"Kau ... Kau lupa padaku? Bukankah kau janji akan meninggalkan istri dan anakmu setelah menjual hotel ini dan kita hidup bahagia bersama?" Deborah mengingatkannya.
"Hmm jadi benar kau perempuan selingkuhan Simon?" tanya Mandy.Perempuan genit itu berdiri berkacak pinggang. Rambut dan wajahnya berantakan membuatnya tampak aneh dengan posisi seperti itu."Hei perempuan tua, dengar ya! Pria ini begitu mencintaiku, buktinya dia rela meninggalkan Istri dan anaknya untuk bisa bersamaku. Kau tahu, dia selalu beralasan dinas di luar kota, padahal berlibur denganku. Ia pun hanya pulang ke rumahnya satu atau dua hari dalam sepekan."Ucapan Deborah benar-benar membuat Mandy geram. Wanita itu mencengkeram roknya kuat-kuat, mencoba menahan marah."Begitukah?" tanya Mandy yang ingin tahu lebih banyak tentang hubungan gelap sang suami."Tentu saja, apa kau tahu apa yang dikatakan oleh Simon tentang istrinya. Ia bilang isMandy Thompson mencegat Nicko bersama pengawalnya, begitu pemuda ini keluar dari ruangan."Tuan Muda Lloyd," panggilnya."Ada yang bisa kubantu Nyonya?" tanya Nicko ramah."Saya hanya ingin berterima kasih atas apa yang telah Anda berikan pada saya."Pemuda bertubuh proporsional itu hanya tersenyum dan mengangguk.Apa yang dilakukannya untuk Mandy hanyalah suatu kebetulan. Niat awalnya adalah ia ingin memberikan hadiah untuk Istrinya.Wanita paruh baya itu pun mengeluarkan kartu nama dari dalam tas nya. Kemudian ia menyerahkan kartu nama untuk Nicko."Ini adalah alamat tokoku, Anda bisa datang kemari kapan saja, akan saya siapkan hadiah untuk Anda," tawarnya."Tak perlu Repot-repot Nyonya.""Tidak Tuan, sama sekali tak merepotkan. Tolonglah terima pemberianku yang tak seberapa ini," tambah Mandy."Hmm baiklah Nyonya, nanti akan kubicarakan dengan Istriku.
Ekspresi wajah yang tak bersahabat menyambut Nicko begitu tiba di rumah mertuanya. Wanita yang selalu merias wajahnya berlebihan itu telah menunggunya di depan pintu."Lama sekali. Dari mana saja kau?" tanya Daisy geram."Maaf Bu, aku harus mengerjakan sesuatu," kata menantu yang selalu diremehkan itu, tapi Ibu mertuanya hanya mendengkus dan mencibirnya."Sudah, cepat ganti pakaianmu dengan yang pantas. Kita akan menghadiri makan malam dengan pejabat Richmond di hotel. Jangan buat malu kami!" perintah Daisy.Pemuda ini pun mengangguk patuh dan masuk ke dalam. Segera membersihkan diri dengan cepat dan berganti pakaian. Celana chinos, kemeja putih dan juga jas warna khaki yang sudah sering dipakainya di tiap acara formal. Jas yang diberikan oleh Damian karena sepupu istrinya itu sudah bosan."Ayo, kita betangkat Bu!" ajaknya kemudian. Wanita berambut pirang ini memperhatikan menantunya, dan merasa tak suka.
Josephine pun menyadari keheranan pada Paman dan sepupunya pun ingin tertawa. Namun ia tetap menghormati keluarganya dan memperkenalkan mereka pada Tuan Evans. Tanpa mengetahui maksud dari sikap yang ditunjukkan oleh wakil direktur Richmond."Perkenalkan, ini adalah Nenekku, Elizabeth Windsor, beliau menjabat sebagai penasihat perusahaan Windsor," katanya kemudian memperkenalkan satu-persatu termasuk suaminya."Ini suamiku Nicholas," katanya menunjuk pada pria yang ada di sampingnya."Hei Jo, apa kau tak malu memperkenalkan pecundang itu pada Tuan Evans?" balas Catherine mempertegas posisi Nicko di keluarga mereka. "Sst, sudahlah tak perlu kau perjelas posisinya, Istriku!" tambah Armando, kemudian pria berambut hitam itu pun menatap ke arah Tuan Evans dan menyapanya ramah."Apa kabar Tuan Evans, saya senang sekali melihat kehadiran Anda di tengah keluarga kami," kata Armando berusaha bersikap ramah, tapi sebetulnya ia hanya b
Armando tak berkata apa-apa semenjak kembali dari menjawab telepon. Pria angkuh itu lebih banyak diam mendengarkan percakapan keluarga Windsor dengan Tuan Evans.Tak seorangpun peduli dengan perubahan sikap menantu kesayangan Edmun kali ini kecuali Catherine yang mempertanyakan kenapa. Juga senyum satir yang diberikan oleh Nicko karena tahu apa yang membuatnya berubah."Tunggu giliran kalian, Windsor!" batin Nicko sambil menggenggam garpu kuat-kuat."Saya cukup senang melihat hotel kalian," kata Raymond Evans membuka percakapan setelah melihat drama yang barusan terjadi di hadapannya."Terima kasih Tuan Evans. Ini semua telah diupayakan oleh mendiang suamiku sejak lama. Kami sebagai anggota keluarga ingin sekali merawat apa yang telah ditinggalkan oleh beliau," kata Nenek."Anda benar sekali Nyonya. Saya banyak mendengar tentang kinerja Tuan Gilbert Windsor. Semoga beliau tenang di sana dan tersenyum melihat perkembang
Lobby hotel Windsor tampak ramai, tapi bukan karena ada tamu yang hendak cek in di hotel. Ada dua orang yang tengah marah-marah di depan meja resepsionis.Pertama adalah Tuan Watanabe yang mengeluhkan menu sushi dan sashimi yang tidak segar. Pria Jepang ini merasa sangat malu karena saat itu beliau tengah mengundang koleganya, dan saat ini menantikan pertanggung jawaban.Satu lagi adalah Tuan Reynold Henry yang tiba-tiba tidak bisa menggunakan ruangan Opal untuk pertemuan mereka. Keluarga Henry nampak tak terima dengan alasan yang diberikan oleh resepsionis tentang pemeliharaan ruangan.Sebenarnya bagi tamu hotel ini tak masalah jika memang ada pemeliharaan. Namun seharuanya pihak hotel menyediakan alternatif lain untuk mengganti ruangannya. Bukan membatalkan dan mengembalikan DP secara tiba-tiba."Saya ingin bertemu dengan General Manager hotel ini!" seru Tuan Henry sambil menggebrak meja resepsionis, membuat petugas yang berjaga
Damian tak bisa berkata apa-apa saat dua orang tamu mencoba menghadangnya."Hei, aku ingin bicara dengan General Manager sekarang!" seru Tuan Henry diikuti oleh anggukan Tuan Watanabe di sebelahnya.Dengan tenang Damian menjawab kalau dialah General Manager dari hotel Windsor."Ada yang bisa saya bantu Tuan-Tuan?" tanya Damian. Wajah dua pria di hadapannya tampak tak bersahabat. Membuat nyali Damian menciut secsra perlahan."Hei, kau ini bagaimana, aku sudah memesan ruangan ini padamu kan?" tanya Tuan Henry dengan wajah yang memerah.Andai saja ini film kartun, pria berwajah oval di depannya pasti sudah mengeluarkan asap dari telinga. Sementara pria bermata sipit di sampingnya hanya diam namun bahunya naik turun karena napas yang memburu."Tuan ... Tuan ada apa?" tanya Damian mencoba untuk menguasai keadaan.Cih! Pria berambut pirang di hadapannya membuang muka kemudian bicara dengan san
Tak ada pilihan lain bagi Damian selain meminta bantuan keluarganya yang ada di ruangan Opal. Ia teringat kalau Nenek adalah seorang penasihat, dan ayahnya adalah komisaris. Mereka berdua pasti bisa memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi kali ini. "Maaf Tuan ... Tuan silakan duduk dulu, akan saya bicarakan masalah ini dengam penasihat dan komisaris," pamit Damian kemudian mempersilakan kedua tamunya untuk duduk. Damian lalu memanggil pelayan dan memintanya untuk menyediakan minuman dan snack manis untuk mereka. Berharap agar tamunya sedikit merasa rileks. Dengan langkah yang cepat, pemuda ini pun menuju ruangan Opal dan menemui Ayah serta neneknya. Saat itu, ia tengah membuka pintu dan berpapasan dengan pasangan yang paling ia benci, Josephine dan Nicko. Lebih menyebalkan lagi pasangan itu tampak bahagia dan bergandengan mesra. Raut wajah dan mood mereka terlihat begitu berbeda dengannya. Sengaja ia tak mau menegur sepupunya. Ia jus
Kedua sejoli itu berjalan bergandeng tangan mengitari taman kota. Sejenak si perempuan melirik ke arah pasangannya."Perutmu berbunyi, apa kau lapar?" tanyanya. Ia tahu, kalau semenjak di hotel tadi suaminya hanya sempat meminum secangkir teh."Hmm ya begitulah," jawabnya malu-malu.Perempuan cantik di sampingnya mencubit lengan sang suami manja, kemudian berkata,"Aku juga, sayang," jawabnya sambil melihat ke sekeliling.Hanya ada pedagang makanan cepat saji ala street food di sana. Untuk mencari restoran, mereka harus menggunakan jembatan penyebrangan, dan perempuan itu terlalu malas melakukannya."Kau ingin apa?" tanya suaminya."Hmm bagaimana kalau kita makan hotdog saja, sudah lama aku tak memakannya," jawabnya.Tanpa ragu, laki-laki itu pun merangkul pundak istrinya dan mengajaknya ke sana.***"Kau bilang ada yang ingin dibicarakan denganku?" tanya
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt