Rosaline sudah mulai nyaman dengan kehadiran Adhikari dalam hidupnya. Bahkan selama dua minggu ini Adhikari terus menginap di apartemennya. Ia sudah melupakan bahwa Adhikari masih berstatus sebagai suami dari wanita lain.
Setiap hari Adhikari selalu mengantar dan menjemput Rosaline bekerja, ia juga akan dengan senang hati mengantar ke mana saja Rosaline akan pergi. Namun pada kenyataannya mereka tak akan pergi ke mana-mana, mereka hanya bisa mengurung diri mereka di dalam apartemen karena status hubungan mereka yang tak lazim.
“Sayang, nanti aku mau pulang ke rumah.” Dengan sedikit rasa takut Adhikari mengutarakan niatnya kepada Rosaline. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil perjalanan menuju ke apartemen.
“Udah kangen sama istri kamu?” sahut Rosaline tanpa ingin menatap ke arah wajah Adhikari.
“Bukan gitu, Sayang. Kan udah dua minggu ini aku nggak pulang sama sekali.”
“Ya pulang aja. Aku juga nggak
Rosaline terbangun saat merasakan ranjangnya sedikit bergoyang. Ternyata Adhikari sedang turun dari ranjang. Ia juga melihat bahwa prianya itu sedang memakai pakaiannya dengan tergesa.“Kamu mau ke mana, Dhi?”Adhikari menolehkan kepalanya ke arah Rosaline. “Sayang, kamu jadi ikutan kebangun? Kamu tidur lagi aja, ini baru jam tiga.”“Kamu mau ke mana?” Rosaline mendudukkan dirinya bersandar di kepala ranjang seraya mengapit selimutnya di kedua sisi tangannya agar selimutnya bisa menutupi tubuhnya yang saat ini masih dalam keadaan telanjang.“Aku harus segera pulang sebelum Kinanti sadar aku pergi dari rumah.”Wajah Rosaline berubah muram, ia tak suka mendengar ucapan yang prianya itu lontarkan. Tahu akan hal itu, Adhikari berjalan menghampiri wanitanya itu.“Sayang, nggak mungkin kan kalau aku tiba-tiba kembali tinggal di sini padahal aku kemarin sore baru pulang ke rumah. Aku janji akan
“Masuk!” seru Rosaline saat pintu ruang kerjanya diketuk dari arah luar.“Pagi, Ibu Rosaline!” seru Dini dengan suaranya yang ceria. Ia berjalan menghampiri Rosaline.“Dini? Kamu udah pulang? Gimana bulan madunya? Asik dong?” Rosaline berdiri dari kursi kebesarannya dan langsung memeluk tubuh Dini.“Semuanya sempurna! Aku nggak nyangka kalau ternyata nikah itu enak banget. Dan yang terpenting sekarang ini aku dan Raka udah bisa bercinta kalau kita udah sama-sama bergairah.”Rosaline tersenyum. “Terus gimana sama Raka? Dia juara di ranjang nggak?” goda Rosaline.“Andai aja kamu tahu dan bisa ngrasain, Rose. Ternyata begituan itu rasanya enak banget!” ucap Dini seraya tersenyum dan hal itu membuat Rosaline tertawa karena geli dengan ucapan dan ekspresi Dini.“Aku sebenernya mau cerita lebih banyak lagi tapi aku takut kamu malah jadi kepengen. Kan bahaya kalau kamu sa
Keesokan paginya Rosaline berangkat dari rumah orangtuanya menuju kantor. Kali ini tentu saja ia harus berangkat ke kantor lebih awal karena jarak dari rumah orangtuanya lebih jauh dari pada di apartemen.Pagi ini Jasmine juga terlihat lebih ceria tak seperti semalam yang cemberut, itu semua karena kakaknya ternyata menyetujui usulan konyolnya.Sampai di kantor ternyata ia memiliki jadwal pertemuan dengan orang-orang perwakilan dari Paraduta Grup, tentunya salah satu dari orang itu adalah Adhikari.“Ibu Rosaline, meeting akan segera dimulai. Orang-orang dari Paraduta Grup sudah ada di ruang meeting.”“Iya, mari kita ke sana.” Rosaline berdiri lalu merapikan pakaiannya setelah itu barulah ia berjalan menuju ruang meeting.Rosaline dan Adhikari saling tatap untuk beberapa saat, namun sorot mata mereka kali ini berbeda dengan sorot mata mereka beberapa waktu lalu.Meeting berjalan dengan sangat baik dan lancar karena ten
Kinanti pergi ke rumah Hastari dengan membawa tas berisi beberapa stel pakaiannya setelah Adhikari berangkat kerja.“Loh, Kinan?! Ada apa?” seru Hastari saat melihat kedatangan Kinanti ke rumahnya. Ia begitu panik karena saat ini Kinanti juga sedang membawa tas berukuran sedang.“Mama, aku kangen banget sama Mama.” Kinanti langsung memeluk tubuh Hastari.“Ayo, masuk.” Hastari mengajak Kinanti memasuki rumah.“Kamu nggak lagi ada masalah kan, Nak?” tanya Hastari panik.“Nggak kok, Ma. Mama tenang aja, aku ke sini karena Mas Adhi lagi dinas ke luar kota aja,” ucap Kinanti seraya mengulas senyumannya. Ia harus bisa menenangkan mamanya agar tak perlu terlalu khawatir.Hastari mendesah lega, tadi ia pikir anak dan menantunya sedang ada masalah hingga sekarang ini anaknya pulang ke rumahnya dengan membawa pakaiannya. “Syukurlah, Mama pikir kalian bertengkar.”“Ngg
Tak terasa hubungan Rosaline dengan Adhikari sudah berjalan selama tujuh bulan. Selama itu pula mereka sangat menikmati kebersamaan mereka. Bahkan Adhikari lebih sering mengiap di apartemen bersama Rosaline.Selama itu juga Rosaline sudah berperan sebagai istri yang baik untuk Adhikari. Ia menyiapkan dan melayani semua yang Adhikari perlukan.Hampir tengah malam Rosaline dikejutkan dengan dering ponselnya sesaat setelah ia dan Adhikari menyelesaikan satu sesi percintaan mereka.“Siapa yang telpon malam-malam begini, Sayang?”“Papa.” Rosaline menatap layar ponselnya dengan rasa khawatir.“Angkat aja, mungkin aja itu penting.”“Halo, Pa.”“Rose, kamu bisa pulang sekarang?” “Sekarang, Pa? Tapi ini udah malam banget. Apa ada hal penting yang mau Papa omongin sama aku?”“Iya, ini pe
Keesokan harinya Rosaline berangkat bersama Benjamin karena ia tak membawa mobil. Sebetulnya Adhikari ingin menjemputnya tapi tentu saja ia tak mengijinkan karena takut jika orang rumahnya akan mengendus hubungannya dengan Adhikari.Saat akan sampai di ruangannya, Rosaline bertemu dengan Dini.“Rose.”“Dini.”“Ada masalah? Pagi-pagi kenapa udah lesu aja muka kamu?”“Ke ruanganku dulu yuk,” ajak Rosaline. Ia sengaja mengajak Dini ke ruangannya agar pembicaraannya dengan Dini tak bisa di dengar oleh siapa pun.“Oke.” Dini berjalan beriringan dengan Rosaline memasuki ruangan teman baiknya ini.Rosaline meletakkan tasnya di atas meja lalu berjalan me
Saat ini pikikan Rosaline sedang kacau. Ia pusing karena memikirkan kehamilan Jasmine yang tiba-tiba dan sekarang Adhikari malah membuat pikirannya semakin kalut dengan mengatainya hamil. Apalagi bulan ini ia juga belum juga mendapat tamu bulanannya.Sepenjang malam Rosaline terus mendiamkan Adhikari. Sepanjang sore hingga malam Adhikari hanya bisa memandangi punggung Rosaline karena Rosaline tidur dengan memunggunginya.Tapi ternyata sampai tengah malam pun Rosaline tetap tak bisa memejamkan matanya. Ia mendudukkan dirinya dan menghadap ke arah Adhikari yang saat ini masih betah menatapnya.“Aku mau kamu beli test pack.”Adhikari langsung mendudukan dirinya menghadap Rosaline.“Gara-gara omongan kamu yang ngira aku hamil, aku sekarang jadi nggak bisa tidur,” imbuh Rosaline.“Aku belikan kamu alat tes itu tapi kamu janji ya, kalau kamu beneran hamil jangan apa-apain anak kita,” ucap Adhikari de
Adhikari terkejut saat melihat keberadaan Jasmine. Apalagi saat ini Jasmine sedang duduk bersama seorang wanita yang saat ini sedang duduk membelakanginya. Mendadak ia menjadi salah tingkah dan bingung karena ia yakin dengan pasti bahwa wanita yang saat ini duduk membelakanginya adalah Rosaline, wanita yang saat ini telah menjalin hubungan terlarang dengannya.Benar saja, Adhikari langsung berkeringat dingin dan berharap jika kekasih gelapnya itu tak memergokinya sedang jalan berdua dengan istri sahnya. Ia melihat Jasmine yang sedang menarik tangan Rosaline hendak membawa kekasihnya itu keluar dari restoran. Namun semuanya terasa sulit saat Rosaline malah menolehkan kepalanya dan melihat ke arahnya dan Kinanti berdiri.Adhikari menegang kaku saat melihat tatapan mata Rosaline yang menunghunusnya tajam. Ingin sekali ia melepas kaitan tangan Kinanti di lengannya tapi tentu saja hal itu akan membuat Kinanti curiga kepadanya.Kinanti tak bodoh, ia sudah beberapa kal