Tangan Rodriguez yang bertengger di bahunya kini turun ke balik leher berenda gaun tidurnya. Sepasang mata Azura yang tadi setengah terpejam kini membuka dan menatap mata lelaki itu di cermin.“Aku ingin melihat tanganku di tubuhmu,” kataRodriguez.bagai terhipnotis Azura memandangi jemari yang kuat dan terentang itu bergerak turun ke dadanya. Ia tidak memprotes sedikit pun ketika jemari itu turun semakin rendah, menurunkan gaunnya. Napasnya semakin cepat ketika tangan lelaki itu menekan, memijat, membelainya.Dan Azura merasa tubuhnya bereaksi.Rodriguez menangkup Azura, sambil menyapu puncaknya perlahan dengan ibu jari.Azura mengerang, menggesekkan belakang kepalanya ke perut lelaki itu, yang turun-naik dengan setiap tarikannya napasnya yang cepat.Mata mereka tak pernah beralih dari kaca. Keduanya terpukau oleh kekontrasan yang tampak di sana. Sepasang tangan Rodriguez yang besar dan maskulin bergerak di kulit yang lembut itu. Ia tahu betul bagaimana mesti menekankan jemarinya u
Keras. Hidungnya panjang dan lurus, tidak pesek dan lebar seperti kebanyakan hidung orang Apache. Lagi-lagi Azura mensyukuri darah kulit putih lelaki itu. Ia terkesiap pelan ketika matanya beralih ke mata Rodriguez dan mendapati lelaki itu ternyata sedang mengawasinya. Rambutnya tampak sangat hitam di sarung bantal yang putih bersih.“Kenapa kau diam saja?” bisik Azura.“Kebiasaan.” Hanya dengan susah payah Azura bisa tetap diam ketika lelaki itu mengangkat satu tangan dan mengambil sehelai rambut pirang berombak dari pipi Azura.Sambil menatapnya dengan saksama, ia menggosok-gosokkan rambut itu di antara jemari. Akhirnya ia menaruh helaian rambut dengan hati-hati di batal Azura.“Tapi selama beberapa tahun belakangan iniaku belum terbiasa terbangun dengan seorang wanita di sampingku. Aromamu enak.”“Terima kasih.”Laki-laki lain mungkin akan bertanya,“Kau pakai parfum apa?”atau“Aku suka wangiwangianmu.” Tapilelaki yang satu ini tidak banyak bicara, tidak banyak memuji, namun
Rodriguez menoleh tajam dan bertanya ketus,“Apa yang kau pandangi?”“Kau.”“Jangan begitu.”“Karena kau jadi gugup?”“Karena aku tidak suka dipandangi.”“Tidak ada lagi yang bisa dilihat.”“Lihat saja pemandangan di sekitarmu.”“Kapan kau menindik telingamu?”“Sudah lama.”“Kenapa?”“Kepingin saja.”“Aku suka melihat anting-anting itu di telingamu.” Ia kembali menoleh sekilas pada Azura." Di telingaku?” tanyanya sinis.“Maksudmu, aku pantas pakai anting-anting karena aku orang Indian?”Azura menahan diri untuk tidak memberi jawaban marah.Ia berkata pelan, “Tidak. Maksudku, di telingamu anting-anting itu jadi sangat menarik.”Ekspresi keras Rodriguez tersibak sejenak sebelum ia kembali memusatkan perhatian pada jalan raya dua jalur yang membawa mereka ke ketinggian White Mountains.“Aku juga pakai anting-anting. Mungkin kita bisa saling tukar.”Gurauan Azura tidak mendapat tanggapan.Azura mengira akan diabaikan sepenuhnya, tapi tak lama kemudian Rodriguez berkata, “Aku cuma mema
" apa ini?” gerutunya saat truknya mendaki bukit terakhir.Azura mengoleh ke sana-sini, berusaha melihat se-muanya sekaligus. Merasa sikapnya seperti anak kecil, ia melihatlihat dengan lebih tenang dan berusaha men-cerna apaapa yang dilihatnya.Tanah itu terletak di antara dua bukit rendah yangmembentuk ladam. Di salah satu tempat terbuka itu ada sebuah lapangan luas berpagar. Dua lelaki berkuda menggiring sekumpulan kecil kuda melalui gerbangnya.Sebuah lumbung yang sudah tua menempel di sisi gunung.Di sisi lainnya berdiri sebuah trailer yang catnya sudah lusuh dan terkelupas. Trailer itu sendiri seperti Sudah siap ambruk setiap saat.Persis di tengah tanah itu berdiri sebuah rumah stucco. Warna rumah itu menyatu dengan tembok ka rang yang menjulang hampir tegak lurus di belakangnya. Ru m ah itu sangat sesuai dengan pemandangan sekitar nya.Di rumah itu tampak banyak orang sedang bekerja, saling berteriak, dan memukulkan palu. Dari suatu tempat Azura mendengar bunyi nyaring gerga
“begini, suatu hari, Alice dan aku berbincang-bincang sambil minum kopi,” kata Johnny sambil mengusap keringat di dahinya dengan bandana.“Kami memutuskan untuk menagih piutangmu pada beberapa orang yang masih berutang atas pelayanan hukum yang kauberikan. Tapi kami tidak meminta uang, melainkan barang. Misalnya, Walter Kincaid yang menangani lantai rumah itu. Pete Deleon yang memasang ledeng.”Ia menyebutkan sederetan nama lagi dan sumbangan yang mereka berikan untuk pembangunan rumah itu.“beberapa barang yang kami peroleh untuk rumah ini tidak baru lagi, Mrs. Rodriguez,” kata Johnny dengan nada minta maaf,“tapi semuanya sudah dibersihkandan tampak seperti baru.”“Semuanya bagus sekali,” kata Azura sambil mengagumi keset Navaho tenunan tangan yang cantik sekali, yang dibuatkan nenek seseorang untuk Rodriguez.“Terima kasih untuk semuanya, dan panggil saja aku Azura.”Johnny mengangguk dengan tersenyum.“Satu-satunya perabot yang bisa kami dapatkan adalah perangkat kursi makan un
Beberapa minggu berikutnya membawa perubahan yang sungguh mengherankan dalam kehidupan mereka. Temanteman Rodriguez, di bawah pengawasan Johnny Derin water, berhasil menyelesaikan bagian dalam rumah itu. Rumah itu memang tidak mewah, tapi nyaman. Dengan seleranya yang bagus dan keterampilannya mendekor, Azura menata rumah itu hingga tampak seperti rumah model di majalah.begitu telepon dipasang, Azura menghubungiScottsdale dan mengatur pengiriman perabotan miliknya ke rumahnya yang baru. Ia menyebutkan barangbarang yang diinginkannya, termasuk mesin cuci dan penge ringnya, lalu mengecek ulang daftar tersebut dengan perusahaan pengangkut.Van pengangkut tiba beberapa hari kemudian. Ketika perabotan tersebut sedang diturunkan, Rodriguez datang berkuda dan dengan gesit meluncur turun dari pelana. Pertama kali melihatnya berkuda, napas Azura tersekat. Ia begitu gagah. Azura senang melihatnya mengenakan celana jeans lusuhnya, kemeja koboi, sepatu bot, topi, dan sarung tangan kerja dari
“Aku jadi tidak perlu takut dia terguling daritempatnya berbaring. Kaulihat tidak, sekarang dia semakin aktif?”Azura mengelap mulut dengan serbetdan menundukkan kepala.“Dan dia jadi tidak perlu tidur di antara kita lagi.”Ia melihat Rodriguez raguragu saat mengangkat garpunya ke mulut. Lelaki itu mengunyah dan menelan makanannya, lalu mendorong piringnya.“Aku mesti kerja.”Ia cepatcepat meninggalkan meja.“Tapi aku membuat pai untuk penutup.”“Mungkin nanti saja.”Dengan kecewa Azura memandangi bahu suaminya yang lebar menghilang di balik pintu. Mungkin seharusnya ia gembira karena mereka tidak bertengkar lagi tentang perabotan itu, tapi ia kecewa karena lelaki itu begitu tergesagesa meninggalkan meja, apalagi pada saat ia baru saja membuka pembicaraan tentang pengaturan tidur di antara mereka.Sejak mereka pindah ke rumah itu, Tony terpaksa diletakkan di antara mereka kalau tidur. Tapi Azura merasa bukan kehadiran bayi itu yang membuat Rodriguez tidak lagi menyentuhnya sejak
Dan rasa permusuhan itu masih terus bersarang di antara keduanya. Pada hari pernikahan Dokter Gene Dexter dengan Alice Rodriguez, Azura berusaha sedapat mungkin untuk tampil cerah, purapura bahwa hubungannya dengan Rodriguez sangat membahagiakan.Dekorasi untuk perkawinan itu tidak mewah, namun rumah itu tetap memancarkan suasana pesta. Semua tamu merasa senang. Azura sudah terlatih untuk menjadi nyonya rumah yang baik.Namun, Alice tak bisa dibohongi.“Aku tak percaya kau akhirnya menjadi istriku.”Gene dan Alice bermobil ke Santa Fe untuk berbulan madu. Kini, saat memeluk istrinya dengan lembut sambil membelai rambut hitamnya yang lurus, Gene masih tetap belum percaya bahwa mimpinya pada akhirnya menjadi kenyataan.“Gerejanya cantik sekali, bukan?” tanya Alice.“Kau yang cantik. Tapi sejak dulu pun kau selalu cantik.”“Azura bersusah payah menyelenggarakan pesta. Tak kusangka semuanya sebagus itu.”“Dia gadis yang baik,” gumam Gene sambil lalu, sambil mengecup pipi Alice yang halus.
Pembicaraan, disela sejenak (topik, Politik dan Olahraga dan kemudian, ketika diperlukan perubahan, Olahraga dan Politik), dilanjutkan kembali sepanjang tahun meja. Di bawah kedok percakapan, dan di sela-sela penerimaan perhatian tuan-tuan, Alucia berbisik kepada Sir Martin, “Jangan mulai, paman. Shane ada di perpustakaan.” (Tuan Smith yang sopan menawarkan ham. Dengan penuh rasa terima kasih ditolak.) “Berdoa, berdoa, berdoa pergilah kepadanya; dia menunggu untuk bertemu denganmu dia ada di dalam masalah yang mengerikan.” (Tuan Jones yang gagah berani mengusulkan kue tart buah dan krim. Diterima dengan ucapan terima kasih.) “Bawa dia ke rumah musim panas: Aku akan mengikutimu saat aku mendapatkannya peluang. Dan segera kelola, paman, jika kamu mencintaiku, atau kamu akan terlambat.” Sebelum Sir Martin sempat membalas sepatah kata pun, Nyonya Lylia memotong kue komposisi Skotlandia terkaya, di ujung lain meja, di depan umum menyatakan bahwa itu adalah “kuenya sendiri,”
"Ya. Apa itu?" “Siapakah tuan-tuan yang tinggal di rumah ini?” Alucia melihat sekelilingnya lagi, tiba-tiba merasa heran dan khawatir. rasa takut yang samar-samar menguasainya hingga pikiran Shane melemah karena beban yang berat masalah ada di atasnya. Shane tetap memaksakan permintaan anehnya. “Cari nama mereka, Alucia. Aku punya alasan untuk ingin tahu siapa orangnya tuan-tuan adalah yang tinggal di rumah.” Alucia mengulangi nama-nama tamu Nyonya Lylia, dan melanjutkan hingga akhir tamu yang datang terakhir. “Dua lagi kembali pagi ini,” dia melanjutkan. “Arnold Brinkworth dan temannya yang penuh kebencian itu, Tuan Figo.” Kepala Shane kembali bersandar di kursi. Dia telah menemukan jalannya tanpa menimbulkan kecurigaan akan kebenaran, terhadap satu-satunya penemuan yang telah dia dapatkan ke Windygates untuk dibuat. Dia berada di Skotlandia lagi, dan dia baru saja tiba dari sana London pagi itu. Hampir tidak ada waktu baginya untuk berkomunikasi Craig Fernie se
“Jangan pedulikan para wanita! Persamaan subjek apa yang bisa Kamu dan Tn. Figo mungkin harus dibicarakan? Dan kenapa aku melihat kerutan di antara kamu alis, sekarang kamu sudah selesai dengannya? sebuah kerutan yang tentu saja tidak di sana sebelum kamu mengadakan konferensi pribadi bersama?” Sebelum menjawab, Sir Martin mempertimbangkan apakah dia harus mengajak Alucia masuk kepercayaan dirinya atau tidak. Upaya untuk mengidentifikasi “wanita” Mark yang tidak disebutkan namanya dia bertekad untuk melakukannya, akan membawanya ke Craig Fernie, dan pasti akan melakukannya akhirnya mewajibkan dia untuk menyapa Shane. Pengetahuan mendalam Alucia temannya pasti bisa berguna baginya dalam hal ini keadaan; dan kebijaksanaan Alucia harus dipercaya dalam segala hal Kepentingan Miss Amanda sangat memprihatinkan. Di sisi lain, ada kehati-hatian sangat diperlukan, dalam kondisi informasinya yang tidak sempurna saat ini dan kehati-hatian, dalam benak Sir Martin, membawa dampaknya. Dia m
Dia mengeluarkan kantong tembakaunya; dan tiba-tiba menghentikan operasi di saat membukanya. Objek apa yang dilihatnya, di balik deretan pohon pir kerdil, menjauh ke kanan? Seorang wanita tampaknya seorang pelayan dari balik pakaiannya membungkuk dengan membelakangi dia, mengumpulkan sesuatu: tumbuhan yang terlihat seperti itu, begitu juga dia bisa melihat mereka dari kejauhan. Benda apa yang tergantung pada tali di sisi wanita itu? Sebuah batu tulis? Ya. Apa yang dia inginkan dengan batu tulis di sisinya? Dia sedang mencari sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dan di sinilah hal itu ditemukan. “Apa pun bisa dilakukan aku,” pikirnya. “Bagaimana kalau aku 'mengolok-olok' dia sedikit tentang batu tulisnya?” Dia memanggil wanita di seberang pohon pir. “Halo!” Wanita itu bangkit, dan maju ke arahnya perlahan menatapnya, saat dia datang, dengan mata cekung, wajah sedih, batu ketenangan Hester Dethridge. Mark terhuyung. Dia tidak menawar untuk menukar barang yang paling membos
"Kamu disana!" katanya, dan menyerahkan catatannya kepada pria itu. “Baiklah, Mark?” tanya suara ramah di belakangnya. Dia berbalik dan melihat Arnold, sangat ingin mendengar kabar konsultasi dengan Sir Martin. “Ya,” katanya. "Baiklah." Arnold sedikit terkejut dengan sikap singkat Mark jawab dia. “Apakah Sir Martin pernah mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan?” Dia bertanya. “Sir Martin telah mengatakan apa yang saya ingin dia katakan.” “Tidak ada kesulitan dalam pernikahan?” "Tidak ada." “Jangan takut pada Alucia ” “Dia tidak akan memintamu menemui Craig Fernie aku akan menjawabnya!” Dia mengatakan kata-kata yang sangat ditekankan, mengambil surat saudaranya dari meja, mengambil topinya, dan keluar. Teman-temannya, yang sedang bermalas-malasan di halaman, memujinya. Dia melewati mereka dengan cepat tanpa menjawab, tanpa melirik mereka dari balik bahunya. Sesampainya di taman mawar, ia berhenti dan mengeluarkan pipanya; kemudian tiba-tiba berubah pikiran, da
Mark mengangguk. "Itu dia!" katanya dengan penuh semangat. “Menurut pengalaman saya, Tuan Figo, pria lajang mana pun di Skotlandia bisa melakukannya nikahi wanita lajang mana pun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun. Pendeknya, setelah tiga puluh tahun berpraktik sebagai pengacara, saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan pernikahan Skotlandia." “Dalam bahasa Inggris yang sederhana,” kata Mark.“maksudmu dia istrinya?” Terlepas dari kelicikannya; meskipun dia bisa memerintah dirinya sendiri, matanya bersinar-sinar mengucapkan kata-kata itu. Dan nada bicaranya walaupun dijaga dengan sangat hati-hati menjadi nada kemenangan di telinga yang baik, jelas merupakan nada lega. Baik tatapan maupun nada bicara Sir Martin tidak hilang. Kecurigaannya yang pertama, ketika dia duduk di konferensi, sudah jelas terlihat kecurigaan bahwa, ketika berbicara tentang “temannya”, Mark sedang berbicara tentang dirinya sendiri. Namun, seperti semua pengacara, dia biasanya tidak mempercayai kesan
Begitu dia berbicara, hati nurani Arnold menegurnya: "bukan karena taruhan (siapa yang malu dengan bentuk perjudian di Inggris?) tapi untuk dukungan dokter." Dengan niat terbaik terhadap temannya, dia berspekulasi tentang hal itu kegagalan kesehatan temannya. Dia dengan cemas meyakinkan Mark bahwa tidak ada seorang pun di dalam ruangan bisa lebih yakin bahwa ahli bedah itu salah daripada dirinya sendiri. “ Aku tidak menangis karena taruhan itu,” katanya. “Tetapi, kawan, mohon pahamilah hal itu Aku hanya mengambilnya untuk menyenangkanmu.” “Ganggu semua itu!” jawab Mark, dengan fokus pada bisnis, yang mana adalah salah satu kebajikan pilihan dalam karakternya. “Taruhan tetaplah taruhan dan gantunglah sentimen!" Dia menarik lengan Arnold agar tidak terdengar oleh orang lain. “ Aku katakan!” Dia bertanya dengan cemas. “Apakah menurutmu aku sudah menyiapkan kembali kabut lama itu?” Maksud Kamu, Tuan Martin? Mark mengangguk, dan melanjutkan. “Aku belum menanyakan hal
“Saya berkata,” Sir Martin mengakui.“bahwa seseorang akan melakukan yang terbaik dalam halpembukuannya latihan fisiknya yang sehat. Dan saya mengatakannya lagi asalkan fisiknya latihan dibatasi dalam batas fit. Namun ketika perasaan masyarakat masuk ke dalam pertanyaan, dan secara langsung mengagungkan latihan tubuh di atas buku lalu saya katakan perasaan masyarakat berada pada titik ekstrim yang berbahaya. Latihan tubuh, dalam hal ini, akan berhasil menjadi yang terdepan dalam pemikiran remaja, akan mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap minatnya, akan menyita sebagian besar waktunya, dan dengan cara itu kecuali beberapa kejadian yang benar-benar luar biasa perlahan-lahan dan pasti akan berakhir dengan meninggalkannya, demi kebaikan semua orang. tujuan moral dan mental, tentu saja tidak digarap, dan, mungkin, berbahaya pria." Seruan dari kubu musuh: “Akhirnya dia berhasil! Seorang pria yang menjalani kehidupan di luar rumah, dan menggunakan kekuatan yang diberikan Tuha
kamu benar lagi kami tidak bisa. Kamu bilang kamu tidak tahu mengapa pria menyukai Aku, dan orang-orang seperti Mereka, tidak boleh memulai dengan mendayung dan berlari dan sejenisnya, dan berakhir dengan melakukan semua kejahatan dalam kalender: termasuk pembunuhan. Dengan baik! kamu mungkin ada lagi di sana. Siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi padanya? atau apa dia mungkin tidak akan berakhir dalam perbuatannya sebelum dia meninggal? Mungkin Orang Lain, atau mungkin Aku. Bagaimana Apakah saya tahu? dan bagaimana kabarmu?” Dia tiba-tiba menghadap utusan itu, berdiri disambar petir di belakangnya. “Jika kamu ingin tahu apa yang saya pikirkan, ini dia untuk kamu, dengan kata-kata sederhana.” Ada sesuatu, bukan hanya pada sikap tidak tahu malu dari deklarasi itu sendiri, tetapi dalam kenikmatan luar biasa yang tampaknya dirasakan oleh pembicara dalam membuatnya, yang mana menghantam lingkaran pendengar, termasuk Sir Martin, dengan rasa merinding sesaat. Di tengah kes