Flora mengayunkan langkahnya masuk ke dalam kamar bernuansa biru muda itu. Foto dan semua barangnya masih tertata rapi di tempat masing-masing. Dia tak menyangka Mamanya masih merawat kamar ini. Kaki Flora berhenti di depan meja rias. Sedetik Flora menatap pantulan wajahnya.Bayangan pertengkarannya dengan sang mantan suami tiba-tiba terlintas begitu saja. Mungkin benar apa kata Demian, dia terlalu mementingkan egonya sendiri.Flora terkejut saat sebuah tangan menepuk pundaknya."Mama," ucap Flora ketika melihat wanita paruh baya itu menuntunnya duduk.Flora dan Lidya duduk di kasur empuk berbalutkan seprai berwarna senada dengan tembok. Wanita paruh baya itu menatap lekat buah hatinya yang dulu pernah dia usir.Dia tidak menyangka putri kecilnya bisa menaklukkan dunia. Dulunya dia merasa cemas karena keterbatasan pasangan yang di pilihnya dulu."Setiap rumah tangga pasti mengalami ujian Sayang, percayalah. Semua luka itu akan terhapus dengan seiring berjalannya waktu." Lidya membela
Mentari pagi bersinar terang. Tidak terasa Flora sudah dua hari tinggal bersama sang Mama. Kehadiran Lidya dalam kehidupan Rey dan Key membuat mereka sedikit melupakan rasa rindu pada sang Dady.Seperti saat ini, Key dan Rey sedang berenang bersama dengan Lidya. Tawa riang bergema di rumah mewah yang sudah lama begitu sepi.Senyum bahagia tak hentinya menghiasi wajah tua si Mbok yang selama ini tau bagaimana tersiksanya Lidya."Non nggak main bareng sama anak-anak?" tanya si Mbok saat melihat Flora hanya duduk di tepi kolam renang."Nggak Mbok, saya di sini aja," jawab Flora singkat."Mau Mbok bikinin pempek?" tanya si Mbok menatap Flora.Flora mendongakkan pandangan. Dia menatap lekat wajah tua yang mulai di penuhi keriput. Wajah itu masih sama teduhnya. Hanya garis halus yang sedikit membedakan."Mbok masih ingat kalau aku saya suka Pempek?" Flora tersenyum kecil."Iyalah, kan itu ..." ucapan Si Mbok terpotong.Flora tau apa yang akan si Mbok katakan. Dia juga masih ingat bagaimana
Mendengar suara orang di ujung sambungan membuat rohnya meninggalkan jasad sesaat. Mata Flora terbelalak, tanpa sengaja dia menjatuhkan benda pipih itu kedalam air."Ada apa Nak?" tanya Lidya cemas.Kaki Flora mendadak lemas sehingga dia merosot ke lantai dengan mata yang berkaca-kaca. Perlahan dia mendongakkan kepala menatap sang Mama."Demian, Maa," ucap Flora dengan bibir bergetar.Lidya menoleh ke belakang sesaat. Mengecek di mana posisi Cucunya. Melihat Flora bertingkah demikian, sepertinya ini adalah kabar buruk.Melihat situasi aman. Cucunya masih sibuk dengan air kolam."Demian kenapa?" tanya Lidya menggenggam tangan Flora."Di-dia kecelakaan. Saat ini kondisinya kritis," jawab Flora dengan air mata yang berlinang.Lidya memeluk Flora dan mencoba menguatkan. Tanpa Flora jawab dia masih melihat dengan jelas bagaimana cinta masih bersemayam di sana."Bersiaplah, Anak-anak biar sama Mama," ucap Lidya."Tapi Maa, Rebecca," ucap Flora ragu."Mama yakin dia akan mengerti posisimu,"
Rebecca duduk di samping sang suami. Dia menatap lekat paras tampan yang saat masih tidak sadarkan diri.Kepalanya di balut perban yang sedikit ternoda dengan warna merah. Kaki dan tangannya di pasang gips. Tidak hanya itu, beberapa bagian wajahnya juga mengalami memar.Angan Rebecca melayang ke menit yang lalu. Saat dimana seorang pria yang tiba-tiba menghubunginya setelah sekian lama menghilang.Yang paling menyebalkan adalah saat pria itu dengan entengnya meminta bayi yang berada di rahimnya. Dasar pria gila, jangankan merawat seorang bayi. Dia merawat dirinya sendiri saja tidak bisa.Apa yang dia katakan pada Demian saat pria itu nantinya akan muncul di hadapannya? Mungkinkah dia mengakui semuanya? Tidak, Rebecca masih tidak rela melepas pria sebaik Demian.Dia tau dan sadar. Selama ini yang memicu pertengkaran adalah dirinya. Dia takut kalau bayang-bayang Flora tidak bisa Suaminya lupakan.Dengan lembut Dia meraih tangan Demian dan mengecupnya perlahan. Buliran air mata bening mu
Karena tiga hari cuti, tugas Flora di kantor mulai menumpuk. Dia memutuskan untuk pulang kembali ke rumah dan menitipkan kedua buah hatinya pada Mamanya.Untung saja Sang Mama bisa memberi kasih sayang tulus melihat dulunya dia sangat membenci Demian.Flora bersyukur, setidaknya anak-anak memiliki tempat nyaman untuk berbagi cerita. Saat ini dia memilih lebih fokus pada dirinya sendiri untuk menyembuhkan luka."Mama, Aku balik lagi ke Jakarta ya Maa. Titip Anak-anak," ucap Flora saat benda pipih nya menempel di telinga."Iya Sayang, Mama akan jaga anak-anak. Fokuslah dengan pekerjaan mu," jawab Lidya."Makasih Maa, bye." Flora memutus sambungan.Ingatannya kembali pada masa lalu. Masa di mana Demian baru saja menginjakan kakinya ke rumah. Di sana Mama dan Papanya menolak mentah-mentah kehadiran pria itu.Sumpah serapah yang di ucapkan Mamanya begitu menusuk uli hatinya."Kau tau Demian, Mama sudah merestui hubungan kita? Kenapa kau malah pergi memilih wanita lain?" ucap Flora lirih."
Demian mengernyitkan matanya. Dia melempar pandangan ke segala arah. Ruangan dengan nuansa putih, di tambah lagi aroma khas obat. "Mas, aku panggilkan Dokter ya," ucap Rebecca bangkit dari kursinya dan berlari keluar ruangan."Astaga, apa aku salah lihat? Sejak kapan sikapnya manis seperti ini," ucap Demian berusaha bangun.Sayangnya dia tidak bisa melakukan hal itu. Memar di tubuh akibat kecelakaan mempersempit gerakannya. Tak lama kemudian datang seorang Dokter. Tampak Rebecca berjalan di belakang sambil menampakkan wajah khawatir.Dokter segera memeriksa Demian. Sepuluh menit pemeriksaan, dokter menyatakan kalau Demian sudah sadar dari obat bius yang di masukkan beberapa jam yang lalu.Cedera di kepalanya membuat pria itu mendapat beberapa jahitan. "Jangan banyak gerak dulu ya Pak, Ibu tidak perlu khawatir, Pak Demian sudah sadar. Nanti ada suster yang memberi Bapak obat lagi untuk pereda rasa nyeri," ucap Sang Dokter melempar pandangan ke Demian dan Rebecca bergantian.Dokter t
Tampak warna kemerahan melukis langit kelam. Hawa dingin tak membuat wanita cantik yang berada di dalam selimut itu segera beranjak dari kasurnya.Semalam dia cukup lelah dan tertidur larut malam. Tubuhnya masih merasakan letih setelah perjalanan yang cukup jauh.Suara dering ponsel membuat tidurnya terganggu, dengan malam wanita itu meraba-raba kasur dan mencari benda pipih yang sedari tadi mengganggu tidurnya.Saat benda itu sudah di raihnya, perlahan wanita itu membuka mata."Astaga, ini masih pagi loh!" ucap Flora kesal.Dia tidak menyangka mengapa pria ini selalu mengusiknya dengan perhatian yang lebih bisa di katakan lebay.Padahal dia sudah mengatakan berulang kali untuk tidak mendekatinya lagi. Tapi kenyataannya jauh berbeda.Karena rasa tidak enakan. Flora dengan malas menggeser tombol hijau ke atas."Halo?" jawab Flora dengan suara serak khas bangun tidur."Maaf Flo, mengganggu pagi-pagi buta seperti ini. Hanya memastikan kalau kau sudah sampai rumah dengan selamat," ucap Re
Matahari pagi mulai menerangi bumi. Beberapa orang mulai sibuk untuk melakukan aktivitas mereka. Tidak ketinggalan dengan Flora. Ucapan Mbok tadi pagi membuat mata dan pemikirannya terbuka lebar.Dia memang salah. Selama ini tidak pernah menghormati Demian sebagai suami. Akan tetapi setiap orang bisa berubah. Semua diberi kesempatan yang sama. Hanya bedanya terdapat pada niat masing-masing.Wajah Flora tampak cerah dan bersinar. Di tambah dengan hijab yang membingkai wajahnya.Dia masih duduk di depan meja rias menatap pantulan wajah cantiknya. Sepertinya dia sedikit ragu dengan perubahannya yang signifikan ini.Apa kata orang kantor bila melihat perubahannya seperti ini. Bukankah pria di dunia ini bukan cuma Demian. Dia merasa terlalu berlebihan.Namun ucapkan Si Mbok tadi pagi membuat hatinya sedikit terketuk. Kalau tidak memulai, kita tidak akan tau apa yang akan terjadi kedepannya bukan.Dengan ragu dia meraih tas dan melangkah menuruni tangga. Berulang kali tangannya membenarkan
Hubungan Revan dan Flora sudah di restui oleh Risa. Melihat putranya serius dan bersi kukuh membuat dia tidak bisa melakukan apapun.Revan adalah anak tunggal, jadi mau bagaimana pun dia akan tetap menjadi pewaris tunggal kekayaan Risa. Kehidupan mereka kini menjadi lebih baik dan bahagia.Kabar baik juga datang dari mereka, di ulang tahun pertama pernikahannya. Flora telah di percaya Allah untuk di beri sebuah amanah, sebuah janin berada di dalam perutnya.Sedangkan pada hubungan lain, Demian mulai menerima Nirmala dalam kehidupannya. Mereka mulai menjalin hubungan. Meskipun sedikit kaku. Demian tidak mau salah dalam memperlakukan wanita lagi, kali ini dia akan lebih hati-hati. Untuk hubungan yang ketiga ini, dia mau menjadi hubungan terakhir. Wanita terakhir yang akan menemani hidupnya sampai akhir.Mereka kerap kali berlibur bersama bersama Rey dan Key, kedua anak itu juga mulai memanggil Nirmala dengan sebutan Momy. Untuk pasangan ke yang paling sad, Rebecca masih bersikukuh dal
Kita temui satu orang lain. Seorang pria yang telah merelakan istri dan putrinya semata wayang memilih keluar lain.Pria itu duduk di kursi besarnya. Dia menatap keramaian jalanan kota besar dari salah satu gedung pencakar langit, tempat perusahaannya didirikan."Sudah mendapatkan informasi,?" tanya Dion menatap sekertarisnya."Maaf Tuan Dion, kami masih belum bisa menemukan keberadaan Nona Rebecca. Bahkan Tuan Demian juga tidak tau dimana keberadaannya." Sekertaris itu menundukkan kepalanya.Sudah satu tahun ini mereka mencari sosok Wanita yang sukses membuat Tuan mudanya hancur. Untungnya ada beberapa karyawan yang bisa di andalkan, jadi perusahaan ini tidak sampai bangkrut.Sejak dia memutuskan untuk pergi. Dion menyesal karena mengingat Rebecca saat itu. Harusnya dia bawa paksa wanita itu bila tau kejadiannya akan seperti ini.Tak selang berapa lama, salah satu sekertaris masuk kedalam ruangan Dion. Wajahnya cerah secerah mentari yang saat ini berada tepat di atas mereka."Tuan, s
Di tempat berbeda mobil Demian berhenti di depan sekolah Rey dan Key, seperti hari-hari sebelumnya Dia akan berangkat kerja setelah kedua anaknya itu masuk ke sekolah.Untungnya Revan dan Flora berbaik hati padanya, mengizinkan dua anak itu untuk tinggal bersamanya. Tidak ada hal yang paling indah di hidupnya selain ini.Mobil Demian melaju pergi meninggalkan sekolah dan menuju tempat kerjanya. Saat ini dia membuka rumah makan di pusat kota, setahun ini dia memiliki empat cabang rumah makan yang tersebar di setiap sudut kota.Meskipun tidak sejaya dulu, Demian bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang. Hidupnya lebih tenang tanpa rasa iri dan dendam yang tersimpan di hati.Terkadang dia juga teringat akan Rebecca, sang istri yang jujur, dia masih mencintainya. Di tambah lagi dengan bayi yang dia bawa. Pria itu tau kalau anak itu memang bukan darah dagingnya. Tapi kenyataannya, dia juga ikut andil bukan? Saat itu dia akui sangat sakit hati pada Wanita itu. Sikapnya yang merahasiaka
Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan. Seorang wanita sedang sibuk dengan laptopnya. Di sampingnya ada seorang bayi yang tertidur nyenyak.Saat ini dia tidak mempunyai sandaran hidup. Yang bisa dia andalkan hanyalah dirinya sendiri. Sisa tabungannya pun sudah terkikis.Hal ini membuatnya memutar otak, hobinya yang sering membaca novel online membuat Rebecca memutuskan untuk mendalami hobi tersebut, di tambah dengan belajar membuat jajanan pasar.Sebenarnya dia ingin pergi bekerja, tapi Lydora masih sangat kecil tidak memungkinkan untuknya pergi.Di zaman serba modern ini, online adalah pilihan terbaik. Dia bisa mengurus Lydora dan juga mencari uang. Awalnya dia membaca di sebuah platform novel dengan bertabur koin yang bisa di tukar dengan pundi-pundi rupiah. Meskipun tidak banyak, dia bersyukur bisa membeli kebutuhan dapur.Jangan tanya bagaimana kehidupan Rebecca sekarang. Dia belajar untuk hidup sederhana dan bersyukur dengan apa yang dia dapat hari ini.Bila du
Mentari pagi bersinar terang, Key dan Rey baru saja membuka mata. Di sampingnya mereka ada seorang pria yang tertidur dengan damai.Keduanya menatap lekat sosok tampan yang masih terlelap itu. Mereka sangat merindukannya. Tapi apalah daya, perasaan Momy mereka jauh lebih penting untuk di jaga.Mereka ingin sekali bertemu Dadynya, sayangnya peristiwa kemarin membuat mereka mendewasa sebelum usia.Apapun yang mereka inginkan harus melihat situasi mood sang Momy. Mereka kerap kali melihat sang Momy menangis, jadi tidak mau melukainya lagi.Demian mengucek matanya, pria itu mulai membuka mata. Tanpa seutas senyum tipis menghiasi wajah tampannya.Luka yang tadinya menganga kini sembuh seketika, kehadiran dua malaikat kecil ini telah merubah segalanya."Sudah bangun?" tanya Demian mengelus wajah imut Key dan Rey.Dua anak yang sedang menatap Demian mengangguk pelan. Mereka tersenyum kecil ketika melihat Dadynya bangun."Bagaimana tidurnya Dad, apakah nyenyak?" tanya Key melempar senyum."Se
Sampai di rumah, Flora menghempaskan tubuhnya di sofa. Sementara Revan melangkah menuju dapur untuk mengambil dua gelas air putih."Minum, kau sudah banyak mengeluarkan air. Kau bisa dehidrasi," ucap Revan mengulurkan segelas air putih."Itu semua karena mu, kenapa kau mengizinkan mereka tinggal. Kita tidak tau apa yang akan di lakukan Demian. Kalau sampai dia di hasut bagaimana?" ucap Flora khawatir.Dari ujung tangga, Lidya menyambut kedatangan Flora dan Revan. Kepalanya celingukan mencari dia sosok mungil yang menggemaskan."Dimana cucu-cucu ku?" tanya Lidya menatap pintu.Flora menghela napas panjang, dia menghentakkan kakinya menaiki tangga dan melangkah menuju kamar. Di sana Flora segera membuka baju dan berendam air hangat di bathtub.Sementara Revan di lantai bawah, dia sedang membujuk Mama mertuanya. Dia tau betapa Lidya membenci Demian, kalau dia tau saat ini cucunya ada di sana. Tanpa menunggu lama, wanita paruh baya itu akan menjemput mereka."Mama mau cucu baru nggak?" ta
Flora dan Revan berdiri di ambang pintu, mereka melangkah mendekat saat melihat Demian menangis sesenggukan. Flora melempar pandangan ke arah Revan, menunggu persetujuan untuk membantu pria tersebut. Melihat Pria yang berdiri di sampingnya mengangguk membuat Flora memberanikan diri untuk mendekat."Kita duduk dulu yuk," ucap Flora membantu Demian bangun dan menuntunnya duduk di sofa diikuti oleh kedua anaknya."Adek Lydora sedang pergi ke rumah neneknya, Dady sedih karena tinggal sendirian di rumah ini. Kalian mau menemani Dady di rumah?" ucap Demian menatap Rey dan Key bergantian.Flora duduk di samping Key di susul oleh Revan yang duduk di sebelahnya. Pria itu menggenggam erat tangan Flora, seolah menunjukkan kalau sang mantan suami tidak bisa mengganggu hubungan mereka.Flora mengelus pucuk kepala Key, ingin sekali dia menolak permintaan Demian. Tapi wajah Rey dan Key bertolak belakang."Key dan Rey mau tinggal di sini?" tanya Revan menatap kedua anaknya.Rey dan Key mengangguk se
Seorang wanita berjalan di trotoar, dia menggendong seorang bayi yang di tutup oleh selimut tebal. Bayi itu sudah tidak pucat lagi. Butuh perawatan khusus karena dia memaksa untuk menyelesaikan rawat inap bayi tersebut."Nak, Bunda janji akan merawat mu dengan baik. Kita pasti bisa tanpa Dady Demian dan Ayah Dion." Rebecca mendekap erat putrinya.Wanita itu merogoh posnelnya dan membuka satu chat dengan seseorang. Dia sana terdapat alamat tempat dimana dirinya membeli sebuah rumah.Dia ingin memulai kehidupan baru tanpa Bebena hidup dan fokus untuk membesarkan Putrinya. Kenangan Demian dan Dion akan dia tutup rapat.Rebecca melambaikan tangan saat melihat taxi yang melintas. Tanpa membuang waktu dia segera naik saat taxi berhenti tepat di hadapannya.Mobil warna biru itu melaju ketempat tujuan. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit merek sampai di depan rumah yang cukup sederhana.Rebecca membayar taxi dan melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Rumah itu adalah rumah asri denga
Flora memungut bajunya yang berserakan di lantai. Air matanya terus mengali di pipi. Dia tidak menyangka pria yang dinikahi kemarin memiliki sifat kasar seperti ini.Wanita itu memakai bajunya satu persatu dan mulai merapikan riasan makeup nya. Sementara di sofa, Revan masih berbaring dengan tubuh polosnya itu.Pria itu menatap sang istri yang masih sesenggukan, perlahan Revan bangkit dan memeluk Flora dari belakang."Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti ini. Kau bisa pergi dariku bila hatimu masih belum bisa menerimaku," ucap Revan lembut."Aku tidak ingin mendengarkan apapun saat ini, cepat pakai bajumu," ucap Flora melepas tangan Revan.Untung saja di dalam ruangan terdapat kamar mandi, jadi dia tidak perlu repot-repot keluar ruangan untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi para karyawan saat melihatnya seperti ini. Revan segera meraih baju dan masuk ke kamar mandi. Sementara Flora segera membersihkan tisu yang berserakan dan beberapa benda yang te