Di dalam kamar penginapan yang hangat dan tenang, Carla dan Cruz duduk di sofa empuk yang ada. Untuk sesaat mata mereka saling bertemu; saling pandang dengan raut wajah bingung dalam percikan cahaya lilin yang lembut. Di atas meja yang ada di hadapan mereka terhampar hidangan mewah yang tak pernah mereka pesan. Mereka bertanya-tanya kenapa pelayan yang baru saja datang itu membawa begitu banyak hidangan ke kamar mereka, lalu menaruhnya begitu saja di atas meja.
“Apa maksud dari semua ini?” tanya Cruz dengan wajah bingung.
“Kami sama sekali tidak pernah memesan semua hidangan ini.” Carla menambahkan.
“Ini adalah hidangan dari manager hotel kami. Tuan Travis mengatakan bahwa beliau ingin membuat anda berdua merasa nyaman. Jadi beliau memberikan hidangan ini.”
Dalam kamar yang penuh dengan kehangatan lilin temaram, entah kenapa situasinya berubah menjadi nuansa romantis. Mereka duduk bersama, terhanyut dalam melodi dan suasananya yang romantis. Sisa cahaya senja masih menyelinap masuk melalui jendela, menciptakan siluet indah di balik tirai tipis. Mereka saling memandang, keintiman terasa dalam setiap tatapan. "Kau tahu, aku merasa begitu terhubung denganmu sejak pertama kali kita bertemu."Cruz tersenyum sambil mencium lembut punggung tangan Carla. "Aku juga merasakannya. Seperti ada magnet yang menarik kita bersama."Saat itu, ruangan dipenuhi oleh ketegangan yang mendalam, dan keinginan saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Cruz menggenggam wajah Carla dengan penuh kelembutan, menyisir rambutnya dengan ujung jarinya. "Ada kecantikan yang begitu alami dalam dirimu, seperti bunga yang mekar di antara rerumputa
Carla terdiam sambil berusaha untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba terasa sesak. Entah kenapa melihat semua pemandangan ini seolah membuatnya teringat akan sesuatu. Cruz yang berdiri di sampingnya menatap Carla dengan wajah cemas. Dengan sigap, pria itu memegangi bahunya guna memastikan Carla agar tidak terjatuh.“Kau yakin baik-baik saja?” tanya Cruz yang merasa Carla tidak akan bisa mengikuti acaranya hingga selesai.“Aku tidak apa-apa,” bisik Carla sambil mencoba untuk menguatkan dirinya.“Aku serius, kalau kau tidak kuat, lebih baik kita pergi dari sini. Aku tidak ingin kau terlalu memaksakan diri.” Cruz menatapnya dengan wajah serius. Carla mencoba untuk tetap tenang.“Aku baik-baik saja, Cruz. Lagipula tidak sopan kalau k
“Apa yang kita lakukan di sini?” Carla menatap lelaki itu dengan raut wajah bingung.“Aku ingin mengajakmu menemui keluargaku.”“Keluargamu?” Carla mengerutkan kening. Dia sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari ucapan pria dihadapannya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sejauh ini yang bisa dilihatnya hanyalah hamparan pemakaman yang berjejer dari ujung pintu masuk utama hingga ke jauh ke dalamnya.Pria itu menggenggam tangan Carla dan menuntunnya ke salah satu pemakaman yang posisinya tepat di tengah-tengah makam. Di sana, dia berdiri sambil memandangi dua makam yang berdampingan. “Ini adalah makam kedua orang tuaku.”Carla terdiam sambil menatap kedua makam itu. Tak
Ternyata hanya mimpi…, Carla menghela napas lega. Semua yang dialaminya barusan ternyata hanya sebuah mimpi belaka.“Carla?” Cruz masih menunggu penjelasannya.“Aku tidak apa-apa.” Carla mendorong pelan tubuh Cruz agar tidak terlalu dekat dengannya.“Tidak apa-apa bagaimana? Kau baru saja berteriak, dan itu membuatku benar-benar cemas. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kau bermimpi buruk lagi?”Carla termangu sambil mencoba mempertimbangkan apakah dia harus menceritakan semuanya pada Cruz atau tidak. Pasalnya mimpinya kali ini lebih menakutkan dan lebih aneh dari mimpi sebelumnya yang pernah dia alami. Selain itu, Carla sama sekali tidak bisa mengingat dengan jelas sosok pria dal
“Apakah ada yang sedang anda pikirkan, tuan putri?” Susan memandangi Carla dengan wajah bingung. Entah kenapa, sejak tadi dia melihat Carla seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya sampai-sampai membuatnya melamun tanpa henti. Sejak kepulangannya dari makam, Carla jadi terus kepikiran mengenai mimpi yang dialaminya saat di perjalanan pulang.“Aku hanya sedang kepikiran sesuatu.”“Apakah itu begitu mengganggu anda?”“Ya, sepertinya begitu,” balas Carla seadanya. “Omong-omong, Susan, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”“Anda tidak perlu meminta izin terlebih dahulu, jika pertanyaan anda memungkinkan untuk saya jawab, akan saya jawab.”
Brakk!Enrique menggebrak meja di hadapannya dengan cukup keras sampai membuat Darwin yang melihatnya tersentak kaget. Resah menyelimutinya sejak tadi, karena Enrique terus teringat kejadian di pemakaman ketika dia melihat Cruz, dan Carla yang tampak begitu dekat satu sama lain.Pokoknya aku harus bisa merebut Carla secepatnya! Aku tidak bisa membiarkannya terus bersama dengan Cruz. Bagaimanapun caranya; aku harus bisa membawa Carla kembali ke dalam pelukanku! Carla hanya milikku, dan Cruz tidak boleh sampai tahu rahasia identitas Carla yang sesungguhnya! Enrique mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Dia tidak bisa menerima semua ini. Jika terus dibiarkan, bisa-bisa Cruz mengetahui identitas Carla, dan kalau sampai itu terjadi, maka semuanya akan berantakan. Bahkan kalau Cruz mengetahui identitas Carla yang sesungguhnya
Kereta yang Johan tumpangi lantas berhenti di depan rumahnya. Dengan segera lelaki itu melangkah turun dan berjalan menghampiri pintu. Johan melangkah masuk ke rumah dengan langkah tegap, kesadaran akan urgensi tugasnya menggelayuti pikirannya. Pintu langsung terbuka begitu dia mendorongnya, dan bersamaan dengan suara yang tercipta dari dorongan pintu, atensi semua orang di dalam sana langsung beralih ke arah datangnya suara. Begitu menoleh ke arah pintu masuk, mereka langsung bisa melihat Johan yang datang padahal beberapa saat yang lalu pria itu pamit hendak pergi mengunjungi duke Enrique untuk mengakhiri kerja sama mereka.“Kau sudah kembali? Kenapa begitu cepat?” Salah satu anak buah yang ditugaskan untuk mengawasinya oleh Cruz itu menatapnya dengan wajah bingung. Johan langsung menghampirinya lalu menarik lelaki itu untuk duduk di kursi yang ada. Dengan wajah panik, Johan menutup pintu lal
Johan merenung sejenak, dia harus bisa membuat anak buah Cruz ini percaya pada perkataannya. Dengan begitu, dia bisa mencegah semua ini terjadi. “Begini saja. Antarkan aku menemui marquis, dan aku akan mengatakannya secara langsung pada beliau.”“Aku tidak bisa melakukan semua itu.”“Kenapa tidak?!” Johan mulai merasa kesal karena usahanya benar-benar terasa sangat sulit.“Sudah aku katakan, kau harus memiliki bukti. Bukankah kau hanya mendengar pembicaraan mereka. Itu artinya bisa saja kau salah dengar, dan tuan marquis tidak akan semudah itu percaya padamu.”Johan merasakan adrenalin mengalir deras. Dia sungguh merasa semakin resah. Terlebih dengan situasi yang sekarang terjadi. Dia malah jadi harus bersitegang dengan ana
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny