Flora dan Revan sedang berada di dalam wahana bermain. Keduanya berjalan berdampingan. Wanita yang berjalan di samping pria tersebut menggandeng dua orang anak yang masih memantau keramaian di sekitarnya.Banyak orang bahagia dan menikmati suasana liburan saat ini. Tapi tidak untuk mereka. Rasa canggung sedari tadi tidak mau pergi dari mereka."Kalian mau main apa?" tanya Revan memecah keheningan.Key dan Rey saling bertatapan. Kedua anak itu tidak bisa menyembunyikan ketidak sukaan mereka terhadap pria tersebut.Flora menepuk pundak keduanya. Kedua pasang bola mata bulat menatap Flora bersamaan."Di tanya sama Om, jawab dong," ucap Flora melempar senyum teduh.Sejujurnya dia juga belum siap berada di posisi seperti ini. Dia tau bagaimana perasaan kedua anak kecil yang ada di hadapannya.Namun bila dia tidak memulai, kapan lagi. Demian sudah melanjutkan hidupnya. Memang pasangan hidup tidak terlalu di butuhkan saat ini untuknya. Tapi kedua anak ini. Mereka membutuhkan sosok Dady."Ba
Flora duduk di deretan kursi kosong. Matanya menatap ketiga orang yang sedang melawan rasa canggung masing-masing. Segaris senyum tipis terukir indah di wajah cantiknya, saat melihat teman masa kecilnya sedang bermain dengan anak-anaknya.Pria itu sibuk bermain bola basket dan menjelaskan semua trik dan tips yang biasa dia mainkan. Untuk kedua anak itu hanya duduk menyilangkan kakinya dengan mata konsentrasi melihat Pria tersebut.Revan bermain bola basket dan memasukkan bola ke keranjang dengan mudah. Kedua anak itu membulatkan mulut dan refleks bertepuk tangan.Pria itu masih sama, cool dengan gaya pemain basket yang memabukkan para wanita. Sayangnya, entah kenapa hatinya tidak pernah terbuka untuknya.Lamunan Flora terpecah saat Revan teriak memanggil namanya. Dia melambaikan tangan dan menyuruh Wanita itu bergabung."Aku?" Flora menunjuk mukanya.Kedua anak itu bersorak kegirangan. Mereka bertepuk tangan dan berteriak ramai. Untung lapangan ini sepi. "Dulu, Momy kalian hebat mai
Revan mendorong Flora yang duduk di kursi roda. Di sampingnya ada dua orang anak kecil yang memasang wajah sedih. Mereka khawatir kalau Momynya tidak bisa berjalan lagi."Tenanglah guys, Momy kalian akan baik-baik saja, karena Momy kalian hebat." Revan mencoba menghibur kedua anak tersebut.Keduanya menatap Flora bersamaan dan memeluk wanita yang duduk di kursi roda itu. Akan sangat membahagiakan kalau dia bisa masuk ke keluarga bahagia ini."Sudahlah, Momy baik-baik saja. Hanya perlu istirahat sebentar kok," ucap Flora mengecup lembut kedua pucuk kepala anaknya."Tunggu sebentar yaa, Om mau ambil mobil dulu," ucap Revan berpamitan menuju parkiran.Kedua anak itu menatap kepergian pria yang baru saja mereka kenal. Sama seperti kata Oma, pria itu sangat baik, mungkin benar selama ini mereka hanya salah paham saja.Flora menepuk kedua pundak mungil yang sedari tadi menghadap ke arah yang lain. Wanita itu memajukan bibirnya tanda kalau dia cemburu."Jadi sudah punya fans baru?" goda Flor
Revan mencondongkan tubuhnya mendekat. Jantung keduanya berpacu. Paras cantik di hadapannya membuat Pria itu ingin melahapnya bulat-bulat.Flora menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menutup matanya rapat. Revan mengulum senyum melihat tingkah wanita yang dia gendong."Aku tidak bisa membuka pintu dengan kaki Flo," ucap Revan berbisik.Suara pintu terbuka, Revan membawa Flora masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Mata Flora membulat, wajahnya memerah karena malu.Ingin sekali Revan mencubit wanita yang saat ini masih menutupi wajahnya itu karena gemas. Pria itu mengayunkan langkahnya pergi dari kamar.Setelah kepergian Revan, Flora membuka tangannya. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar."Astaghfirullah Flo, apa yang kamu pikirkan!" ucap Flora memukul kepalanya sendiri.Rasa malu Flora sampai ke ubun-ubun, ingin sekali dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana saat bertemu dengan pria itu lagi.Di luar kamar, Revan bersandar di pint
Revan mencondongkan tubuhnya mendekat. Jantung keduanya berpacu. Paras cantik di hadapannya membuat Pria itu ingin melahapnya bulat-bulat.Flora menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menutup matanya rapat. Revan mengulum senyum melihat tingkah wanita yang dia gendong."Aku tidak bisa membuka pintu dengan kaki Flo," ucap Revan berbisik.Suara pintu terbuka, Revan membawa Flora masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Mata Flora membulat, wajahnya memerah karena malu.Ingin sekali Revan mencubit wanita yang saat ini masih menutupi wajahnya itu karena gemas. Pria itu mengayunkan langkahnya pergi dari kamar.Setelah kepergian Revan, Flora membuka tangannya. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar."Astaghfirullah Flo, apa yang kamu pikirkan!" ucap Flora memukul kepalanya sendiri.Rasa malu Flora sampai ke ubun-ubun, ingin sekali dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana saat bertemu dengan pria itu lagi.Di luar kamar, Revan bersandar di pint
Key dan Rey naik ke dalam mobil. Flora sudah duduk cantik di kursi depan. Revan berpamitan pada Lidya."Terima kasih Tante, saya mau pulang dulu." Revan meraih tangan Lidya dan mengecupnya."Tolong jagain Flo sama anak-anak yaa, bandel banget kalau di bilangin," ucap Lidya cemas yang melihat kondisi Flora tidak baik-baik saja."Di rumah ada si mbok yang ngerawat Flora kok, Tante jangan khawatir. Nanti Revan juga sering main ke rumah Flora," jawab Revan melempar senyum teduh.Lidya mengangguk kepalanya pelan. Dia merasa lega, meskipun anaknya tidak memiliki suami. Tapi dia memilih seorang yang selalu ada untuknya."Jangan lama-lama ya, yakinkan Flo." Lidya mencengkram erat tangan Revan."Iya Tante, restu Tante adalah penyemangat Revan," jawab Revan menepuk pelan tangan Lidya.Revan melepas jabatan tangan dan naik ke dalam mobil. Di saat yang bersamaan Sebuah mobil masuk ke halaman rumah Flora.Semua pasang mata menyipit karena cahaya lampu mobil tersebut. Maklum saja, langit masih gela
Dion berdiri di ambang pintu. Dia menatap nanar ke arah Wanita yang tertidur lelap. Untungnya air yanng masuk ke dalam tubuhnya tidak terlalu banyak, jadi dia bisa pulang saat dia sudah sadar.Pria itu membuka pintu dan duduk di samping ranjang. tangannya mengelus lembut perut buncit yang berisi darah dagingnya.Di saat yang bersamaan, perut wanita itu bergerak seolah menyambut hangat sentuhannya. sesuatu di dalam sana bergerak aktif.Mata Pria itu bekaca, jantungnya bergetar hebat. Semua rasa yang dia rasakan sulit untuk di dripsikan."Mas Demian," ucap Rebecca lerih.Perlahan wanita itu membuka matnya. matanya mengeryit menyapu ruangan yang benuansa putih. Dia terkejut saat melihat pria yang duduk menjaganya."Ngapain kamu di sini?" ucap Rebecca terperanjat dan segera bangun dari tempat tidur."Jangan bangun, kondisimu masih lemah," ucap Dion menggenggam tangan Rebecca.Wanita itu mengibaskan tangan Dion dan mundur teratur. Dia menatap cemas ke seluruh ruangan, mencari sosok yang di
Mobil masih berjalan dengan kecepatan rendah. Di belakang Anak-anak sudah tertidur pulas. Pria yang duduk di belakang kemudi cukup telaten mengurus kedua anak itu.Dia menata kursi sedemikian rupa dan menaruh bantal, tidak lupa dia memberi selimut pada keduanya."Mau minum kopi dulu?" tanya Flora melempar pandangan."Nggak perlu, kita langsung pulang aja," jawab Revan."Kita langsung pulang aja, gimana?" lanjut Revan menginjak pedal gas.Flora hanya mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada matahari yang mulai menampakkan diri. Cahayanya membuat langit malam memudar."Mikir apa?" tanya Revan saat melihat Wanita di sampingnya termenung.Raut kesedihan menghiasi wajah cantiknya. Bibirnya masih bungkam, enggan mengutarakan segala rasa yang menyelimuti hatinya."Pasti Rebecca kan?" tebak Revan.Terdengar helaan napas panjang. Persisi seperti tebakan Revan. Wanita di sampingnya pasti mersa bersalah. Padahal musibah yang di alami Wanita tersebut bukanlah salahnya."Aku tidak tau pasti Reb
Hubungan Revan dan Flora sudah di restui oleh Risa. Melihat putranya serius dan bersi kukuh membuat dia tidak bisa melakukan apapun.Revan adalah anak tunggal, jadi mau bagaimana pun dia akan tetap menjadi pewaris tunggal kekayaan Risa. Kehidupan mereka kini menjadi lebih baik dan bahagia.Kabar baik juga datang dari mereka, di ulang tahun pertama pernikahannya. Flora telah di percaya Allah untuk di beri sebuah amanah, sebuah janin berada di dalam perutnya.Sedangkan pada hubungan lain, Demian mulai menerima Nirmala dalam kehidupannya. Mereka mulai menjalin hubungan. Meskipun sedikit kaku. Demian tidak mau salah dalam memperlakukan wanita lagi, kali ini dia akan lebih hati-hati. Untuk hubungan yang ketiga ini, dia mau menjadi hubungan terakhir. Wanita terakhir yang akan menemani hidupnya sampai akhir.Mereka kerap kali berlibur bersama bersama Rey dan Key, kedua anak itu juga mulai memanggil Nirmala dengan sebutan Momy. Untuk pasangan ke yang paling sad, Rebecca masih bersikukuh dal
Kita temui satu orang lain. Seorang pria yang telah merelakan istri dan putrinya semata wayang memilih keluar lain.Pria itu duduk di kursi besarnya. Dia menatap keramaian jalanan kota besar dari salah satu gedung pencakar langit, tempat perusahaannya didirikan."Sudah mendapatkan informasi,?" tanya Dion menatap sekertarisnya."Maaf Tuan Dion, kami masih belum bisa menemukan keberadaan Nona Rebecca. Bahkan Tuan Demian juga tidak tau dimana keberadaannya." Sekertaris itu menundukkan kepalanya.Sudah satu tahun ini mereka mencari sosok Wanita yang sukses membuat Tuan mudanya hancur. Untungnya ada beberapa karyawan yang bisa di andalkan, jadi perusahaan ini tidak sampai bangkrut.Sejak dia memutuskan untuk pergi. Dion menyesal karena mengingat Rebecca saat itu. Harusnya dia bawa paksa wanita itu bila tau kejadiannya akan seperti ini.Tak selang berapa lama, salah satu sekertaris masuk kedalam ruangan Dion. Wajahnya cerah secerah mentari yang saat ini berada tepat di atas mereka."Tuan, s
Di tempat berbeda mobil Demian berhenti di depan sekolah Rey dan Key, seperti hari-hari sebelumnya Dia akan berangkat kerja setelah kedua anaknya itu masuk ke sekolah.Untungnya Revan dan Flora berbaik hati padanya, mengizinkan dua anak itu untuk tinggal bersamanya. Tidak ada hal yang paling indah di hidupnya selain ini.Mobil Demian melaju pergi meninggalkan sekolah dan menuju tempat kerjanya. Saat ini dia membuka rumah makan di pusat kota, setahun ini dia memiliki empat cabang rumah makan yang tersebar di setiap sudut kota.Meskipun tidak sejaya dulu, Demian bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang. Hidupnya lebih tenang tanpa rasa iri dan dendam yang tersimpan di hati.Terkadang dia juga teringat akan Rebecca, sang istri yang jujur, dia masih mencintainya. Di tambah lagi dengan bayi yang dia bawa. Pria itu tau kalau anak itu memang bukan darah dagingnya. Tapi kenyataannya, dia juga ikut andil bukan? Saat itu dia akui sangat sakit hati pada Wanita itu. Sikapnya yang merahasiaka
Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan. Seorang wanita sedang sibuk dengan laptopnya. Di sampingnya ada seorang bayi yang tertidur nyenyak.Saat ini dia tidak mempunyai sandaran hidup. Yang bisa dia andalkan hanyalah dirinya sendiri. Sisa tabungannya pun sudah terkikis.Hal ini membuatnya memutar otak, hobinya yang sering membaca novel online membuat Rebecca memutuskan untuk mendalami hobi tersebut, di tambah dengan belajar membuat jajanan pasar.Sebenarnya dia ingin pergi bekerja, tapi Lydora masih sangat kecil tidak memungkinkan untuknya pergi.Di zaman serba modern ini, online adalah pilihan terbaik. Dia bisa mengurus Lydora dan juga mencari uang. Awalnya dia membaca di sebuah platform novel dengan bertabur koin yang bisa di tukar dengan pundi-pundi rupiah. Meskipun tidak banyak, dia bersyukur bisa membeli kebutuhan dapur.Jangan tanya bagaimana kehidupan Rebecca sekarang. Dia belajar untuk hidup sederhana dan bersyukur dengan apa yang dia dapat hari ini.Bila du
Mentari pagi bersinar terang, Key dan Rey baru saja membuka mata. Di sampingnya mereka ada seorang pria yang tertidur dengan damai.Keduanya menatap lekat sosok tampan yang masih terlelap itu. Mereka sangat merindukannya. Tapi apalah daya, perasaan Momy mereka jauh lebih penting untuk di jaga.Mereka ingin sekali bertemu Dadynya, sayangnya peristiwa kemarin membuat mereka mendewasa sebelum usia.Apapun yang mereka inginkan harus melihat situasi mood sang Momy. Mereka kerap kali melihat sang Momy menangis, jadi tidak mau melukainya lagi.Demian mengucek matanya, pria itu mulai membuka mata. Tanpa seutas senyum tipis menghiasi wajah tampannya.Luka yang tadinya menganga kini sembuh seketika, kehadiran dua malaikat kecil ini telah merubah segalanya."Sudah bangun?" tanya Demian mengelus wajah imut Key dan Rey.Dua anak yang sedang menatap Demian mengangguk pelan. Mereka tersenyum kecil ketika melihat Dadynya bangun."Bagaimana tidurnya Dad, apakah nyenyak?" tanya Key melempar senyum."Se
Sampai di rumah, Flora menghempaskan tubuhnya di sofa. Sementara Revan melangkah menuju dapur untuk mengambil dua gelas air putih."Minum, kau sudah banyak mengeluarkan air. Kau bisa dehidrasi," ucap Revan mengulurkan segelas air putih."Itu semua karena mu, kenapa kau mengizinkan mereka tinggal. Kita tidak tau apa yang akan di lakukan Demian. Kalau sampai dia di hasut bagaimana?" ucap Flora khawatir.Dari ujung tangga, Lidya menyambut kedatangan Flora dan Revan. Kepalanya celingukan mencari dia sosok mungil yang menggemaskan."Dimana cucu-cucu ku?" tanya Lidya menatap pintu.Flora menghela napas panjang, dia menghentakkan kakinya menaiki tangga dan melangkah menuju kamar. Di sana Flora segera membuka baju dan berendam air hangat di bathtub.Sementara Revan di lantai bawah, dia sedang membujuk Mama mertuanya. Dia tau betapa Lidya membenci Demian, kalau dia tau saat ini cucunya ada di sana. Tanpa menunggu lama, wanita paruh baya itu akan menjemput mereka."Mama mau cucu baru nggak?" ta
Flora dan Revan berdiri di ambang pintu, mereka melangkah mendekat saat melihat Demian menangis sesenggukan. Flora melempar pandangan ke arah Revan, menunggu persetujuan untuk membantu pria tersebut. Melihat Pria yang berdiri di sampingnya mengangguk membuat Flora memberanikan diri untuk mendekat."Kita duduk dulu yuk," ucap Flora membantu Demian bangun dan menuntunnya duduk di sofa diikuti oleh kedua anaknya."Adek Lydora sedang pergi ke rumah neneknya, Dady sedih karena tinggal sendirian di rumah ini. Kalian mau menemani Dady di rumah?" ucap Demian menatap Rey dan Key bergantian.Flora duduk di samping Key di susul oleh Revan yang duduk di sebelahnya. Pria itu menggenggam erat tangan Flora, seolah menunjukkan kalau sang mantan suami tidak bisa mengganggu hubungan mereka.Flora mengelus pucuk kepala Key, ingin sekali dia menolak permintaan Demian. Tapi wajah Rey dan Key bertolak belakang."Key dan Rey mau tinggal di sini?" tanya Revan menatap kedua anaknya.Rey dan Key mengangguk se
Seorang wanita berjalan di trotoar, dia menggendong seorang bayi yang di tutup oleh selimut tebal. Bayi itu sudah tidak pucat lagi. Butuh perawatan khusus karena dia memaksa untuk menyelesaikan rawat inap bayi tersebut."Nak, Bunda janji akan merawat mu dengan baik. Kita pasti bisa tanpa Dady Demian dan Ayah Dion." Rebecca mendekap erat putrinya.Wanita itu merogoh posnelnya dan membuka satu chat dengan seseorang. Dia sana terdapat alamat tempat dimana dirinya membeli sebuah rumah.Dia ingin memulai kehidupan baru tanpa Bebena hidup dan fokus untuk membesarkan Putrinya. Kenangan Demian dan Dion akan dia tutup rapat.Rebecca melambaikan tangan saat melihat taxi yang melintas. Tanpa membuang waktu dia segera naik saat taxi berhenti tepat di hadapannya.Mobil warna biru itu melaju ketempat tujuan. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit merek sampai di depan rumah yang cukup sederhana.Rebecca membayar taxi dan melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Rumah itu adalah rumah asri denga
Flora memungut bajunya yang berserakan di lantai. Air matanya terus mengali di pipi. Dia tidak menyangka pria yang dinikahi kemarin memiliki sifat kasar seperti ini.Wanita itu memakai bajunya satu persatu dan mulai merapikan riasan makeup nya. Sementara di sofa, Revan masih berbaring dengan tubuh polosnya itu.Pria itu menatap sang istri yang masih sesenggukan, perlahan Revan bangkit dan memeluk Flora dari belakang."Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti ini. Kau bisa pergi dariku bila hatimu masih belum bisa menerimaku," ucap Revan lembut."Aku tidak ingin mendengarkan apapun saat ini, cepat pakai bajumu," ucap Flora melepas tangan Revan.Untung saja di dalam ruangan terdapat kamar mandi, jadi dia tidak perlu repot-repot keluar ruangan untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi para karyawan saat melihatnya seperti ini. Revan segera meraih baju dan masuk ke kamar mandi. Sementara Flora segera membersihkan tisu yang berserakan dan beberapa benda yang te