Share

Bab 7 : Minah Ada di Mana-mana

Terjebak Bersama Wanita Gila

Bab 7 : Minah Ada di Mana-mana

"Ma, cariin baby sitter buat bayinya Minah dong!" pintaku pada Mama yang sudah berpenampilan rapi dengan jas warna abu-abu dan rambut yang klimis. Jambang dan kumisnya tertata rapi.

"Emangnya istrimu gak sanggup apa ngurusin anaknya?" tanyanya sambil mengerlingku dari balik cermin di hadapannya.

Kuhempaskan tubuh di atas springbeb sambil tak mengalihkan pandangan dari pria yang dulunya adalah wanita itu.

"Yeah, seperti yang lo lihat, Ma!" sahutku.

Mama mendekat padaku dan menaikkan sebelah alisnya, lalu berkata dengan raut wajah serius, "Kamu menyebutnya bayi Minah, dia anak kamu bukan sih? Coba jawab jujur!"

"Anak dan istri Yoppy, Ma. Makanya tolongin!"

"Benar? Tidak bohong?"

"Kalo gak mau nolong ya sudah, bawel amat!" Aku beranjak bangkit dari tempat tidur dan menatapnya sinis dengan niat ingin merajuk.

"Yoppy, bukannya gak mau nolongin kamu. Cuma Mama gak habis pikir saja, kok kamu bisa menikah dengan wanita seperti Minah?" Mama memiringkan kepalanya.

"Dulu dia waras, Ma."

"Setelah jadi istrimu jadi gila, begitu?

"Hey, Tuan Marko ... dari mana lo tahu Minah gila?"

"Dari namanya saja sudah ketahuan kalo Minah itu .... "

"Lo aja udah tiga kali ganti nama, gue gak kepo. Dari Markonah diganti Martha, terus sekarang diganti jadi Marko. Kok lo masih nyibukin nama bini gue? Kutatap tajam Mama, aku paling gak suka orang cerewet. "Gak apa dia gak waras, entar juga bisa waras kok. Dari pada punya bini waras, entar bisa berubah jadi gila! Atau bahkan bisa berubah jadi laki-laki, itu baru gila!"

"Yoppy, jaga ucapanmu!" bentaknya garang.

"Jadi, intinya mau nolongin atau nggak nih? Hari ini cariin baby sister, terus besok tolongin bawa Minah ke RSJ."

"Oke." Mama terlihat menahan kemarahan.

Aku tersenyum sinis padanya lalu mendekat ke meja rias. Kemudian meraih satu buah ponsel yang berjejer empat.

"Gue gak ada hape, minta satu, ya! Terus juga minta duit," ucapku sambil mengambil beberapa uang di dalam dompet.

Mama hanya melipat tangan di dada sambil memperhatikan saja tingkahku dengan mata tajamnya.

"Lima ratus ribu ya, Bro!" Aku mengibaskan uang itu di hadapannya.

"Jangan buat beli minuman, Yoppy!" lirihnya.

Aku tersenyum miring lalu keluar dari kamar Mama. Lumayan dapat hape dan duit. Eits, tapi gak ada kendaraan, Bro. Aku kembali memutar otak. Gimana mau hanghot, coba?

***

"Ah, kunci mobil kok bisa hilang! Pokoknya cari sampai dapat! Mana itu kunci satu-satunya pula." Terdengar suara Mama sedang memarahi Mang Asep di halaman rumah.

Lalu terdengar lagi suara deru mobil dari arah jalan, segera kuintip ke jendela. Dengan wajah masam, Mamaku naik ke taxi. Mang Asep hanya tertunduk lesu. Aku tersenyum jahat sambil jingkrat-jingkrat.

"Yoppy, Yoppy ... asyik ya kalo lompat-lompatan begini? Kayak bebek, ya!" Minah mengikiti tingkahku, ia juga melompat-melompat sambil menggendong bayinya.

"Apaan sih lo?" bentakku padanya dengan geram.

Minah menatapku sambil senyum-senyum lalu berkata, "Sinta mau ngajakin main sama Yoppy .... "

Astaga, sekarang nama bayinya berubah jadi Sinta lagi. Kasihan kamu, bayi. Satu hari saja bisa tiga kali ganti nama. Aku menepuk jidak sambil melambai Minah untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Minah, bisa gak sih ... kalo lo gila itu gak usah ngajak-ngajak bayi lo gitu?" Aku menatapnya tajam.

Minah tak menghiraukan ucapanku, ia malah asyik main cilukba dengan bayinya.

Ah, ngomong sama Minah sih cuma bikin stres saja. Percuma, bikin gue haus dan pingin nyuri anggur tuan Marko. Aku tertawa dalam hati.

***

Malamnya, aku sudah bersiap untuk keluar, mama juga belum pulang dari kantor. Kunci mobil mama sudah berada dalam gengamanku. Sambil bersiul-siul, aku memasuki mobil. Tapi belum sempat tancap gas, malah kebelet puv. Aku langsung bergegas masuk kembali ke rumah dan buang hajat dulu.

Beberapa saat kemudian, aku sudah melenggang di jalan perkotaan dengan mobil mama. Malam ini akan kuhabiskan dengan degum sampai pagi. Sudah lama sekali aku tak pernah begini.

Kini mobilku telah sampai di parkiran club malam 'Onyx', dari luar saja suasana sudah asyik begini. Rasanya sudah tak sabar menikmati musik dj sambil minum-minuman.

Suasana di dalam sini sungguh bikin happy, irama musik menggema kencang. Aku langsung turun menari mengikuti irama musik dengan sebotol minuman. Namun, mataku melotot kala melihat Minah sedang menari juga di lantai disko sebelah kiriku, seperti biasa bayinya selalu turut serta. Astaga Minah! Apa salah dan dosaku sehingga selalu diikuti wanita gila ini. Di mana-mana ada Minah, aku mengucek mata berusaha memastikan penglihatan.

Iya, wanita itu memang Minah. Aku menatapnya geram, kok dia bisa masuk sini sih? Emang sih, semenjak tinggal di rumah mama, ia selalu dimandikan dan digantikan baju oleh Bik Sumi, jadi penampilannya tak tampak seperti orang gila lagi. Tapi dia bawa bayi, kok dibiarin masuk sih sama penjaga klubnya?

Kutarik tubuh Minah dengan kasar lalu menyeretnya keluar dari club.

"Ngapain lo ngikutin gue? Pakai bawa Desi juga! Benar-benar gak bisa waras lo, Minah!" bentakku garang.

"Eeee ... siapa Desi?" tanyanya dengan wajah polos dan celingukan.

"Ah, ya sudah pulang sana!" bentakku lagi sambil mendorong tubuhnya.

Minah menatapku takut lalu berjalan menjauh. Hatiku kesal sekali, baru juga mau senang-senang. Minah benar-benar sudah menghancurkan kehidupanku. Kuhembuskan napas dengan kasar lalu kembali masuk ke club. Terserah Minah saja mau ngapain juga di luar sana, aku tak peduli.

Kulanjutkan acara dugem tanpa memperdulikan lagi nasib Minah. Bodo amat, aku ini bukan siapa-siapanya. Aku tertawa puas.

****

Dengan langkah sempoyongan, aku kembali ke mobil. Sepertinya ini sudah hampir pagi. Aku segera tancap gas menuju rumah mama.

Kupacu pelan mobil dan tak berani untuk mengebut karena pandangan ini terasa burem. Kukucek mata berkali-kali agar bisa selamat sampai ke rumah sebah aku belum siap mati dan masuk neraka. Oh, no!

Setelah susah payah menyetir, akhirnya sampai juga di kediaman Tuan Marko.

Kudorong pintu yang ternyata tak terkunci. Aku berjalan menuju tangga, namun kaki ini sudah tak mampu lagi untuk melangkah dan akhirnya tubuhku ambruk tak sadarkan diri lagi.

Kepalaku masih terasa berat saat terasa ada air hujan yang menyiram wajah ini.

"Yoppy, bangun kamu!" suara yang tak asing itu terdengar galak.

Kubuka mata perlahan dan cengengesan kala mendapati Mama menatapku dengan berang.

"Hy, Bro? Udah rapi aja lo?" sambutku padanya lalu berusaha bangkit.

"Yoppy, Yoppy ... jagain Annisa dulu ya, aku mau pipis." Minah menghampiriku lalu menyerahkan bayinya, kemudian berlari menuju dapur.

Aku hanya terbengong, bukannya Minah dan bayinya sudah kutinggal di depan 'Onyx' tadi malam.

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status