bos dingin merangkul kedua bahu sang wanita lalu menggiringnya berjalan menembusi kerumunan orang-orang yang mulai sangat antusias menunggu acara spektakuler malam ini.“Acara itu adalah salah satu poin yang ada di dalam proposal yang kita ajukan.”“Be-benarkah? Kenapa aku tidak tahu?” balas Risa dengan wajah lugu, mata mengerjap polos. Menatap wajah tampan di dekatnya seolah terhipnotis.“Tentu saja kamu tidak tahu karena aku mengubah sedikit isinya sebelum Pak tua CEO itu menyetujuinya.”“Oh, begitu rupanya.”Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di sebuah m
Deretan pawai Karnaval akhirnya menghiasi mata para pengunjung taman hiburan. Sorak-sorak kegembiraan mewarnai malam yang indah, dan seperti sebelum gladi bersih beberapa saat lalu, atraksi penari api yang menakjubkan tetap diselenggarakan dalam pawai tersebut. Namun, kali ini lebih ketat dan terkendali pengamanannya. Sepanjang jalan pawai tersebut diberi garis batas, dan terdapat beberapa penjaga keamanan yang berjaga setiap dua meter. Tidak lupa juga balon-balon yang ada di sana menjadi perhatian utama mereka, ditiadakan selama proses pawai berlangsung. “Balon kecil yang berisi helium, meski bukan hidrogen, sebenarnya sangat berbahaya jika sampai lepas di udara. Apalagi jika dalam jumlah besar. Dalam sejarah dunia, terdapat beberapa tragedi terkait balon helium, atau juga dengan balon yang bisa dinaiki.” Shouhei Shiraishi menjelaskan sambil menatap deretan pawai di depan mereka. Risa Abdullah menoleh dengan tatapan penuh minat, melupakan sejenak soal pertengkaran kecil mereka yang
“Sho-Shouhei... apa yang kamu lakukan?” gagap Risa bingung. Dia ingin marah, tapi melihat kesungguhan di wajah pria galak dan dingin itu, membuatnya langsung kehilangan kata-kata. “Aku tahu ini terbilang sangat terlambat. Tapi, aku mohon terimalah.” Risa Abdullah bingung. Mau terima bagaimana? Dia ini sudah menjadi tunangan dari pria lain! “Ma-maaf... tapi aku sudah bertunangan dengan pria lain, Shouhei... candaanmu ini tidak lucu sama sekali,” ungkap Risa dengan wajah muram, kepala menunduk menatap cincin indah di dalam kotak. “Aku tidak peduli. Kamu adalah wanitaku, Risa. Aku duluan yang melamarmu berkali-kali dan menjanjikanmu pernikahan yang indah. Bukan pria lain.” Risa mengerutkan kening, menatapnya kesal. “Shouhei! Kita berdua tidak mungkin bisa bersama secara sah di masa depan, bukan? Kalau hanya ingin membuatku patah hati lebih dalam, sungguh kamu keterlaluan luar biasa! Kamu pikir aku akan tersentuh dengan segala hal romantis ini? Apa kamu sama sekali tidak punya hati
Keesokan paginya, Risa Abdullah merasa semuanya bagaikan mimpi. Dia menatap langit-langit kamar seperti orang bodoh. Bagaimana bisa sekarang dia memiliki dua tunangan? Risa Abdullah merasa dirinya seperti wanita berengsek tidak tahu malu. Kedua pria yang menjadi tunangannya adalah pria yang sama-sama memiliki kemampuan hebat dan sangat terkenal di antara para bawahannya. Wajah juga sangat bersaing satu sama lain. Meski begitu, Risa Abdullah lebih memilih Shouhei Shiraishi sebagai pria yang menempati tahta hatinya. Suara ketukan pintu terdengar diikuti oleh suara pelayan wanita. “Nona? Anda belum bangun, ya?” Mata Risa melirik ke arah pintu tebal, wajah cemberut hebat. Belum bangun bagaimana? Dia malahan terbangun satu jam sebelum adzan berkumandang, dan malah termenung di kasurnya cukup lama seperti pasien sakit jiwa. “Aku sudah bangun. Ada apa?” balas Risa malas, suara sedikit keras. “Nona, ada tamu untuk Anda!” Tamu? Risa Abdullah termenung kaget. Siapa tamu di hari Mingg
Walaupun Andres tidak tahu siapa penolongnya malam itu saat tenggelam, dia masih lebih memilih dan berharap Risa Abdullah adalah wanita yang akan bersamanya. Dia menunggu dengan sabar untuk melihat wanita itu kembali kepadanya, dan membuatnya menyadari kalau hanya dialah yang akan selalu mengejarnya meski ada banyak wanita di sekitarnya. Tak disangka, semua prediksinya meleset semua! Tunangan? Menjalin hubungan dengan dua pria berbeda? Tatapan benci dan jijik darinya? Semua itu membuat otak pria ini sangat kacau dan ingin meledak hebat tak karuan. Ini seperti dia terjebak dalam sebuah mimpi buruk, dan tidak bisa bangun sama sekali! Ke mana Risa yang dikenalnya dulu? “Risa, jika aku bisa membuktikan malam itu aku tidak bersalah, apakah kamu mau kembali kepadaku? Kita mulai lagi dari awal, Sayang. Aku berjanji akan memperlakukanmu lebih baik daripada sebelumnya. Aku tidak akan membuatmu seperti bebek yang kehilangan induknya lagi. Aku yang akan menjadi bebek untukmu. Bagaimana?
Risa Abdullah syok luar biasa sampai merasa jantungnya sudah mau lari dari tempatnya. Di depannya, kini sudah berdiri Adnan Budiraharja, menatapnya dingin dengan sikap yang sangat tenang. Namun, Risa bisa melihat ada permusuhan yang kuat di kedua bola mata sang tunangan, ditujukan tepat untuk pria dingin dan arogan yang berdiri di sebelahnya. Bagaimana ini? Kenapa Adnan tiba-tiba muncul? Suasana canggung dengan cepat menangkap atmosfer ruangan itu. Adnan yang melihat wanitanya sedang sibuk di tempat mereka berdua pernah menghabiskan waktu manis bersama, kini merasa gambaran romantis itu dirusak dengan kehadiran pria lain yang sepertinya sedang mencoba menggantikan posisinya. Sialnya, orang itu tidak lain adalah bos Risa yang sudah lama dicurigainya dengan penuh kebencian di hatinya. Pria ini masih dendam dengan ingatan kejadian panas di mobil dulu. Dia mencium Risa dengan cara yang sangat tidak bermoral dan begitu bernafsu. Berengsek! Kedua tangan Adnan mengepal di kedua sisi t
Hari Minggu itu berjalan dengan sangat lambat, seperti sedang menyiksa Risa dalam sebuah drama panggung berskenario buruk. Baik Shouhei dan Adnan, keduanya benar-benar sama sekali tidak mau mengalah dalam berdekatan dengan satu-satunya wanita muda di mansion itu. Selama proses pembuatan sisa kue yang dimaksudkan oleh Risa, bukan hanya Shouhei yang ikut campur dalam pembuatannya, melainkan juga Adnan yang tidak kalah bersemangat turun ke dapur. Kedua pria itu memang terlihat santai dan saling melempar senyum hormat, tapi Risa bisa merasakan hawa dingin yang sedingin kutub utara hadir di sekitarnya, meski udara di dapur ini cukup terasa panas dengan suasana membuat kue mereka. Risa Abdullah tahu kalau mereka berdua diam-diam saling melempar tatapan dingin satu sama lain, dan dia hanya berpura-pura tidak menyadarinya saja. Apa yang harus dilakukannya memang? Mustahil dia berpihak pada salah satu pria itu. Jika dia berbuat kesalahan dan berat sebelah, tentu saja salah satu dari merek
Senin esok harinya, Risa Abdullah yang dijemput oleh Shouhei, memasang wajah suram ke arah pria yang duduk di kursi pengemudi. “Kalau kamu menatapku seperti itu terus, entah matamu yang akan keluar dengan sendirinya dan menjadi bola pingpong gratis, atau malah aku harus menghukum bibir kecilmu agar berhenti memberi tunangan tercintamu tatapan panas seperti itu?” goda Shouhei yang tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya. Risa Abdullah kaget bukan main! Wanita dengan penampilan khas sekretaris itu mendengus kesal! “Sebenarnya, sifat mesummu itu berkurang, atau semakin parah saja? Aku sama sekali tidak bisa memahamimu!” Shouhei terkekeh geli dengan keluhannya, lalu membelokkan mobil ke kiri. Setelah kejadian cukup menegangkan kemarin di mana Adnan mendapat tamparan psikologis dari Shouhei, itu benar-benar membuat Risa jengkel luar biasa. Caranya membungkam dan mengerjai pria berkacamata itu bisa dikatakan tidak tahu malu, tapi perkataannya memang benar. “Kamu masih
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu