Teet!
Armando segera beranjak dari tidurnya fi atas ranjang barak yang jauh dari kata empuk, lebih mirip sebuah tandu. Bunyi sirine yang memekakkan telinga dan sinar lampu putih yang menyilaukan mengarah pada wajahnya."Lapor, saya adalah tahanan dengan nama Armando Blanc dari Blok dua," katanya sambil mendekatkan diri pada microfon yang ada di dinding.Semenjak berada di ruang isolasi yang gelap dan lembab, Armando harus melapor tiap tanda itu datang. Untuk menunjukkan kalau ia masih dalam keadaan baik-baik saja selagi menerima hukuman untuk merenungi kesalahannya.Namun bagi seorang tahanan itu adalah neraka dan sungguh membuatnya tertekan. Terlebih untuk orang yang terbiasa dalam kemewahan dan mendapatkan pelayanan seperti Armando.Dia yang biasanya bertubuh kekar dan perkasa berubah lunglai, mungkin kehilangan banyak berat badannya. Melangkahpun sudah tak ada semangat. Hanya satu yang masih membuatnya bertahan dala"Bekerja di kapal pesiar?" tanya Nicko untuk meyakinkan, sekaligus mengetahui apa maksud dari mertuanya yang sesungguhnya."Iya, kau akan bekerja di sana dengan jabatan yang tinggi, tentunya gajimu nanti akan besar dan bisa memberikan uang pada istrimu, tak hanya bergantung saja. Apa kau tidak malu seumur hidup hanya menumpang?" kali ini Edmund yang ikut berbicara."Sekarang tunggu apa lagi, cepat kerjakan apa yang kuperintahkan!" seru Daisy.Nicko kembali menyipitkan matanya. Ia telah menangkap kalau Ayah dan Ibu mertuanya terkesan terburu-buru dalam memberikan perintah."Apa mereka bermaksud memisahkan aku dan istriku. Hmm ini tak bisa dibiarkan. Baiklah, aku akan mempermainkan mereka," pikir Nicko."Hmm gaji yang besar dan jabatan tinggi ya?" gumam Nicko yang sengaja melakukan dengan suara keras.Benar saja, mertuanya langsung terpancing dan mengatakan betapa mewahnya hidup dalam kapal pesiar. Dengan ba
"Eh Jo kau ini sedang bicara apa, tak ada yang pergi ke kapal pesiar," kata Daisy yang tampak kikuk."Jangan bohong Bu, aku sudah mendengar semua percakapan kalian. Aku tak akan berpisah dengan suamiku," balas Jo ketus.Melihat reaksi yang diberikan Jo, mau tak mau Daisy pun mengatakan yang sebenarnya. Namun masih menunjukkan niat awalnya untuk mengadu domba nicko dengan putrinya agar mereka bercerai."Jo, Ibu melakukan ini untukmu. Ibu ingin kalian bahagia," kata Daisy."Bahagiaku, jika aku bersama suamiku."Nicko langsung merangkul pundak istrinya, dan kembali mencium ubun-ubun kepalanya. Sengaja ia memamerkan kemesraan di depan mertuanya."Aku tak butuh semua itu, Ibu minta saja Ayah untuk bekerja di sana, atau biar Ibu saja yang di kapal pesiar," balas Jo kemudian menggandeng tangan suaminya.***Josephine tak hentinya menangis dalam pelukan sang suami. Ia sungguh lelah dengan
"Hei bangun! Sampai kapan kau akan tidur terus-terusan?" Suara bentakan terdengar jelas di telinganya saat ia tengah tertidur di ranjang sel nya yang terlihat lebih nyaman dibanding ruang isolasi.Perlahan ia pun membuka kedua matanya dan mendapati dua orang sipir penjara tengah berdiri di hadapannya."Sepertinya ia sudah betah berada di sini!" seru salah seorang sambil melihat Armando."Bangun! Ada yang datang mengunjungimu!" bentak salah seorang sipir."Jam berapa sekarang?" tanya Armando sambil sedikit menguap. Namun matanya tampak berbinar saat mendengar ada yang mengunjunginya.Meskipun dendam masih membara dalam dirinya, tapi tak dapat dipungkiri kalau ia kesepian. Armando mulai merindukan dunia luar dan kebebasan.Tekanan demi tekanan yang ia hadapi dalam sel benar-benar membuatnya tidak nyaman. Baru beberapa hari saja ia sudah harus merasakan perkelahian antar narapidana dan lembabnya ruang isolasi
Meja di depannya menjadi sasaran kemarahan Armando atas apa yang baru ia dengar dari Catherine. Tangannya mengepal dan memukul meja itu dengan keras, dan mengundang perhatian sipir yang mengawalnya."Hei apa-apaan kau? Mau mencoba merusak inventaris?" tanyanya kemudian menarik paksa tubuh Armando untuk berdiri dan meninggalkan ruangan."Segera kembali dalam blok!" perintah penjaga sambil menarik Armando kemudian menggiringnya ke dalam blok tahanan.Lagi-lagi tahanan baru yang sombong ini pun mendapatkan tatapan yang kurang menyenangkan dari penghuni lapas. Meski berada dalam sel yang tak terkunci, mereka semua masih dapat melihat Armando yang terlihat gusar.Namun mantan suami Catherine itu tetap tak peduli dengan tatapan yang memang ditujukan untuknya. Pria ini benar-benar tidak pernah tanggap akan lingkungan sekitarnya."Masuk!" peritah sipir yang mengawalnya sambil membuka pintu jeruji besi selnya.Suar
Armando menekuk tangannya dan mencoba untuk menyingkirkan handuk yang membelenggu lehernya."A ... Apa yanch ... Uh," kata Armando yang kesulitan bicara karena tekanan kuat pada lehernya."Ha ha apa segitu saja kemampuan yang kau miliki? Kau hanya anak manja yang bisanya merengek, " Bill semakin mempererat jeratan pada leher Armando.Ejekan yang diungkapkan Bill membuat Armando murka. Ia pun mengumpulkan segenap tenaganya dan bermaksud melawan mereka."Grrrrr," erangnya kemudian merebut handuk yang melilit leher, dan mengayunkan ke udara."Rasakan ini? Kau ingin bertarung denganku si anak manja yang hanya bisa merengek ha?" tanya Armando.Bill yang memimpin penyerangan itu tak mengira kalau lawannya berani dan berhasil melepaskan diri dari jeratan. Ia dan kawan-kawannya sempat diam mematung karena kaget."Kenapa? Apa kau tak pernah mengira aku mampu melakukannya?"Armando meludah
Kediaman Windsor ...Pagi ini Edmund bangun lebih awal dibanding hari biasanya. Pria awal lima puluhan ini sudah berada di dapur dan untuk menemui Nicko yang tengah membuat kue muffin."Ehem!" Ia berdehem dan mencoba untuk mendapat perhatian menantunya yang saat ini sedang mengaduk adonan.Nicko pun menoleh sejenak dan mendapati sosok mertunya yang masih berpakaian piyama."Ayah, tumben sudah bangun pagi ini," balasnya ramah dengan tangan masih memegang mixer.Edmund tampak menoleh ke kanan kiri seolah tidak ingin ada yang mengetahui keberadaannya di sini. Pastinya hal ini membuat Nicko mulai sedikit curiga."Huh, apa Ayah ingin membahas tentang pekerjaan kapal pesiar lagi? Kalau iya aku tak akan mau menerimanya," batin Nicko."Nick," panggilnya perlahan kemudian kembali menoleh ke kanan kiri dan membuat Nicko semakin curiga."Ada apa Ayah?"Edmund menunduk, wajahnya
"A ... Apa maksudmu tidak gratis? Apa kau berniat memerasku?" tanya Edmund yang tak mengira menantunya akan berbuat demikian."Tentu saja tidak gratis Ayah. Mana ada di dunia ini yang gratis," balas Nicko kemudian meletakkan adonan ke dalam oven.Nampaknya ucapan menantunya membuat Edmund geram perlahan-lahan. Pria paruh baya ini mulai mengangkat wajahnya dan mengarahkan telunjuk pada wajah menantunya."Kau? Sudah berani melawan rupanya!"Sambil tersenyum Nicko menurunkan jari mertuanya perlahan. Ia masih berusaha untuk bersikap sopan. "Itu semua terserah Ayah. Perlu Ayah ketahui kalau siapapun keluarga Hamilton tak akan berpengaruh apapun terhadapku. Satu lagi, jika maksud Ayah dan Ibu memintaku bekerja di kapal pesiar adalah untuk memisahkan kami berdua, mohon maaf kalian telah gagal. Jo dan aku tak akan berpisah kecuali karena maut," kata Nicko kemudian meninggalkan mertuanya dan melanjutkan pekerjaan pagi harinya.
Roberto mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Wajahnya memerah, beberapa kali ia memegangi dadanya, sepertinya ia tak sanggup menahan semuanya sendiri.Raina yang duduk di hadapannya pun mulai merasa ada yang aneh pada Paman angkatnya. Ia pun menghentikan aktivitas korespondensi yang sedang dilakukan olehnya."Paman, apa ada sesuatu?" tanya Raina lembut. Namun Roberto tak menjawab, justru wajahnya semakin memerah terutama lingkar matanya."Armando ... Armando telah meninggal," katanya dengan suara yang terdengar sedih.Raina hanya menunduk, ia merasa tidak enak dengan apa yang terjadi pada Pamannya. Bagaimanapun ia ikut andil dalam mengirim sepupunya ke dalam penjara."Paman ... Aku ikut berduka cita atas apa yang terjadi," kata Raina lembut.Namun Roberto tak menanggapi pernyataan keponakan kesayangannya. Pria itu justru terus mengoceh."Ia diduga terlibat perkelahian antar tahanan. Ba
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt