“Anda baik-baik saja, tuan?” Pria itu bertanya sambil memandangi Cruz yang sejak tadi terdiam sambil menatap keluar jendela sambil melamun. Sudah selama berjam-jam dia melakukan itu sejak terakhir kali mereka menangkap Johan.
“Aku hanya sedang memikirkan mengenai surat yang aku kirimkan. Kira-kira, apakah Carla sudah menerimanya, ya?”
“Ah, saya kira anda kenapa. Tidak perlu mencemaskan mengenai hal itu. Saya sudah mengatasi semuanya dan menjalankan semua perintah anda sesuai dengan keinginan anda. Semuanya aman terkendali, jadi tidak ada yang perlu anda cemaskan.”
“Bukan itu maksudku. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana reaksinya kalau tahu aku pergi tanpa pamit terlebih dulu padanya. Dia past
“T-tuan duke… ada gerangan apa anda mengunjungi kediam saya?” tanya Johan dengan suara terbata dan gemetar. Enrique memandanginya tanpa berkata apa-apa sebelum akhirnya mencoba mengintip ke dalam rumah. Menyadari hal itu, Johan bergegas membuka pintu lebih lebar dan meminta Enrique untuk masuk ke dalam rumahnya. “Si-silahkan masuk, tuan…”Enrique lagi-lagi tidak menjawab kalimatnya dan langsung melangkah masuk ke dalam rumahnya. Beberapa anak buahnya juga ikut melangkah masuk bersamanya. Johan sempat beradu tatap dengan salah satu anak buah Enrique dan dari tatapan menakutkan mereka saja sudah cukup untuk membuat Johan gemetar. Enrique mengambil duduk di salah satu kursi yang ada. Kedua mata pria itu mengedar, menatap sekeliling rumahnya dengan wajah serius. Johan yang melihat itu hanya bisa diam dengan berbagai pertanyaan yang langsung menyerbu pikiranny
“Benar apa yang tuan katakan kalau saya tadi baru saja bertemu dengan tuan marquis Spencer.”“Apa yang kalian bicarakan?”“Kami tidak membicarakan apa-apa, tuan. Saya bertemu dengan beliau hanyalah sebuah kebetulan. Tadi tiba-tiba saja ada beberapa orang yang datang dan menyeret saya pergi, mereka adalah penagih utang, dan mereka berusaha untuk membawa saya pergi, tapi tuan marquis langsung datang dan menyelamatkan saya,” jelas Johan. Dalam hatinya, lelaki itu berharap bahwa Enrique akan percaya pada kebohongan yang dibuatnya. Enrique terdiam tanpa kata, menatap lekat kedua mata Johan dengan penuh selidik, seolah sedang mencari celah kebenaran lewat sorot matanya.“Kau yakin hanya itu saja? Kau tidak sedang membohongiku kan?”
Carla terdiam sambil merebahkan tubuhnya pada kursi yang tengah dia duduki. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamarnya tempat dimana dirinya berada. Sudah beberapa hari berlalu semenjak terakhir kali dia bertemu dengan Cruz, dan selama beberapa hari itu, Cruz sama sekali belum kembali sampai sekarang. Carla awalnya menganggap ketidakhadirannya sebagai keuntungan baginya karena dia pikir dengan tidak adanya Cruz, Carla jadi bisa pergi keluar rumah untuk mencari informasi yang mungkin bisa membantunya menemukan cara untuk bisa kembali ke tempat asalnya. Tapi ternyata apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya, karena walaupun Cruz tidak ada di rumah, dia tetap tidak bisa pergi kemana-mana. Para penghuni rumah itu sama sekali tidak memberikannya izin untuk pergi, bahkan mereka jadi lebih sering mengawasinya hanya untuk memastikan Carla tidak mencoba untuk melarikan diri.
Kereta yang mereka tumpangi itu lantas berhenti tepat di depan halaman kediaman keluarga Spencer. Cruz bergegas melangkah turun dari dalam keretanya dengan diikuti oleh lelaki yang selama beberapa hari ini menemaninya dalam perjalanan bisnis. Lelaki yang menjadi orang kepercayaannya itu sudah bersiap membawakan semua barang bawaan mereka. Sementara itu, beberapa orang pelayan dan maid yang bekerja di rumahnya sejak tadi sudah berdiri menantinya di depan sana. Begitu Cruz turun, mereka semua langsung membungkuk, memberikan hormat padanya yang baru saja pulang.“Kau langsung bawa semuanya keluar lalu perintahkan pelayan untuk mengantarkannya ke kamarku,” ujarnya pada lelaki itu.“Baik, tuan.”Perhatian Cruz beralih pada maid yang sejak awal dipercayanya
“Cruz?” Carla membelalakan mata, dia terkejut melihat lelaki itu mendadak muncul dari balik pintu kamarnya.“Ca-Carla…” Cruz sama terkejutnya dengan Carla. Lelaki itu sungguh mengira kalau wanita itu sudah tertidur. Menyadari hal itu, Cruz bergegas menyembunyikan kotak yang dibawanya di belakang punggungnya. Cruz tadinya berniat untuk datang melihat Carla sambil menaruh kado yang dia beli, setelah itu pergi tanpa mengganggu tidurnya. Tapi diluar dugaan, Carla ternyata belum tidur, dan yang lebih sialnya lagi wanita itu memergokinya berusaha memasuki kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Carla yang melihat Cruz bergegas melangkah turun dari ranjang dan segera menghampirinya. “Kau sudah pulang? Kapan kau tiba?”“Aku baru saja tiba,” jawab Cruz yang berusaha untuk tetap tenang. Pria itu langsung melangkah masuk dengan posisi tangan yang masih menggenggam kotak had
Cruz terdiam dengan wajah merona. Sejak tadi dia jadi tidak bisa tidur sama sekali, apalagi setelah melihat sendiri reaksi Carla begitu dia memberikan hadiah itu padanya. Dia terus terbayang-bayang dengan wajah cantiknya ketika tersenyum senang mendapatkan hadiah pemberiannya. Dia begitu cantik ketika tersenyum seperti itu…*Sosok itu terdiam. Dia mengintip lewat pintu beranda kamar tempat dimana Carla berada. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia lalu melangkah masuk ke dalam sana dan berdiri di dekat ranjang tempatnya terbaring. Sekali lagi sosok itu termangu memandangi wajah Carla yang kini terpejam di dalam kamarnya.Lelaki itu sudah memberikan hadiahnya, aku yakin Carl
“Ini adalah barang paling berharga yang pernah nenek miliki, dan ini adalah kalung turun-temurun. Nenek harap kau bisa menjaganya dengan baik.” Wanita itu memberikan kalung dengan permata indah tergantung di sana. Terlihat sangat cantik dan antik, seolah tidak ada kalung lain yang dapat menyaingi benda itu. Carla meraih benda itu dan menggenggamnya, dia menatapnya lekat. Sungguh sebuah kalung yang akan dijaganya sebaik mungkin.“Tuan putri?” Susan memanggilnya sekali lagi, membuyarkan lamunannya. Carla tersadar, bayangan tentang kejadian itu langsung lenyap begitu saja bersamaan dengan kesadarannya yang baru saja kembali.“Anda baik-baik saja, tuan putri?” tanya Hélie dengan wajah cemas. Carla masih berusa
Hening. Tidak ada sepatah katapun yang terlontar dari bibir mereka masing-masing. Yang ada hanyalah keheningan sejak terakhir kali mereka bicara. Hal ini membuat situasi terasa ambigu dan canggung untuk keduanya. Terlebih mereka sudah lama tidak bertemu. Karena tidak tahu harus berbicara apa, Carla akhirnya malah memutuskan untuk diam dan mencoba menikmati hidangan sarapan yang dibuatkan oleh kepala koki pagi itu.Cruz melirik Carla lewat ujung bulu mata lentiknya, memperhatikan sosok wanita yang terduduk dengan tenangnya sambil menikmati setiap potongan sarapan yang ada di hadapannya. “Ehem.”Cruz berdehem pelan. Mencoba mengambil momen untuk bicara agar bisa mencairkan atmosfer beku di antara mereka. “Aku ingin meminta maaf atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Terakhir kali kita mengobrol, kita malah saling
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny