Seketika Ivan beranjak bangun dan langsung menelusuri penampilan istri kontraknya tersebut dari atas kepala hingga ujung kaki seraya menelan ludah yang kini juga tengah tersenyum menggoda ke arahnya. Saat ini Susan mengenakan bra berbahan renda dan underwater tipe thong yang sangat tipis. Malahan dia lebih terlihat seperti tidak mengenakan kain apa pun di tubuhnya. Terang saja dengan penampilan Susan seperti itu membuat gairah Ivan bangkit. Susan sengaja menggodanya bukan? Dengan berpakaian seperti itu dan duduk di atas perutnya? Jadi ia tidak mau disalahkan jika Susan marah sebab ia yang main menerkamnya. Di sisi lain, Ivan harus dibuat bingung sekaligus heran. Bagaimana tidak, Susan tidak ingin ada hubungan suami istri dalam pernikahan kontrak mereka, kecuali ada hal yang mendesak untuk mereka berdua melakukannya. Tapi sepertinya masih lama hal itu terjadi. Atau apa yang tengah Susan lakukan ini kode untuknya? Melihat Ivan bersikap demikian, Susan berkata, "Bagaiman
Ivan segera meluncur ke alamat rumah Seila bersama salah seorang guru perempuan bernama Ririn yang merupakan temannya Seila di sekolah. Kini keduanya tengah berdiri di depan pintu rumahnya Seila yang tampak lengang. Telah sampai. Ivan segera mengetuk pintu, juga mengucapkan salam. Begitu pula dengan Ririn yang juga melakukan hal yang sama. Dikarenakan rumah Seila berada di kawasan padat penduduk, yang harus melewati gang-gang sempit, Ivan memarkirkan mobil di tepi jalan. Lalu keduanya harus berjalan kaki untuk menuju rumahnya Seila. Butuh ketukan pintu sampai tiga kali, baru terdengar penghuni rumah yang menyahut dari dalam. Kemudian, muncul wanita paruh baya yang sepertinya adalah Ibunya Seila membukakan pintu. Seketika dia terhenyak saat mengenali salah satu dari mereka, "Ririn, teman sesama gurunya Seila, bukan?" ucap Ibu itu seraya menunjuk Ririn hendak memastikan. Ibunya Seila mengenali Ririn sebab Ririn sudah pernah ke rumahnya. Pun tahu jika Ririn adalah temannya S
Dan hal yang Ivan takutkan adalah Seila dijadikan simpanan atau budak seks oleh orang-orang itu. Atau yang lebih mengerikannya lagi adalah Seila bisa saja dijual dengan harga yang sangat tinggi. Apalagi Seila memiliki wajah yang cantik dan tubuh indah. Pasti banyak yang menaruh minat padanya. Ivan tahu banyak tentang bisnis orang-orang dunia hitam. Kini Ivan benar-benar marah dan tidak rela jika hal itu sampai terjadi. Pasti, ia akan menghajar orang-orang yang berani melakukan hal demikian kepada Seila. Di saat ini, tangis Padmi pun pecah, seketika langsung menangkupkan wajah dengan kedua telapak tangannya seraya berkata. "Ini semua gara-gara suami saya. Kalau saja suami saya tidak berjudi di tempatnya dan tidak terlilit hutang padanya. Pasti, Seila tidak akan jadi korban!" Mendapati Padmi bersikap demikian, Ririn buru-buru mendekat dan mengusap lembut pundak Ibunya Seila tersebut. Bermaksud menenangkan. "Maafkan kami, Bu. Kami tidak tahu kalau ternyata suaminya Bu Padmi me
Pukul setengah tujuh malam, begitu Susan pulang, Ivan langsung mengutarakan niatnya yang hendak memenuhi ajakan makan malam Monica di rumahnya sekaligus mengajaknya untuk ikut. Keduanya bicara dengan duduk di sofa ruang TV. Sebelumnya, Ivan berkata jujur mengenai kejadian ia yang menolong Monica di basement apartemen yang membuat wanita itu merasa harus membalas kebaikannya dengan menjamunya makan malam. Seharusnya Ivan tidak perlu ijin pada Susan bukan? Toh Susan memperbolehkan dirinya dekat dengan wanita mana pun selama mereka menikah kontrak. Tapi entah kenapa, Ivan ingin tetap ijin kepada Susan. Kalau pun tidak, pasti Susan akan bertanya ia habis dari mana. Ia akan diinterogasi. Jadi lebih baik ijin saja. Selain itu, ia ingin mengetahui reaksi Susan. Namun kalau dipikir-pikir kembali, Susan memang harus ikut dengannya malam ini supaya Monica berhenti mengejarnya. Mungkin saja jika Susan yang mengatakannya, Monica tidak berani membujuknya lagi sebab Susan adalah istriny
Dress model backless yang memperlihatkan bagian punggung. Memberikan kesan glamor sekaligus seductive. Melihat penampilan Monica seperti itu, membuat Susan berpikir aneh-aneh. Apakah dia sengaja mengenakan pakaian yang memperlihatkan bagian tubuhnya yang putih dan mulus itu kepada Ivan? Untuk menggodanya? Kala memikirkan hal itu, tiba-tiba saja, Susan menjadi kesal. Takut Ivan akan terpesona. Susan sendiri mengenakan dress dengan aksen kerah mengembang dan potongan dada rendah dengan warna emerlad, yang sebenarnya penampilannya tak kalah glamor dari Monica. Bukan main, dua kata cantik dan seksi menggambarkan penampilan dua wanita itu malam ini. Lalu, Monica beralih menatap Susan. Pemandangan Susan yang tengah menggandeng lengan Ivan dengan mesra membuatnya merasa iri. Aneh, ia langsung tidak suka, juga merasa cemburu. Padahal, wanita itu adalah istrinya Ivan. Wajar jika dia melakukan hal demikian pada suaminya. Kenapa Ivan tiba-tiba sudah menikah sih! Kenapa aku tidak
Adiwijaya menganggap seakan-akan Ivan telah bersedia bekerja pada keluarganya. Padahal Ivan sudah berkali-kali mengatakan jika tidak bisa kepada Monica. Tapi kenapa Adiwijaya berkata demikian? Seketika wajah Ivan berubah masam, menduga jika Monica berkata yang tidak-tidak pada Ayahnya. Ivan pun menatap Monica dengan menautkan alis, seakan meminta penjelasan darinya. Namun respon dari wanita itu sungguh mengesalkan, ia hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Sementara Susan menjadi ketar-ketir. Tentu saja ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia akan segera menyampaikan permintaan tolong Ivan tadi untuk disampaikan kepada Adiwijaya. Enak saja mereka main memperkerjakan Ivan begitu saja. Ivan itu... miliknya! Namun belum sempat Susan angkat bicara, pemuda bernama Alex yang baru saja diperkenalkan Adiwijaya kepada Ivan sudah berdiri di samping Ivan. Lalu, dengan ekspresi wajah datar, pemuda yang merupakan pengawal kepercayaan keluarga Adiwijaya itu menjabat
Begitu pula dengan Adiwijaya yang juga langsung menatap Alex. Pengawalnya itu memasang ekspresi wajah datar. Sejenak. Keduanya saling tatap. Namun Adiwijaya tidak mempercayai ucapan salah satu orang kepercayaan lainnya bernama Doni itu. Ia mempercayai Alex sepenuh hati, melebihi apa pun. Alex sudah bertahun-tahun mengabdi pada keluarganya, selama itu pula, dia tidak pernah menunjukan tanda-tanda berkhianat. Semua apa yang dia lakukan selalu lapor kepadanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Apalagi dulu Alex dibawa oleh sahabatnya yang berpesan untuk mempekerjakan Alex. Sahabatnya itu memuji betapa hebatnya Alex, juga kepribadiannya yang baik. Intinya, kata sahabatnya itu, tidak ada alasan untuk menolak Alex, katanya pula ia akan menyesal jika tidak menerima Alex. Sebab sahabatnya sendiri yang mengatakan hal itu, Adiwijaya pun percaya. Setelah ia mencari tahu latar belakang Alex sebab tentu harus memastikan lebih dulu, pun setelah Alex bekerja padanya tidak ada hal yang
Tiba-tiba... Masuk rombongan tukang pukul dengan membawa senjata di tangan masing-masing ke dalam ruang makan. Seketika mengepung semua orang. Adiwijaya dan Monica begitu tersentak, mengenali beberapa dari mereka, tapi ada yang tidak sebab mereka adalah pasukan elit yang dibentuk dan dilatih sendiri oleh Alex. Alex mempersipakan pasukan itu dengan tujuan untuk mengkhianati mereka berdua? Di titik ini, Adiwijaya dan Monica marah besar. Juga begitu menyesal karena telah mempercayai Alex sepenuhnya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau berkhianat, Lex—" Namun ucapan Adiwijaya mendadak terhenti. Alex telah maju, dalam gerakan yang begitu terlatih, cepat dan akurat, dia telah memiting Adiwijaya dan membantingnya jatuh ke lantai. Melihat hal itu, Monica berteriak memanggil Ayahnya. Sedangkan Ivan dan Susan begitu tersentak. Sedetik, tanpa memberikan lawannya jeda untuk bernafas, Alex telah mencabut pistolnya. Demi melihat hal itu, Ivan dan Monica refleks bergerak h
Jangan-jangan... Pantas saja Sheila mengajak dirinya bertemu di kamar hotel, bukan di tempat lain! Namun Ivan tidak menyela pembicaraan, membiarkan rekan guru wanitanya itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah terdiam sejenak, Sheila kembali bicara, "Meskipun kamu sempat terlintas di benakku waktu itu sebagai orang yang kemungkinan besar akan datang menyelamatkanku, tapi aku tidak menyangka kalau hal itu benar-benar menjadi kenyataan," Di titik ini, Ivan mengusap muka dengan kasar seraya mengedar pandangan ke sekeliling. Mendadak, Ivan teringat kejadian ia yang terjebak bersama Susan di kamar hotel sewaktu wanita itu terpengaruh obat perangsang dan meminta dirinya untuk melepaskan pengaruh obat tersebut dengan cara berhubungan badan. Dan kini ia harus mengalami hal yang sama lagi? Bedanya, wanita ini hendak menyerahkan dirinya untuk ia sentuh! Sewaktu terjebak bersama Susan, jika bukan karena terpaksa sebab mengharuskan ia menuruti permintaan Susan untuk melepaskan pengaruh
"Katanya kamu ingin cepat-cepat pulang dan bermesraan denganku, sayang—" Mendengar itu, Susan mendecakan lidah, "Ivan, jangan bercanda, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku lagi serius. Jawab pertanyaanku sekarang... siapa kamu sebenarnya, hah!?" potong Susan kesal. Usai berkata, Susan berjalan menuju ke arah sofa dan menjatuhkan diri di sana. Ivan tidak kunjung menjawab, ikut duduk di sofa, di hadapan sang istri kontraknya yang tampak begitu frustasi. Tak sabar. "Aku adalah anak dari Bu Yuni dan Pak Joko yang memang dari keluarga biasa-biasa saja. Bahkan miskin—" jawab Ivan setelah terdiam sebentar. Mendengar jawaban Ivan, Susan kembali mendecak, "Itu aku juga tahu Ivan! Masalahnya adalah kenapa kamu yang berasal dari keluarga miskin itu tiba-tiba memiliki banyak uang dan memiliki Lamborghini?!" "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kapan kamu membeli Lamborghini itu? Selama ini Lamborghinimu kamu tempatkan di mana? Kenapa baru sekarang kamu memperlihatkan Lamborg
Rasya dan para pendukungnya harus tahu hal ini! Maka, mereka pun menahan Ivan dan Susan untuk jangan pulang dulu. Terpaksa, mereka berdua menurut. Alamat akan terjadi kehebohan lagi! Lalu, salah satu dari mereka menghubungi salah satu para pendukung Rasya yang semuanya masih berada di atas. Tidak lama kemudian, beberapa teman-teman lama Susan telah muncul. Tidak semua. Juga Rasya tidak ikut bersama mereka karena dia buru-buru dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapat pertolongan. Luka yang didapatkan akibat pukulan Ivan begitu serius! Seketika orang-orang itu langsung memberitahu mereka bahwa Ivan memiliki Lamborghini dan menunjukan surat-surat bukti kepemilikan Lamborghini itu atas nama Ivan. Sontak saja, teman-teman Susan bereaksi sama seperti orang-orang itu sebelumnya. Benar saja, kehebohan kembali terjadi di area parkiran hotel tersebut. Saking shocknya untuk membuktikan kebenaran, mereka bahkan sampai mengecek berulang-ulang. Tentu mereka tidak masalah den
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Di saat ini, Susan menoleh ke arah Rasya yang kini sudah turun dari panggung yang langsung mengalihkan pandangan. Bersikap acuh tak acuh. Juga sedikit menahan senyuman. Seperti puas menyaksikan kejadian tersebut. Apakah ini ulah Rasya? Pikir Susan. Selagi semua orang ribut, Ivan yang masih membela diri. Susan buru-buru menatap Manager hotel kembali dengan tajam dan berkata, "Pak, kami bisa melaporkan Bapak dan hotel ini atas tindakan penipuan dan pemerasan loh. Termasuk orang-orang yang mungkin saja ikut terlibat. Jelas-jelas suami saya tidak merasa memesan ruangan ini dan tidak pernah mengatakan akan membayar semua biayanya!" Sontak saja, Manager hotel itu mengerjap. Sedikit gelagapan sebelum kemudian mendengus, "Jadi, suami anda tidak mau membayarnya?!" "Baik lah, maka—" "Bapak mempunyai buktinya atau tidak? Bisa tunjukan bukti itu pada kami? Jika benar ada buktinya, kami pasti akan membayarnya. Jika tidak, kami tidak akan! Kami hanya akan membayar biaya per orang saja