Mendengar itu, Ivan mengangguk. Tanda setuju dengan apa yang barusan Susan katakan. Ivan, dengan rahang mengeras menimpali, "Urusan ini serius, sayang. Musuh sedang mengincar untuk menumbangkan perusahaan!" "Jelas, jika perusahaan dan pabrik Malice runtuh. Maka, bisnis keluarga Rahardian akan terganggu!" Seketika Susan gelagapan. Kentara langsung cemas. Lalu, ia kembali menoleh, menatap suaminya sebentar. Kenapa tiba-tiba saingan bisnis keluarganya menyerang perusahaan? Padahal, beberapa tahun belakangan ini, adem ayem saja. Tidak ada serangan secara sembunyi mau pun terang-terangan. Meski hal itu lazim terjadi di dunia bisnis, tapi mengingat Malice Inc yang diakusisi oleh Graha Group membuat para kompetitor diluar sana merasa iri. Mungkin, hal itu lah yang membuat para kompetitor Malice ingin menghancurkannya. Sebenarnya, Susan selalu berhati-hati, waspada semenjak ia menjabat sebagai CEO. Namun, setahun yang lalu, Susan sedikit lengah. Bagaimana tidak, pikirannya
"Benar, sayang. Om Doni lah orangnya!" ucap Ivan sambil menatap Susan dengan memasang ekspresi wajah datar. "Aku harap, setelah ini, mata kamu terbuka dan dapat menerima kenyataan bahwa Om Doni tidak sebaik yang kamu kira selama ini. Om Doni adalah orang yang sebenarnya jahat kepada keluargamu! Bukan Pak Mahendra, dia hanya dijadikan kambing hitam!" Ucapan Ivan membuat Susan tersadar dari lamunannya. Kemudian, Susan menatap suaminya sambil mengangguk, "Sekarang, aku sudah sepenuhnya percaya jika om Doni lah yang jahat, sayang. Kebaikannya yang selama ini dia ulurkan kepada keluarga kami itu palsu. Ck, Kenapa aku bisa tertipu olehnya..." Susan mendecak kesal seraya menyugar rambut dengan kasar. Disaat yang sama, matanya berkaca-kaca. Kini perasaanya begitu campur aduk tidak karuan. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun, ia telah mempercayai orang yang salah! Orang yang ia anggap saudara, ternyata adalah musuh. Benar-benar musuh dalam selimut! "Hei, sekarang kamu sudah menge
"Kami berhasil menemukan saksi kejadian delapan belas tahun silam yang memberikan keterangan jika melihat Natasha waktu itu terjebur ke sungai dan tenggelam sebelum akhirnya hanyut terbawa arus, tuan muda." Di sebrang sana, suara Renata terdengar. Ivan begitu tersentak. Lalu, ia refleks menarik tubuh dari sandaran kursi dan berkata, "Apakah dia benar-benar melihatnya? Atau dia berbohong?!" "Dia berbohong, tuan muda," balas Renata. Kini Ivan menghela napas. Demikian, ada seseorang yang menyuruhnya, supaya kejadiannya jadi seperti itu. Lalu, rahang Ivan mengeras. Jelas, itu adalah salah satu skenario yang dibuat oleh dalang dibalik penculikan Natasha! Sebelum Ivan angkat bicara, suara Renata di ujung ponsel kembali terdengar, "Ternyata saksi itu memberikan keterangan palsu kepada orang-orang yang waktu itu ada di sana, juga yang ikut melakukan pencarian dan tentu saja kepada pihak kepolisian, tuan muda," "Sebenarnya, dia tidak melihat adiknya Nyonya Susan itu terjebur dan te
Informasi itu memuat hubungan antara Doni dengan Samuel lebih detail lagi yang disertai dengan foto-foto. Juga dijabarkan segala macam bentuk teror yang dulu dialami oleh anggota keluarga Rahardian merupakan ulah Doni. Sebenarnya, hal tersebut sudah mencurigakan dari awal mengingat teror itu tiba-tiba berhenti ketika keluarganya Susan berhenti mengusutnya. Selesai membaca dokumen dan mengamati foto yang telah dikumpulkan oleh para bawahannya, Ivan menghempaskan punggung ke sandaran kursi dengan rahang mengeras. Sembilan puluh sembilan persen semua bukti mengarah kepada Doni yang merupakan dalang dibalik kasus hilangnya Natasha. Terang saja, kini Ivan sudah tidak ragu untuk segera memanggil mereka berdua untuk diintrogasi. Kemudian, Ivan menempelkan ponsel di telinga lagi, "Segera jadwalkan pertemuanku dengan mereka berdua, Renata!" ucap Ivan tegas, "kita akan bicara baik-baik terlebih dahulu dengan mereka, mengundang mereka! Itu adalah plan A," "Jika tidak berhasil, maka, ter
"Selamat Bu Susan atas kehamilannya," ucap seorang dokter perempuan di hadapan Susan sambil tersenyum lebar, "sebentar lagi, Bu Susan akan menjadi seorang Ibu," Susan termangu, tidak langsung menjawab, kini ia tengah menatap dokter di hadapannya dengan pandangan kosong. Seakan ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Sementara di kedua tangan perempuan itu terdapat testpack kehamilan yang memperlihatkan dua garis—yang mana mendandakan bahwa ia positif hamil. Susan masih belum bisa mencerna apa yang kini tengah terjadi. Mulai dari ia yang merasa aneh dengan sakitnya, memikirkan ia yang telat datang bulan yang membuat ia berpikir kemungkinan yang terjadi, testpack yang akhirnya menjawab dengan menunjukan dua garis dan hal tersebut diperkuat dengan dokter yang memberikan ucapan selamat atas kehamilannya. A-aku hamil? tanya Susan kepada dirinya sendiri. Seketika Susan merasa tidak karu-karuan. Setelah berhasil mengondisikan diri, Susan kembali menatap dokter dengan sorot mat
Wajah Ivan mengernyit. "Kabar gembira apa?" "Aku, hamil, sayang!" ucap Susan riang. Sontak saja, ucapan Susan membuat Ivan terhenyak! Lalu, Ivan menatap istrinya itu justru dengan tatapan tak percaya ... "A-apa? Ka-kamu hamil, sayang? Benar kah?" Tanpa merespon perkataan Ivan terlebih dahulu, Susan langsung berbalik dan bergegas ke arah meja mengambil sesuatu di atas sana. Dengan wajah ceria, lalu perempuan itu kembali menghampiri Ivan dengan memegang testpack di kedua tangannya. Susan langsung memperlihatkan testpack tersebut di depan wajah Ivan, "Lihat lah! Testpack ini menunjukan dua garis yang menandakan jika aku positif hamil sayang!" ucap Susan sambil tersenyum lebar, "tadi aku juga sudah diperiksa oleh dokter dan setelah itu, dokter memberikan ucapan selamat padaku atas kehamilanku!" Ivan tercengang, kini ia masih mengamati testpack yang barusan diberikan oleh Susan. Sedangkan Susan dengan mendecak kesal, lanjut bicara, "ternyata apa yang terjadi padaku tadi pagi
Sontak saja, kemunculan Ivan ketika menyambut tamunya membuat Doni dan Samuel terhenyak! Bagaimana tidak, menantu keluarga Rahardian yang dicap miskin dan tidak berguna itu memiliki wajah yang mirip dengan putra tunggal keluarga Graha. Mungkin kah mereka berdua adalah orang yang sama? Doni mengetahuinya, sebab ia datang ke pesta pernikahan Susan dan Ivan. Selain itu, Doni berpikir demikian, mengingat rumor yang mengatakan tentang tuan muda Ivan ... Doni, dengan suara tercekat sekaligus bergetar berkata, "Bu-bukan kah anda adalah suaminya Susan? CEO Malice Inc? Menantu keluarga Rahardian?" Doni menunjuk ke arah Ivan dengan tangan gemetaran. Mendapatkan pertanyaan itu, Ivan hanya mengangguk seraya tersenyum. Doni dan Samuel seketika membelalak, "Jadi, sebenarnya anda, adalah tuan muda Ivan!!!" Ivan kembali tersenyum miring saat melihat wajah keduanya berubah pucat. Tanpa mempedulikan dua tamunya yang tiba-tiba membeku di tempat, Ivan berkata, "Silahkan masuk!" *** Di sebua
Tentu saja mereka berdua menjelaskan demikian, sebab keduanya berpikir bahwa Ivan telah menyelidiki kasus itu sebelumnya. Juga, pasti mengetahui jika ada banyak hal janggal! Jika tidak, mana mungkin putra tunggal keluarga terkaya di negara ini memanggil mereka berdua untuk diintrogasi? "Apa yang kalian jelaskan itu sama persis dengan apa yang diberitakan! Aku tidak butuh penjelasan seperti itu!" ucap Ivan sinis. Kemudian, Ivan membusungkan dada sambil menatap keduanya tajam secara bergantian. "Langsung to the poin saja, aku sedang mengusut kasus itu dan menemukan banyak kejanggalan. Kakek Rahardian dan istriku percaya bahwa Natasha tidak meninggal karena terseret arus, melainkan diculik oleh saingan bisnis Malice yang bertujuan untuk merenggut kebahagiaan keluarga mendiang Pak Robin!" "Sebenarnya, kunci utama adalah pada mendiang Pak Robin dan istrinya. Tapi, mereka berdua sudah meninggal. Jadi, kami tidak bisa langsung tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meski demikian, bagik
Di kediaman keluarga Graha, tampak Graha dan Rosalinda tengah duduk bersebelahan dengan muka mengeras karena mendapatkan berita tentang anaknya yang tidak mengenakan. Sedangkan di sofa sebrang yang dibatasi meja, duduk Renata yang kini tengah menjelaskan mengenai berita serta foto dan video yang dimaksud kepada tuan dan nyonyanya. "Jelas, foto dan video itu telah diedit, tuan, nyonya. Nona Irene sengaja melakukan hal itu untuk merusak rumah tangga tuan muda dan nyonya Susan, serta untuk menghancurkan reputasi mereka berdua," "Hal itu masuk akal mengingat nona Irene termasuk salah seorang anggota di keluarga Rahardian yang membenci dan tidak menerima kehadiran tuan muda di keluarganya nyonya Susan." Graha dan Rosalinda kompak mangguk-mangguk mendengar penjelasan Renata. Keduanya sudah tahu kalau Irene termasuk orang yang tidak menyukai anaknya. Pun sebelumnya, Renata sudah pernah melaporkan siapa-siapa saja yang pernah berbuat jahat kepada Ivan mau pun Susan. Sebab kebahagiaan y
"Sayang, ini salah paham. Tidak seperti yang kamu pikirkan. Foto dan video itu tidak benar. Aku mohon, percaya padaku kalau aku tidak berselingkuh dengan tante Irene dan tidak melakukan perbuatan tak senonoh seperti apa yang kamu liat di foto dan video itu!" ucap Ivan yang tengah mencoba meyakinkan Susan sambil memegangi kedua lengannya. Sebelumnya, Ivan menghubungi Susan ketika masih berada di sekolah dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Susan belum percaya. Akhirnya, keduanya memutuskan pulang dan hendak membahas masalah yang sedang terjadi lebih lanjut di apartemen. Sesampainya di apartemen, Susan kembali meluapkan amarah sekaligus kekecewaannya terhadap Ivan. "Tapi ada foto dan videonya, Van. Orang yang ada di situ jelas-jelas adalah kamu dan tante Irene sedang... astaga, bayangan dua orang itu mirip sekali dengan kalian berdua walau terhalang kaca. Dan kalian berdua melakukannya di dalam kamar mandi apartemen?!" seru Susan tertahan dengan kedua mata sembab samb
Seketika kolom komentar foto juga video syur antara Ivan dan Irene yang mendadak viral itu membeludak oleh komentar netizen. Tentu saja menuai berbagai tanggapan yang beragam. Tapi, lebih banyak mencibir dan menjudge! Di sekolah Ivan, para guru dan staf tengah dihebohkan dengan berita dan video viral tersebut. "Apa yang dipikirkan Pak Ivan sih?! Bisa-bisanya Pak Ivan berselingkuh?! Padahal, Bu Susan itu jauh lebih cantik daripada tantenya!" "Pak Ivan benar-benar tidak bersyukur! Sudah memiliki istri yang cantik, pintar dan kaya. Tapi terpincut dengan wanita lain. Lebih gilanya lagi dengan tantenya sendiri!" "Hei, hei, jangan pada berasumi yang tidak-tidak dulu dong! Kita belum tahu kebenarannya. Bisa saja itu semua bohong!" Melihat kemunculan Ivan, perhatian mereka seketika langsung teralihkan dan buru-buru mendesak Ivan, mencecarnya dengan pertanyaan. "Apakah berita dan video itu benar Pak Ivan? Anda berselingkuh dengan tantenya Bu Susan sendiri?!" "Pak Ivan, bisa jelaskan p
Pagi itu, Rahardian, Susan dan Natasha tengah berpelukan di sebuah rumah sakit elit. Kebahagiaan tengah menyelimuti mereka bertiga karena hasil tes DNA menyatakan bahwa Sheila adalah adik kandungnya Susan. Sebab hasil test DNA menyatakan demikian, maka, sudah tidak ada yang diragukan lagi! Sebenarnya, sejak awal, Rahardian dan Susan sudah sangat yakin jika hasilnya akan menyatakan seperti itu. Dan sekarang, terang saja, keduanya semakin bahagia tidak terkira. "Sekarang kamu sudah percaya, 'Kan? Kalau kamu itu adalah adikku? Cucunya kakek Rahardian?" ucap Susan sambil menatap Natasha penuh kasih sayang. Mendengar itu, Natasha yang juga tengah balik menatap sendu Susan dan kakek Rahardian secara bergantian mengangguk. "Sekarang aku sudah percaya, kak, kek," Sementara Herlambang, Hesti, Irene dan Felix terperangah dan lalu saling pandang, "Jadi, wanita itu benar-benar Natasha... " Sebelumnya, anggota keluarga Rahardian yang lain tentu saja langsung shock bukan main setelah di
Air mata Sheila pun pecah seketika, "Aku sungguh bahagia sekali karena akhirnya aku bisa kembali ke keluarga asliku. Aku dipertemukan kembali dengan keluargaku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya kalau hal itu akan terjadi. Meski aku sangat sedih disaat yang sama karena kedua orang tuaku ternyata sudah meninggal." "Jadi, aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi. Tapi, untungnya, aku masih memiliki kakak perempuan dan kakek." Lalu, ketiga orang yang baru dipertemukan kembali setelah 18 tahun lamanya berpisah itu saling berpelukan sebelum kemudian disertai dengan tangis, membuat atmosfer ruangan tersebut dipenuhi isak tangis sebab terharu. "Terima kasih ya Tuhan karena engkau telah mengabulkan doa-doa kami. Sehingga, mempertemukan kami dengan anggota keluarga kami yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang. Ini adalah anugerah terindah yang pernah engkau berikan kepada kami," "Kami mohon, jangan pisahkan kami lagi setelah ini, ya Tuhan." Sementara Ivan dan Graha yang meliha
Sheila bersama kedua orang tua angkatnya juga sempat tinggal di luar kota selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan tinggal di kota ini ; kota kelahiran Sheila. Entah, sebuah kebetulan atau apa. Hal itu membuat Sheila berada di kota yang sama dengan Susan. Tentu saja setelah melalui berbagai pertimbangan terlebih dahulu, juga berbagai alasan dan persetujuan dari Doni yang kala itu tidak terlalu khawatir. Tanpa mempedulikan reaksi Sheila, Susan buru-buru menjatuhkan diri di samping adik perempuannya itu sambil menatapnya sendu penuh haru. Pokoknya, kini perasaanya tengah campur aduk tak karuan. Detik berikutnya, Susan langsung memeluk Sheila. Tangis Susan pun pecah seketika dalam posisi mendekap tubuh adiknya, "Kenapa aku tidak sadar sejak awal sih. Bertahun-tahun lamanya aku memikirkanmu, berusaha mencarimu, dik. Bertahun-tahun lamanya pula aku memendam perasaan rindu ini padamu. Selalu, terbayang-bayang janjiku pada Ayah dan ibu," "Padahal, kamu itu dekat denganku. Ka
Sebelumnya, Sheila sudah takut duluan dengan kemunculan Susan. Ia berpikir bahwa istrinya Ivan itu hendak melabrak dirinya seperti terakhir kali sebab kini ia kembali meminta tolong kepada Ivan untuk menyelamatkannya, padahal Susan sudah memperingatinya. Namun, Sheila terpaksa melakukan hal demikian sebab situasi yang benar-benar genting dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Dugaan Sheila semakin kuat, dengan dirinya dibawa ke rumah kakeknya Susan. Namun, kepanikan dan ketakutan itu mendadak terhempas kala melihat Susan seperti tidak akan marah padanya. Malahan, raut mukanya menunjukan sikap sebaliknya. Menatap dirinya penuh arti juga dengan kedua mata berkaca-kaca. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah perkataannya barusan yang membuat Sheila kaget sekaligus bingung. Apa maksud Susan memanggilnya Natasha? Bukan kah Susan sudah tahu kalau dirinya adalah Sheila? Sheila sendiri masih shock berat, tengah mencerna apa yang terjadi dengan dirinya sejak pagi tad
Graha menggeleng takjub, "Renata dan Basuki benar-benar bisa diandalkan! Tak salah lagi aku memilih mereka berdua!" Kemudian, wajah Graha tiba-tiba berubah. "Rasakan kau tuan muda Charles. Siapa suruh kau menyinggung keluarga kami dan keluarga Fairuz, akan menyesal karena telah mencari masalah dengan keluarga Graha!" ucap Graha lagi dengan geram. Ivan, Graha dan Rahardian tengah membahas mengenai Renata juga Basuki yang berhasil meringkus Charles dan menyelamatkan Natasha darinya. Rahardian, dengan raut muka cemas juga tidak sabaran menimpali, "Di mana sekarang mereka, Van?" Ivan menghadap kakek Rahardian, "Renata dan Basuki sedang membawa Natasha ke rumah sakit, kek sekedar untuk mengecek kondisinya." Seketika raut muka Rahardian berubah kala mendengar kabar itu, "Apakah dia terluka, Van? Sehingga..." "Tidak ada luka serius padanya kok, kek. Kakek tenang saja. Hanya luka-luka ringan dan akan segera diobati," jawab Ivan sambil tersenyum. Rahardian tak ayal menghembuskan naf
Ke empat anak buah Ivan akhirnya berhasil menemukan lokasi si perakit bom. Adalah di apartemen mewah dekat markas besar milik Doni yang dipilih sebagai tempat mengirim dan memonitor bom. Namun mereka mendapat sedikit masalah saat hendak masuk ke dalam apartemen. Tapi, tentu saja mereka langsung bisa mengatasinya. Petugas keamanan apartemen itu berusaha mencegah mereka masuk. Tanpa pikir panjang, sebab mereka yang sedang diburu waktu, salah satu dari mereka meninjunya yang membuatnya tersungkur. Setelah itu, mereka pun bergegas masuk ke dalam apartemen. Begitu tiba di dalam, mereka segera berlarian menuju pintu tangga darurat dan menaiki anak tangga. Mereka memutuskan lewat tangga, alih-alih lift, sebab lebih aman. Boleh jadi perakit bom itu memantau menggunakan CCTV. Tiba di lantai lima, mereka melanjutkan langkah dan masuk ke lorong lantai. Sebelumnya, mereka sudah mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan si perakit bom. Demikian, mereka tidak bingung, langsung bisa tahu