“No-nona! Kenapa membuka semua bajumu begitu?”Ivan begitu tersentak melihat pemandangan wanita yang kini ada di depannya. Nafasnya memburu, gairahnya bergejolak.Bagaimana tidak, wanita itu kini tak mengenakan sehelai benang pun, menampilkan dadanya yang besar dan ranum serta tubuhnya yang begitu berisi.Rambut coklatnya yang panjang tergerai di tubuhnya yang begitu putih dan mulus, memancarkan aura kecantikan luar biasa yang membuat lutut Ivan sesekali bergetar.Pria mana yang tak membeku disuguhi pemandangan seperti itu?!Namun, ada yang aneh. Wanita itu sangat gemetar dan mengeluarkan banyak keringat. Wajahnya yang memerah kini menatap Ivan dengan tajam.“Aku tidak peduli siapa kamu! Tapi tolong lepaskan pengaruh obat ini dariku!” ucap wanita itu parau.Obat?Melihat kondisi wanita di depannya, Ivan seketika tersentak. Jangan-jangan…Sebelumnya, sepulang dari mengoreksi tugas dan ujian para siswanya, Ivan yang seorang guru di sebuah sekolah menengah tak sengaja berpapasan dengan w
"Kenapa tiba-tiba Bapak memecat saya? Apa salah saya, Pak?" tanya Ivan bingung.Hernomo mendengus dingin. "Karena anda telah memberikan contekan kepada para murid, Pak Ivan!" Jawab Hernomo tegas setelah terdiam sebentar yang dibalas anggukan kepala oleh Andreas. Ivan terkejut bukan main mendengar tuduhan tersebut.Mencerna dalam sepersekian detik, lalu menggeleng. "Itu tidak benar, Pak. Saya tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Ivan penuh keyakinan. Di saat ini, Andreas berkata. "Sudahlah, Pak Ivan. Anda tidak perlu mengelak lagi karena saya mempunyai buktinya!"Seketika Ivan beralih menatap Andreaz. Selagi Ivan terdiam kaget, Andreaz meletakan beberapa lembar kertas di atas meja. "Itu adalah bukti-buktinya!" ujarnya dengan sinis.Mendengar ucapan guru baru itu, Ivan mengernyitkan kening, lalu menatap ke arah kertas-kertas itu. Bertanya-tanya, Ia lalu meraih dan mengeceknya. Selagi fokus Ivan terpaku pada kertas-kertas itu, Hernomo dan Andreaz saling tatap.Kemu
"Dia orangnya, Nona, Ivan, guru yang anda cari," ucap Ilyaz seraya menunjuk ke arah Ivan. Susan pun langsung menatap Ivan. "Pak Ivan, ikut saya keluar!" titahnya dengan nada dingin setelah terdiam sebentar. Ivan gelagapan untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. Kemudian, ia melangkah keluar mengikuti wanita tersebut. Kepergian mereka berdua dari ruangan itu diiringi tatapan heran semua orang sekaligus penasaran.Apalagi Hernomo dan Andreaz, mereka saling pandang, “Pecundang itu…”Keduanya menatap kepergian Ivan sambil mengepalkan tangan!Sementara itu, setelah keduanya memasuki mobil, Susan menatap tajam Ivan seraya melayangkan tangannya!Plak!“Dasar bedebah!” Hal tersebut membuat Ivan terkejut dan refleks memegangi pipi yang terasa panas seketika. Ia lalu melemparkan tatapan kebingungan ke arah Susan yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Selagi Ivan terdiam tak mengerti, Susan berujar. "Apa yang kau lakukan kepadaku tad
"Tidak ada orang yang mirip di foto itu di sekolah ini, Nona," jawab Ilyaz gemetar seraya menatap Hernomo dengan ketakutan.Ilyaz tidak mau terlibat lebih jauh dengan urusan orang itu yang sepertinya bukan orang main-main dilihat dari penampilan dan sikapnya, dikawal oleh banyak bodyguard pun iring-iringan SUV mewah. Demikian, pasti bukan Ivan yang mereka maksud walau foto itu mirip dengan Ivan. Lagi pula, mana mungkin Ivan berhubungan dengan orang kaya dan berkuasa? Perempuan misterius itu menatap Ilyaz dan Hernomo bergantian dengan saksama. Kemudian ia berkata, "Kalian berdua yakin?" tanyanya hendak memastikan. "Tidak ada orang yang mirip di foto ini di sekolah ini?" Mereka berdua saling pandang dan kemudian mengangguk cepat-cepat ke arah perempuan itu.Selama sesaat, rahang perempuan itu mengeras. "Jika kalian berdua ketahuan berbohong," ujar perempuan misterius itu seraya menuding muka mereka bergantian. "Kalian akan mendapatkan hukuman yang setimpal!" Setelah mengatakan
“Nona, anda—” Namun, sentuhan bibir ranum dan manis Susan di bibirnya membuatnya terhenti. Ivan tahu jika tindakan Susan ini tak lain demi membuat Marco percaya. Maka, Ivan berinisiatif untuk membantu Susan meyakinkan pria tersebut. Demi membuat sandiwara itu sempurna, Ivan balas memeluk dan menekan pinggul dan bokong Susan di hadapan Marco. Mendapati Ivan memeluk dan menyentuh bagian tubuhnya, wajah Susan seketika merona merah. Di saat yang sama, ia merasa malu dan marah. Berani-beraninya Ivan menyentuh pinggul dan bokongnya? Padahal, ia tak menyuruh pria itu untuk melakukan hal tersebut. Tapi pria itu bertindak seenaknya sendiri! Kalau saja apa yang kini tengah ia lakukan kepada Ivan hanya semata-mata karena untuk meyakinkan Marco, pasti sebuah tamparan sudah melayang keras di pipi Ivan atau sepatu hak tingginya akan langsung mendarat di wajah pria itu. Tapi, ia terpaksa membiarkan hal itu seraya menekan emosinya supaya Marco dan semua orang percaya kalau Ivan adalah ke
Seruan itu membuat perhatian semua orang yang ada di situ teralihkan. Kepala-kepala kompak tertoleh, mencari sumber suara. Seorang perempuan yang memiliki tubuh berisi, mengenakan blazer dipadu dengan rok span serta kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya tampak bergegas menghampiri mereka. "Bu Renata, manager Investasi Graha Group!" seru salah satu orang, mengenali sosok terkenal itu diikuti tatapan terkejut yang lainnya. Ivan langsung terperanjat! Renata?Jelas panggilan 'tuan muda' itu ditujukan untuknya. Renata adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Ivan seketika merutuki diri sebab Renata menemukan dirinya.Mendadak, ia cemas akan sesuatu. Lalu, semua orang langsung melemparkan senyuman lebar ke arah perempuan itu seraya membungkuk hormat. Namun, Renata tak mempedulikan mereka. Tetap melangkahkan kakinya hendak menghampiri Ivan. Akhirnya ia menemukan tuan muda keluarga Graha yang sedang ia cari. Sebelumnya, ia yang sedang berjalan hendak pergi dar
Marco mendelik, “Cih! Sampah sepertimu memangnya tahu apa?! Tempatmu hanya di kalangan orang miskin, bukan seperti kami para keluarga kaya di kota ini!!”Kemudian, ia mengangkat tangan dan menunjuk ke arah Ivan. "Ingat. Urusan kita belum selesai. Aku akan membalas perbuatanmu ini!" ancamnya dengan suara menggelegar.Setelah mengatakan hal itu, Marco melenggang pergi bersama dua bodyguardnya dari sana. Setelah kepergian Marco, Susan melangkah mendekat ke arah Renata dan berujar. "Apakah anda mencari saya, Nona Renata?" tanya Susan hati-hati hendak memastikan. Susan berpikir demikian sebab Graha Group adalah pemilik saham mayoritas di perusahaannya. Pun seperti yang sudah-sudah, jika Renata datang ke perusahaannya, maka sudah pasti dia memiliki urusan dengannya. Renata yang masih curi pandang ke arah Ivan yang kini juga tengah balik menatapnya sembari masih memberikan kode buru-buru menguasai diri, kemudian beralih menatap Susan dan mengangguk. Mendapati hal itu, Ivan tak elak
"Kau tetap tidak bisa memenuhi syarat yang dibuat oleh kakek, Susan!" ucap Herlambang tegas, sesekali menatap Ivan dengan jijik. Susan menautkan alis. "Kenapa tidak bisa?" tanya Susan bingung. "Aku sudah memiliki calon suami dan kami akan segera menikah. Demikian, aku telah memenuhi syarat yang diberikan!" Herlambang mendengus dingin. Tentu saja ia bersikap demikian sebab sebenarnya ia tengah mencoba menghalangi pernikahan Susan supaya wanita itu melepaskan jabatannya. Dengan begitu, ia bisa menggantikan posisinya setelahnya. Dengan wajah mengeras, Herlambang kembali bicara. "Tapi tidak dengan sampah ini yang pekerjaanya hanya sebagai guru! Dia akan mencoreng nama baik keluarga Rahardian!" Susan begitu tersentak mendengarnya. Sang paman tak setuju? Menentangnya?Sebelumnya, Susan telah menduga hal itu sebab status sosial dan pekerjaan Ivan yang memang begitu rendahan. Namun ia tak terlalu mempedulikannya karena kini yang ia pikirankan adalah ia harus segera m
Rahardian mengeraskan rahang, "Tapi sepertinya cepat atau lambat pasti Ivan dan Susan akan mengetahui kebenarannya, Graha," Mendengar itu, Graha menghembuskan napas berat, "Itu pasti, Har," Kemudian, Graha menatap Rahardian penuh keyakinan, "Tapi sepertinya Ivan tidak akan mempermasalahkan hal itu karena mereka berdua saling mencintai, bukan? Mungkin hanya akan kaget saja, tidak menyangka," Ucapan Graha langsung dibenarkan oleh Rahardian. Kini, keduanya menjadi lega. Tiba-tiba, Graha terhenyak kaget. "Apakah mereka berdua sudah berbulan madu, Har?" tanya Graha antusias. Rahardian menggeleng dengan memasang ekspresi wajah tak berdaya, "Belum. Mereka belum berbulan madu dengan dalih Susan masih sibuk dengan pekerjaanya. Padahal, aku sudah menyinggung hal itu kepada mereka berdua. Tapi kata Susan, jika dia sudah senggang, mereka berdua akan berbulan madu," Mendadak, wajah Graha berbinar-binar. Dengan rahang mengeras, Graha kembali bicara, "Desak mereka berdua untuk seger
Terduduk di jok belakang, Susan tengah menyilangkan tangan di depan dada, terdiam memikirkan sesuatu. Sementara Larasati duduk di jok kemudi, fokus pada jalanan. Keduanya sedang dalam perjalanan ke kantor setelah dari rumah kedua orang tua pura-puranya Ivan. Andai kamu tau saja, Van. Kamu juga mulai menganggu pikiranku tauk. Aku juga sudah mulai merasa nyaman denganmu. Bahkan, sepertinya aku mulai menyukaimu. Ucap Susan dalam hati. Kini, akhirnya Susan mengakui perasaanya kepada Ivan setelah sebelumnya hati dan pikirannya bergejolak hebat. Berperang. Susan pun jadi geregetan dengan dirinya sendiri, malu pula sebab malah menyukai Ivan. Bagaimana tidak, awalnya, ia sendiri yang berpikir tidak akan mempunyai perasaan dengan suami kontraknya itu, tapi malah ia yang bawa perasaan pada akhirnya. Bahkan, belum ada satu tahun saja, ia sudah memiliki perasaan kepada Ivan. Jangankan satu tahun, belum genap satu hari semenjak ia menantang Ivan! Sebab semakin Susan mengelak, rasa s
Jangan baper Susan. Jangan baper. Ingat, tujuanmu menikah dengan Ivan itu supaya kamu tetap bisa mejabat sebagai CEO. Tahan, Susan. Tahan sampai satu tahun. Jangan sampai kamu ada perasaan dengan guru itu! Namun, meski demikian, kalimat Ivan itu malah berhasil menggetarkan jiwanya. Di titik ini, Susan ingin sekali kabur sebab menjadi salah tingkah. Situasi seperti ini sungguh mengesalkan! Begitu berhasil menguasai diri, Susan berjalan mendekat ke arah Ivan yang kini sedang duduk di ranjang. Tiba di depan Ivan, Susan menempelkan telapak tangan di dahi sang suami kontrak. Detik berikutnya, ia menegapkan tubuhnya kembali, melipat tangan di depan dada sambil memicingkan mata! "Sepertinya kamu sedang demam, Van," Tiba-tiba... Apa yang dilakukan Ivan selanjutnya membuat Susan terkejut! Ivan main menarik tubuh Susan ke dalam dekapannya sebelum kemudian langsung menidurkannya di kasur. Sedangkan Ivan sendiri langsung beranjak dari duduknya dan mengurung tubuh Susan dengan ke
Mendadak, Susan bersemu merah. Susan pun terbahak untuk menutupinya, kentara tidak percaya. Lalu, Susan melambaikan tangan dan berkata, "Jangan bercanda kamu, Ivan—" "Aku serius!" potong Ivan yang membuat tawa Susan terhenti. Detik berikutnya, wajah Susan berubah. Menatap Ivan lekat untuk beberapa saat. Ivan juga memasang ekspresi wajah sama seriusnya, "Jujur saja, kamu mulai menganggu pikiranku. Aku sudah mulai nyaman denganmu, Susan," Susan begitu tersentak, mendadak kehilangan kata-kata. Susan pun mendecak kesal, kenapa pembicaraan keduanya harus jadi seserius ini sih? Namun, bukan Susan namanya jika tidak bisa menguasai diri, ia lalu mengibaskan rambutnya ke belakang, "Sudah kuduga. Kamu pasti akan merasa nyaman denganku. Pria mana coba yang tidak akan nyaman denganku? Semua pria yang kukenal selama ini, rata-rata mengatakan hal yang sama," ucap Susan sinis penuh percaya diri. Meskipun jantungnya saat ini tengah dag dig dug serr. Mendapati respon Susan seperti
"Sekali lagi saya minta maaf, Nona. Saya benar-benar menyesal karena telah melakukan hal menjijikan seperti itu," Susan tidak membalas perkataan Sheila, mendadak ia membayangkan hal sebaliknya yang telah mereka berdua jelaskan sebelumnya. Membayangkan mereka berdua yang sedang melakukan hal itu di dalam kamar... Seketika dada Susan terasa sakit. Emosinya langsung membuncah! Susan pun menggeleng cepat. Tidak! Tidak mungkin! Ya, tidak mungkin! Mereka berdua tidak mungkin melakukan hal itu! Kamu harus percaya, Susan! Merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Susan bangkit dari tempat duduknya hendak pergi. Namun, perkataan Sheila selanjutnya membuat Susan urung pergi, kembali menjatuhkan diri di kursi. "Saya ingin berterima kasih kepada Nona atas bantuan yang telah Nona diberikan. Sehingga saya terselamatkan dari Tuan Romo," "Astaga... bagaimana mungkin saya membuat Nona marah, mengecewakan seperti ini. Padahal Nona sudah baik sekali pada saya," Sheila benar-be
Kini, Sheila dan Ivan telah menjelaskan bahwa mereka berdua tidak berbuat mesum barusan di dalam kamar hotel seperti apa yang dipikirkan Susan. Juga Sheila menjelaskan tujuan meminta Ivan untuk bertemu dan apa yang telah ia perbuat kepadanya, tapi Ivan menolak. Ivan juga menambahi, membenarkan apa yang baru saja dijelaskan Sheila. Keduanya cukup lega tatkala mendapati Susan yang tampaknya percaya dengan penjelasan mereka berdua. Walau Susan bersikap seolah tidak peduli, tidak menunjukan perasaan marah, juga cemburu saat ini, tapi Ivan bisa menyadari ekspresi dan sorot mata istri kontraknya itu yang menunjukan hal sebaliknya. Ayo lah, Susan. Tunjukan bahwa kamu cemburu. Kamu marah. Gumam Ivan dalam hati. Ivan pun menjadi yakin bahwa Susan memang cemburu. Marah. Jika tidak, seharusnya dia tidak mengikutinya ke sini! Juga sebelumnya Susan langsung menuduh mereka berdua berbuat mesum sebelum akhirnya keduanya menyangkal hal tersebut! Ivan tahu bahwa Susan selalu bisa meng
Sebab sudah memutuskan tidak akan menyentuh Sheila, Ivan buru-buru menggeleng tegas, "Aku tidak akan menyentuhmu, Sheila! Dirimu bukan milikku. Janjimu telah gugur. Kamu harus menjaga mahkota dan tubuhmu untuk calon suamimu kelak. Aku menyelamatkanmu itu tulus, ikhlas. Jika aku menyentuhmu, apa bedanya aku dengan Romo si bejat itu? Jadi, kenakan pakaianmu kembali!" Mendengar itu, Sheila merasa sangat tertampar. Tiba-tiba, wajah Sheila menjadi murung. Menjaga mahkota dan tubuh untuk suaminya kelak? Rasanya Sheila mau tertawa keras, bagaimana mungkin, ia saja sudah dinodai oleh Romo! Oleh sebab itu, ia rela berjanji demikian sebab merasa sudah tidak suci lagi. Mungkin jika pria lain yang akan menyentuhnya, ia akan langsung menolak mentah-mentah, tapi lain halnya dengan Ivan. Setelah menundukan kepala sebentar, Sheila kembali mendongak menatap Ivan. Namun, ia malah menghangat mendengar kalimat Ivan yang begitu menjunjung tinggi martabat dirinya. Entah kenapa, ia malah rela
Jangan-jangan... Pantas saja Sheila mengajak dirinya bertemu di kamar hotel, bukan di tempat lain! Namun Ivan tidak menyela pembicaraan, membiarkan rekan guru wanitanya itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah terdiam sejenak, Sheila kembali bicara, "Meskipun kamu sempat terlintas di benakku waktu itu sebagai orang yang kemungkinan besar akan datang menyelamatkanku, tapi aku tidak menyangka kalau hal itu benar-benar menjadi kenyataan," Di titik ini, Ivan mengusap muka dengan kasar seraya mengedar pandangan ke sekeliling. Mendadak, Ivan teringat kejadian ia yang terjebak bersama Susan di kamar hotel sewaktu wanita itu terpengaruh obat perangsang dan meminta dirinya untuk melepaskan pengaruh obat tersebut dengan cara berhubungan badan. Dan kini ia harus mengalami hal yang sama lagi? Bedanya, wanita ini hendak menyerahkan dirinya untuk ia sentuh! Sewaktu terjebak bersama Susan, jika bukan karena terpaksa sebab mengharuskan ia menuruti permintaan Susan untuk melepaskan pengaruh
"Katanya kamu ingin cepat-cepat pulang dan bermesraan denganku, sayang—" Mendengar itu, Susan mendecakan lidah, "Ivan, jangan bercanda, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku lagi serius. Jawab pertanyaanku sekarang... siapa kamu sebenarnya, hah!?" potong Susan kesal. Usai berkata, Susan berjalan menuju ke arah sofa dan menjatuhkan diri di sana. Ivan tidak kunjung menjawab, ikut duduk di sofa, di hadapan sang istri kontraknya yang tampak begitu frustasi. Tak sabar. "Aku adalah anak dari Bu Yuni dan Pak Joko yang memang dari keluarga biasa-biasa saja. Bahkan miskin—" jawab Ivan setelah terdiam sebentar. Mendengar jawaban Ivan, Susan kembali mendecak, "Itu aku juga tahu Ivan! Masalahnya adalah kenapa kamu yang berasal dari keluarga miskin itu tiba-tiba memiliki banyak uang dan memiliki Lamborghini?!" "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kapan kamu membeli Lamborghini itu? Selama ini Lamborghinimu kamu tempatkan di mana? Kenapa baru sekarang kamu memperlihatkan Lamborg