Share

Kecelakaan

Penulis: Kaneishia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 15:37:08

Setelah menyaksikan adegan suaminya bersama Siska masuk ke mobil, Ressa merasa harus terus mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.

Mobil Gilang melaju dengan kencang berbalik arah. Dugaan Ressa mengarah ke arah pesta pernikahan klien suaminya. Ressa terus mengikuti di belakangnya dengan jarak aman agar tidak dicurigai.

Bukannya menangis, Ressa justru terlihat sangat tegar. Tidak ada air mata yang meleleh di pipinya. Tapi gemuruh dadanya terasa sangat panas. Ia merasakan emosinya hendak meledak. Berkali-kali bahkan Ressa harus menarik nafas panjang untuk menetralisir emosinya.

Perlahan mobil Gilang terlihat berhenti di sebuah gedung mewah yang sudah ramai orang. Mobil-mobil banyak berjejeran. Gilang memarkirkan mobilnya di antara tamu yang lain.

Benar seperti dugaan Ressa. Gilang datang ke acara pesta pernikahan kliennya sesuai alamat yang tertera di undangan pernikahannya.

Bruk.

“Aw …,” pekik Ressa saat seseorang menabraknya. Ressa yang sedang mengendap-endap mengintai langkah suamin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tentang Restu   Terbongkar

    “Tidak!” seru Ressa. “Ressa keluar dengan ojek online. Laki-laki yang kecelakaan bersama Ressa itu driver ojek online yang Ressa sewa khusus untuk membuntuti Mas Gilang. Ressa keluar juga karena mengikuti Mas Gilang. Ressa mengikuti Mas Gilang karena kemarin Ressa melihat undangan pernikahan di meja kerja kantornya Mas Gilang, tetapi dia tidak mengajak Ressa. Sebenarnya Ressa hanya penasaran Mas Gilang pergi dengan siapa. Ressa curiga Mas Gilang kembali selingkuh seperti waktu dia baru menghandel perusahaannya,” cerocos Ressa tanpa jeda. Nafasnya sedikit terengah-engah.Sebelum yang lain memberikan komentar, Ressa buru-buru melanjutkan kalimatnya.“Dulu Mas Gilang kepergok bercumbu mesra dengan sekretarisnya di sofa kantor. Tidak malu bra dan celana dalamnya tercecer di lantai. Dan benar, saat ini Mas Gilang kembali berselingkuh dengan sekretarisnya itu. Mas Gilang bahkan membelikan dia gaun dan tas mewah seri limited edition. Dia bahkan terang-terangan mencium dan memeluk selingkuhan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • Tentang Restu   Resmi Menjanda

    “Bagaimana keadaanmu Ress?” tanya Kak Nawa.Hari ini Ressa pulang kembali ke rumah orang tuanya. Kedua kakaknya datang berkunjung menjenguk adiknya yang baru saja kecelakaan. Kondisi fisik Ressa sebenarnya sudah pulih, namun, mentalnya belum benar-benar pulih. Dia harus tetap mengikuti sesi konseling dengan psikiater.“Sudah baikan Kak,” jawab Ressa sembari tersenyum.“Huhuhu … Maafkan Kak Nawa ya Ress.”Kak Nawa tiba-tiba menangis tersedu-sedu memeluk adiknya. Seluruh orang bingung melihat tingkah Nawa yang tiba-tiba menangis.“Kenapa kak Nawa tiba-tiba meminta maaf? Memangnya Kak Nawa salah apa?” tanya Ressa yang juga sama bingungnya dengan orang-orang yang menatap Nawa aneh.“Semua masalahmu gara-gara Kak Nawa. Kak Nawa yang merekomendasikan Gilang ke ayah. Ternyata dia brengsek. Kak Nama merasa bersalah telah menghancurkan masa depanmu,” aku Kak Nawa sembari memeluk Ressa.Dalam kondisi seperti ini Ressa masih bisa tersenyum. “iya, Kak. Tidak apa-apa. Semua sudah terjadi. Ressa ik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Tentang Restu   Gosip

    Berita tentang perceraian Ressa dan Gilang menyebar dengan cepat di dua desa. Desa Ressa dan desa asalnya Gilang. Bukan tanpa sebab, pernikahan yang digelar dengan sangat mewah namun pada akhirnya harus kandas padahal baru berjalan delapan bulan itu sangat tidak lazim di desa mereka.Hampir semua orang membicarakan tentang kandasnya hubungan Ressa dan Gilang. Di tukang sayur, di toko kelontong, di teras-teras rumah warga, bahkan ibu-ibu yang menunggu anaknya sekolah paud pun tidak luput membicarakan tentang perceraian anak tuan tanah di desanya yang juga menjadi kembang desa.Berita itu menyebar ke segala penjuru desa termasuk di keluarga Arya.“Bu, mantan calon menantu ibu yang pesta pernikahannya besar-besaran itu kabarnya bubar loh, Bu,” cerita Kak Tania pada ibunya.“Apa sih maksud kamu, Tan. Kamu itu kalau cerita yang singkat gitu loh!” Bu Kalimah mengomentari narasi yang disampaikan Kak Tania.“Ressa sama Gilang cerai, Bu.”Penuturan Tania sukses membuat Bu Kalimah mengalihkan p

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Tentang Restu   Fokus Bekerja

    Arya sampai di kafenya tepat setelah Dika membuka pintu kafe. Dengan langkah seribu, Arya masuk mendahului Dika yang masih bengong melihat tingkah rekannya itu. “Ar, woi, tunggu!”Dika segera menyusul Arya ke dapur, “kamu udah tau gosip yang paling hot?”Arya melirik Dika, “dih, cowok kok ngegosip.”“Heh, ini bukan sembarang gosip, tapi ini penting untuk hajat hidup orang yang hampir putus asa,” jelas Dika mirip penceramah. “Halah gaya banget ngomongin hajat hidup orang. Kayak hidupmu udah yang paling wow aja kamu,” ledek Arya. “Kamu pasti nyesel kalau sampe aku nggak ngasih tau,” jelas Dika yang tak tahan lagi dengan ledekan Arya. “Oh ya? Memangnya sepenting apa coba?” “Ini soal Ressa!” bisik Dika. “Oh ya? Apa coba?” tanya Arya pura-pura tidak tau. “Ressa udah jadi janda, Bro. Kamu nggak mau ngejar?”“Soal itu sih aku juga udah tau.”“Seriusan? Tapi wajar sih kalau kamu udah tau. Secara seluruh penjuru desa kita ngomongin dia. Bahkan nih ya, barusan aku beli rokok di warung aj

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Tentang Restu   Mantan Bos Ressa

    Setelah selesai meeting, tuan Sanjaya dan Ressa bergegas pulang. Di rumah, mereka disambut nyonya Mira. “Bagaimana meeting hari ini Yah?” tanya nyonya Mira sembari mengambil tas dari tangan suaminya. Meski terus berjalan masuk ke rumah, tuan Sanjaya tetap menjawab santai, “lancar Bu. Apalagi ternyata rekan bisnis ayah kali ini adalah mantan bosnya Ressa.”“Oh, ya? Dia baik? Apa dia tau kalau Ressa putri ayah?” tanya nyonya Mira penasaran. “Sikapnya sih sopan. Nggak tahu kepribadiannya bagaimana. Awalnya Erik tidak tahu kalau Ressa putri ayah. Baru setelah makan siang, akhirnya tahu kalau Ressa putri bungsunya ayah.”Nyonya Mira kaget mendengar jawaban suaminya, “loh? Jadi kalian sudah makan siang? Terus sekarang ibu makan sendiri?” Ressa tertawa mendengar ibunya merajuk pada ayahnya. Tingkah mereka mirip anak yang baru gede. Ressa berjalan di belakang mereka sembari terus memperhatikan gurauan-gurauan ayah dan ibunya. Tiba-tiba senyumnya hilang kala mengingat pernikahannya yang ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • Tentang Restu   Melihat Pameran Seni

    Ketika masuk ke rumah, nyonya Mira sangat terkejut karena Ressa pulang sendirian. Ia terlihat sangat khawatir. Tanpa ba bi bu, nyonya Mira segera memberondong putrinya dengan banyak pertanyaan. “Di mana ayahmu?” tanya nyonya Mira dengan nada khawatir. “Ayah masih ada meeting, Bu. Jadi Ressa pulang duluan,” jawab Ressa santai. “Ayahmu itu bagaimana, kok bisa-bisanya nyuruh kamu pulang sendirian?”Ada nada marah di sorot mata nyonya Mira. Bukan apa-apa, ia hanya merasa khawatir terhadap keadaan putrinya. Rasa khawatirnya kini bahkan melebihi rasa khawatir saat Ressa belum menikah. Sebab kini, Ressa masih dalam pengobatan gejala depresi di psikiater. Sebagai caregiver, nyonya Mira harus ekstra waspada dan ekstra peduli terhadap putri bungsunya. Ressa menangkap ada sebersit emosi di kalimat ibunya, karena itulah ia segera menenangkannya, “Ibu jangan berburuk sangka dulu sama ayah. Tadi ayah udah mau nganter Ressa, tapi Ressa yang menolaknya. Karena kan jarak ke rumah lebih jauh dari j

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Tentang Restu   Arya Kembali

    “Hati-hati di jalan!” seru Ressa pada Erik yang hendak masuk ke mobilnya setelah mengantar Ressa pulang kembali ke rumahnya. Sejak menjanda beberapa bulan yang lalu, Ressa membatasi diri untuk dekat dengan laki-laki. Tetapi hari ini, Ressa memberikan kesempatan pada Erik untuk mengenalnya lebih dekat. Ia masuk ke kamar setelah seharian berkeliling di pameran seni. Direbahkan tubuhnya yang masih berbalut gaun siang tadi. Rasanya sangat lelah. Apalagi harus bertemu dengan Tristan saat sedang asyik melihat pameran. Benar-benar cukup menguras emosi. Tring. Ponselnya berbunyi. Ia segera mengecek notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. Sebuah pesan dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya. Meski malas, tetapi ia sangat penasaran dengan pesannya. “Selamat malam Ressa, apa kabar? Semoga sehat selalu.”Hanya secuil pesan tapi sukses membuat Ressa kembali menatap nomor si pengirim pesan. Deg. Tidak salah lagi. Itu nomor yang sangat dihafal oleh Ressa bahkan meski setahun belakangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Tentang Restu   Terbongkar

    “Ar! Kamu dari mana saja?” tanya Dika sembari menyiapkan pesanan driver ojek online. “Ketemu Ressa. Seperti saran dari kamu tempo hari.”Arya menjawab dengan santai. Ia meletakkan tas selempang di rak dan segera mencuci tangan lalu ikut membantu Dika menyiapkan beberapa pesanan. Sontak saja Dika terkejut, “woah? Serius? Gimana gimana ceritanya? Respon dia gimana?” tanya Dika antusias mendengar sahabatnya bercerita tentang pertemuan dengan mantannya hari ini. “Ya begitu, hanya bertukar kabar.”“Ar, ayolah cerita!”“Ntar aja gampang. Kamu gimana sama Winda? Sudah ada kemajuan belum?”“Entahlah. Dia kayak narik ulur gitu. Males banget kayak enggak serius. Mungkin karena aku cuma barista aja kali ya.”“Barista mata lu soak! Kamu tuh punya saham di beberapa perusahaan gede. Kasih tau Winda dong!”“Terserah dah. Aku nggak mau Winda tahu itu.”“Lah, kenapa?”“Buat liat seberapa tulus dia sama aku.”“Ya elah. Cewek itu butuh kepastian Dik. Termasuk kepastian kehidupannya mereka ke depan. J

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14

Bab terbaru

  • Tentang Restu   Penjelasan Erik

    Erik.Ternyata laki-laki yang baru saja mengaburkan pandangan Ressa tentang laki-laki manis yang dengan tiba-tiba mengajaknya menikah kini menelepon dirinya. Deg.“Haruskah diangkat?” Gumam Ressa memutar ponselnya dengan jari-jari lentiknya sembari menimbang-nimbang keputusannya.Jika boleh jujur, sebenarnya Ressa merasa malas jika harus memencet tombol terima di teleponnya. Tetapi jika teleponnya tidak diangkat, pasti dikira cemburu karena kejadian siang tadi yang sangat mencengangkan dan di luar dugaannya. Karena alasan itulah Ressa akhirnya mengangkatnya.“Halo,” sapa Ressa mendahului.“Halo Ress, aku sudah ada di depan. Bisakah kamu turun ke bawah menemuiku?”Mendengar Erik sudah berada di depan rumahnya, Ressa langsung terbangun dari posisi telentangnya.“Hah? Serius?”“Iya, Ressa.”“Oke, tunggu sebentar.”Ressa berpikir mungkin saja Erik mau menjelaskan soal tadi. Jika ia menghindar, bukankah Erik akan semakin yakin jika Ressa benar-benar telah jatuh cinta padanya dan memiliki s

  • Tentang Restu   Rahasia Erik dengan Heni

    Sepulang bekerja dan beberapa kali bertemu dengan klien yang berbeda-beda sikapnya, Ressa merasa sangat lelah dan letih. Berhubungan dengan banyak orang itu sungguh melelahkan. Tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya tentang bekerja kantoran.“Akhirnya bisa masuk kamarku. Pegel banget rasanya,” gumam Ressa.Seluruh tubuhnya terasa pegal. Begitu juga dengan kakinya yang seharian menggunakan high hills terasa sangat letih.“Mana minyak urutnya ya?” tanyanya pada diri sendiri, “oh, iya itu dia.”Diliriknya minyak urut yang berdiri tegak di samping lampu tidur. di dalam benaknya, tubuhnya jelas akan terasa hangat jika mengaplikasikan minyak itu ke tubuh yang otot-ototnya mengencang. Ressa berjalan menuju nakas di samping ranjangnya. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti. Ia pikir akan sia-sia karena beberapa menit lagi akan mandi. Akhirnya ia urungkan niat itu.“Nanti saja lah setelah mandi,” gumamnya.Matanya menangkap ranjangnya. Ia merasa ranjang miliknya terlihat sangat adem. Sejurus k

  • Tentang Restu   Pesta Ulang Tahun Tante Rita

    “Gimana? Sudah siap?” tanya Erik pada Ressa yang melangkah keluar rumah.“Sudah sih, tapi ….” Ressa terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya.Seolah tahu apa yang dirasakan Ressa, Erik mencobaa meyakinkan Ressa, “jangan ragu, aku akan selalu ada di smapingmu. Lagi pula ini pesta ulang tahun kecil yang diadakan di rumah sendiri, jadi aku pikir kamu tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan.”Erik langsung menggandeng tangan Ressa dan masuk ke mobil. Masih ada waktu lima belas menit dari dimulainya pesta. Ressa nurut saja ikut ke mobil, pikirnya, ini hanya pesta ulang tahun orang tua. Tapi kemudian pikirannya kembali berontak.“Pasti di sana banyak juga ibu-ibu yang seumuran dan keluarga besarnya. Jika mereka tahu dirinya datang bersama Erik, apa yang akan ada di pikiran mereka semua?” pikirnya.“Ress, kamu mikirin apa? Kok bengong?” tanya Erik sembari tetap terus menyetir.“Rik, kenapa kamu bawa aku sejauh ini, sih? Kamu tahu kan aku bahkan belum pernah menerima cintamu?” tany

  • Tentang Restu   Ressa, Calon Istri Erik

    Sehari setelah mendatangi pesta pernikahan Vera dan Adit, Ressa sudah mulai bekerja di kantor ayahnya. Kali ini, ia langsung mendapatkan tugas untuk meeting bersama Erik. Entah ini suatu kebetulan, atau tuan Sanjaya sengaja untuk mendekatkan mereka berdua. Atau bahkan ini merupakan tanda bahwa keduanya berjodoh? “Kamu mau langsung pulang?” tanya Erik setelah seluruh staff meninggalkan tempat meeting dan menyisakan dirinya serta Ressa yang sedang mengemasi berkas-berkasnya. Ressa mengangguk, “iya Rik.” “Setelah ini ada acara lagi nggak?” tanya Erik yang terlihat sangat antusias. Ressa menggelengkan kepalanya beberapa kali, “tidak ada sih, memangnya kenapa?” Pandangannya beralih dari berkas-berkasnya ke wajah laki-laki yang tanpa henti mengejarnya meski Ressa tidak pernah mengatakan kata iya pada ungkapan cinta Erik. “Ikut aku!” “Kemana?” “Sudah, ikut saja, yuk!” Erik menggandeng tangan Ressa keluar dari ruang meeting yang kebetulan berada di kantornya sendiri. Ressa berusaha me

  • Tentang Restu   Pertemuan Setelah Tiga Tahun

    Tiga Tahun Kemudian“Hei, Ar, kamu kesini sama siapa?” tanya Dika yang menggandeng wanita cantik disampingnya.Arya terlihat seorang diri berdiri sembari menatap pelaminan megah yang di sana berdiri sahabatnya, Adit, dan seorang wanita yang baru saja pagi tadi sah menjadi istrinya, Vera. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Vera dan Adit.Otaknya tiba-tiba saja berjalan-jalan. Khayalan demi khayalan melintas bolak-balik di dalam kepalanya. Seandainya dan seandainya, terus saja mengisi otak Arya hingga rasanya hampir meledak. Untung saja ia sanggup mengendalikannya.“Eh, kamu Dik, aku sama satu keluarga. Ternyata diundang semua. Jadi deh rame-rame,” jawab Arya cengengesan.“Kamu nggak makan dulu?” tanya Dika pada Arya sembari menunjuk meja prasmanan dan stand-stand makanan tradisional yang berjejer rapi siap melayani para tamu undangan, “atau jajan gitu?”“Eh, nanti saja. Masih lama juga pestanya. Kamu kalau duluan nggak apa-apa. Kasian itu Winda,” jawabnya santia bergurau.Sejak pertik

  • Tentang Restu   Sadarnya Winda

    “Gilang, stop!” teraik Bu Nani.Bagaimanapun juga, ia tidak ingin putranya melakukan kesalahan terus menerus. Ia tidak ingin Gilang mengucapkan kata cerai dalam keadaan marah.“Berhenti mengatakan apapun. Tolong ini permintaan ibumu,” lirik bu Nani.“Satu kata cerai yang keluar dari bibirmu, adalah dihitung talak satu. Seharusnya kamu tahu itu Gilang,” jelas Pak Budiman.“Pikirkanlah anak kalian. Kalian bisa memperbaiki semuanya. Gilang, perlakuakn Siska dengan baik. Kamu sendiri yang telah memilih Siska. Jadikan dia istrimu yang kamu cintai seperti kamu mencintainya dulu. Perceraian adalah hal yang sangat dibenci Tuhan,” ujar Bu Nani mencoba menyadarkan anaknya.Gilang masih diam bergeming. Ia memikirkan perkataan ibunya.“Aku udah nggak tahan dengan sikap Mas Gilang yang acuh tak acuh denganku dan anaknya sendiri, Bu. Aku yang menyerah,” aku Siska dengan deraian air mata.“Siska, ibu mengerti bagaimana sakitnya kamu. Tapi, pikirkanlah tentang anak kalian.”Bu Nani masih saja mencoba

  • Tentang Restu   Permintaan Cerai dari Siska

    “Jadi kamu sudah tahu masalah aku sama Ressa?” tanya Winda pada Dika setelah mendengar penjelasan dari Dika terkait alasannya kenapa menjauhi dirinya.Dika mengangguk. Matanya tidak berani menatap Winda. Tatapan matanya terus ke mejanya atau terkadang ke lantai. Sesekali melihat ke arah jauh. Dika benar-benar menghoindari kontak mata dengan Winda.“Dik! Tolong lihat aku!” seru Winda karena melihat Dika yang tidak fokus kepadanya.“Dik!”Tangan Winda meraih dagu Dika dan mengarahkan ke depan dengan setengah memaksa agar Dika menatapnya.“Win, maafin aku jika aku terkesan menghindari kamu. Aku kecewa dengan sifatmu.”“Tapi Dik, semua orang bisa berubah. Apa kamu tidak bisa menerima masa lalu orang lain?”“Tapi yang kamu lakuin ke Ressa itu sangat keterlaluan. Kamu merusak rumah tangga kakakmu sendiri. Ressa sampai depresi gara-gara kamu dan keluargamu. Dia harus bolak-balik psikiater untuk berobat. Jiwanya terguncang. Bagaimana nanti jika aku terus dekat dengan kamu? Hal tega apa yang a

  • Tentang Restu   Permintaan Maaf Mantan Besan

    “Kedatangan saya kemari hendak mengucapkan terima kasih atas pencabutan laporan Pak Sanjaya terhadap kedua anak kami.”“Kami sangat menyesal atas semua yang telah terjadi. Saya mengakui jika kelakuan kedua anak kami memang sangat di luar batas kewajaran. Perbuatan mereka sangat-sangat salah. Karena itu saya tidak membela mereka di hadapan Pak Sanjaya. Saya malu dengan Pak Sanjaya. Saya merasa gagal mendidik kedua anak saya, Pak.”“Tetapi setelah mengetahui jika Pak Sanjaya mencabut laporannya terhadap Gilang, terlebih kepada Winda, Saya sujud syukur, sangat bersyukur atas kebaikan hati Pak Sanjaya. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Sanjaya. Saya menunggu waktu yang tepat untuk datang kemari. Saya harap, ke depan, hubungan kita masih baik-baik saja.”Akhirnya, keluar juga kalimat yang telah dirancang Pak Budiman sejak sebelum melangkah keluar rumah menuju rumah mantan besannya itu. Pak Budiman menghela napas panjang. Ia merasa seperti baru saja selesai berperang. Sementara Bu Nani

  • Tentang Restu   Ke Luar Negeri

    Bruk.Dika berlari dengan cepat sampai terengah-engah hingga menabrak sebuah kursi yang sedari tadi diam bergeming.“Ada apa sih Dik lari-lari gitu? Nggak bisa santai saja?” tegur Arya yang melihat sahabatnya menabrak kursi.“Gawat Ar. Kamu harus cepat ke kota. Kamu harus segera ke bandara!” seru Dika dengan napas yang masih terengah-engah.“Bandara? Buat apa? Aneh kamu!” ujar Arya tak menghiraukan Dika. Ia berbalik badan melangkah ke lantai atas kafenya.“Ressa, Ar. Ressa. Dia hari ini mau berangkat ke luar negeri. Dia mau kuliah di luar negeri. Dia tidak mengabari kamu?” jelas Dika dengan cepat.Deg. Terang saja Arya terkejut. Beberapa hari ini ia memang sempat mengabaikan pesan masuk dari Ressa karena kesibukannya yang seakan tidak pernah berhenti.Kakinya yang baru saja hendak menaiki anak tangga pertama diurungkannya.“Apa kamu bilang?”“Iya Ar. Ressa … ““Kamu handle semua urusan kerjaan di sini, aku mau nyusul Ressa,” ujar Arya terburu-buru. Tangannya dengan cepat menyambar kun

DMCA.com Protection Status