Sepeninggalan Angga, kini giliran Fajar yang mengajak Riska bicara. Fajar sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Risty mengajak Riska bicara.
"Ugh! Lapar," ucap Riska sambil mengelus perutnya."Kamu lapar? Mau makan apa? Aku ambilin!" ucap Fajar."Apa ya? Kue atau apa gitu. Buat ganjal perut dulu," jawab Riska.Fajar lalu berdiri dari duduknya. Sebelum dia pergi untuk mengambilkan Riska makan, Fajar terlebih dahulu mewanti-wanti Randy untuk menjaga Riska dengan benar."Kayak anak kecil aja!" cibir Risty dalam hati."Iya! Iya! Udah sana! Keburu Riska semakin lapar," jawab Randy.Fajar sebenarnya tidak begitu yakin untuk meninggalkan Riska bersama Risty, tanpa ada dia atau pun Angga disisinya.Tapi Fajar berpikir masih ada Randy disana, jadi dia bisa sedikit tenang. Fajar berpikir, jika ada Randy disana, Risty juga tidak akan mungkin berani macAngga mencekik leher Risty sampai terjatuh ke lantai. Meskipun begitu, Angga sama sekali tidak berniat melepaskan cengkramannya di leher Risty.Randy semakin panik saat melihat Angga mencekik Risty. Walaupun Randy tidak menyukai Risty, tapi bukan berarti dia bisa diam begitu saja, saat melihat Angga mencekik lehernya."Sudah kubilang untuk menutup mulutnya!" umpat Randy.Randy mencoba melepaskan tangan Angga di leher Risty. Dia melihat Risty yang sudah terbatuk-batuk sambil memukul-mukul tangan Angga yang sedang mencekiknya."Angga lepas!" Randy yang mencoba melepaskan Angga, kembali di dorong Angga hingga menabrak meja. Bahkan semua minuman yang berada di atas meja tumpah ke lantai."Fajar! Hentikah Angga!" Teriak Randy."Apa kamu buta?" Fajar balas berteriak.Riska yang mendengar Fajar berteriak, menangis semakin kencang. "Maaf! Maaf! Aku benar-benar tidak bermaks
Malam harinya di apartemen Angga. Suasana romantis entah tercipta bagaimana.Malam ini entah mendapatkan keberanian dari mana, Riska memeluk, bahkan mencium Angga tidak mengenal waktu.Sepulang dari bulan madu, entah bagaimana Riska sangat menyukai jakun Angga. Menurutnya, itu terlihat sangat seksi.Riska tidak berhenti mencium, mengelus, bahkan menggigitnya. Angga yang heran, ingin menegur tapi kok sayang. Kalau tidak ditegur, kelakuan Riska yang seperti terobsesi dengan jakun Angga semakin menjadi.Contohnya seperti saat ini, Angga yang sedang duduk di sofa, sambil mengecek pekerjaannya yang sudah beberapa hari ini dia tinggal karena bulan madu. Riska tiba-tiba duduk di pangkuannya, dan tidak berhenti mencium jakun Angga.Angga agak merasa geli, tapi dia tetap membiarkan Riska melakukan apapun yang diinginkannya."Ris! Bentar, aku selesaikan pekerjaanku dulu!" ucap Angga.Bukannya berhenti d
Saat pagi hari, jika biasanya Riska yang selalu memasak saat mereka hanya berdua. Kali ini Riska sedang ingin memakan masakan Angga."Aku mau sarapan bubur dan telur mata sapi ya," ucap Riska saat meminta Angga memasak untuknya.Angga dibuat terkejut dengan permintaan Riska yang super nyelenehitu. Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun dia melihat Riska memakan bubur."Kamu yakin mau sarapan itu?" tanya Angga yang jelas merasa sangat ragu.Bukannya Angga tidak bisa memasak. Dia bisa memasak, tapi tidaklah ahli. Dia hanya bisa memasak masakan yang gampang-gampang saja, dan untuk rasanya, juga tidaklah buruk.Riska mengangguk antusias. "Telurnya dua ya," pinta Riska.Angga merasa kelakuan Riska semakin hari semakin nyeleneh saja. Biasanya Riska hanya akan sarapan nasi goreng atau roti selai. Karena pada dasarnya Riska itu tidak menyukai bubur yang katanya terlalu lembek teksturnya.
Selesai dengan mandi bersama, mereka menghabiskan waktu dengan berbaring di atas ranjang.Angga sedang membaca buku, sambil memeluk Riska yang tengah tiduran di atas dadanya. "Sudah siang! Kamu lapar?" Angga menaruh buku tentang bisnis yang sedang di bacanya.Riska hanya diam saja. Dia masih sibuk mengusap-usap tulang selangka Angga."Sayang! Kamu sudah lapar belum? Mau dimasakin apa siang ini?" tanya Angga lagi.Riska mendongak melihat Angga. Dia sebenarnya belum terlalu lapar, tapi ini memang sudah masuk waktunya makan siang. Daripada nanti dia harus mendengar omelan Angga karena menolak untuk makan tepat waktu, lebih baik dia menuruti Angga saja."Apa ya?" Riska terlihat seolah sedang berpikir keras.Riska bangun dari rebahannya, lalu dia menatap Angga dengan senyum polosnya."Bisa nggak, yang masak Fajar saja," ucap Riska.Angga mengernyit bingu
Fajar kini tengah berada di dapur, dia memasak dengan wajah cemberut. Bagaimana tidak cemberut, jika Riska hanya menyuruhnya memasak nasi goreng dan kentang goreng."Kalau cuma nasi goreng dan kentang goreng, kalian sendiri kan bisa," batin Fajar kesal.Riska juga berpesan padanya, jika nasi gorengnya, sosisnya harus banyak. Kentang gorengnya juga, Riska meminta agar dipotong memanjang.Sedangkan Randy tengah duduk santai di sofa, sambil menonton tv. Jangan tanyakan dimana keberadaan Angga dan Riska. Setelah menyuruh Fajar memasak dengan seenak jidatnya, Riska langsung mengajak Angga kembali ke kamar.Fajar tidak tahu harus berkata apa melihat kelakuan Riska. Rasa-rasanya, hanya dia saja yang menderita disini.Randy sesekali melirik ke arah dapur, dimana Fajar sedang memasak dengan wajah cemberutnya.Tadinya Randy meminta Fajar memasak untuknya sekalian. Tapi begitu dia selesai berkata, d
Fajar pada akhirnya harus mengalah. Dia harus kembali melihat bagaimana kemesraan Angga dan Riska yang membuatnya risih sendiri saat melihatnya.Randy sendiri juga menganggap lalu kelakuan sepupu dan istrinya itu. Mungkin karena dia juga sudah sering kali melakukan hal intim seperti itu, jadi Randy tidak ambil pusing.Angga sendiri juga dengan sabarnya menuruti apapun yang Riska lakukan padanya. Mereka memakan potongan kentang goreng dari mulut ke mulut.Angga sebenarnya juga merasa risih harus mempertontonkan kemesraan mereka kepada orang lain.Tapi apa mau dikata, Riska yang sedang dalam mode manja, mana mau mendengarkannya. Jika dia terus memaksa Riska untuk berhenti, yang ada Riska nanti akan menangis.Angga tidak masalah jika tidak ada orang lain. Bagaimanapun, dia menyukai sisi Riska yang manja kepadanya. Dia hanya merasa risih jika harus bermesraan di hadapan orang lain.Kecu
Seminggu berlalu, Riska kini tengah melamun dalam ruang kerja di butiknya.Saat ini, dia sedang malas untuk mendesain. Tidak ada inspirasi sama sekali. Dia mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan malas.Riska lalu mengambil ponselnya. Dia berniat untuk menghubungi Angga. Namun, sudah tiga kali dia memanggilnya, tidak dijawab sama sekali oleh Angga."Kemana sih Angga! Apa sibuk ya?" tanya Riska pada dirinya sendiri."Tapi aku kangen," gumam Riska.Riska saat ini sedang ingin makan es krim rasa vanilla. Tapi dia ingin Angga yang menyuapinya.Riska yang sangat ingin sekali Angga menyuapinya, langsung mengambil tasnya dan keluar dari butik. Dia bahkan mengabaikan teriakan Riri yang memanggilnya.Sesampainya di pinggir jalan, Riska lalu teringat dengan peringatan dari keluarganya, agar tidak pergi kemanapun sendirian.Riska menjadi bimbang, haruskah dia per
Riska berjalan menuju ke ruangan Angga di lantai atas. Karena setelah menikah, dia sering berkunjung ke kantor Angga, jadi hampir semua karyawan disana mengenalnya dengan baik. Apalagi Riska juga bukan tipe orang yang sombong.Sesampainya di lantai ruangan Angga berada, Riska melihat jika ada seorang laki-laki yang berada di meja sekretaris.Sebelumnya Angga juga sudah bilang padanya. Jika selain Dimas, Angga juga hendak mencari Sekretaris lagi. Angga mengatakan padanya, jika dia akan mencari Sekretaris laki-laki saja."Aku tidak mau kejadian dulu terulang kembali. Aku tidak akan memberikan celah di rumah tangga kita," ucap Angga waktu itu.Riska tidak menyangka jika Angga benar-benar mencari Sekretaris laki-laki. P
Mereka semua kini tengah menunggu Riska di depan ruang operasi. Bagaimanapun, Riska sekarang sedang menjalani operasi tentu saja mereka semua cemas. Tadi, sesampainya Riska di rumah sakit, tidak lama setelahnya Riska langsung tidak sadar. Akhirnya Dokter memutuskan untuk mengoperasi Riska dan juga untuk menyelamatkan bayinya. Angga yang juga sudah tiba, sudah tidak jelas lagi penampilannya. Rambut acak-acakan, pakaiannya juga sangat kusut. Khawatir tentu saja. Apalagi dia tidak bisa menemani Riska di dalam. Air mata tiada henti menetes di pipi Angga. Angga sangat takut saat ini. Takut jika sampai terjadi apa-apa dengan Riska dan anaknya. Tentu saja yang lainnya juga cemas. Tapi mereka mencoba untuk tetap berpikir waras, agar keadaan tidak menjadi lebih tegang lagi. # Saat ini Angga tengah menemani Riska yang sudah selesai operasi. Kata Dokter yang mengoperasi Riska, Riska akan baik- baik saja. Tapi Angga tetap saja khawatir karena sampai sekarang Riska masih belum sadar. S
Kehamilan Riska sekarang sudah menginjak usia delapan bulan.Siang hari ketika Riska merasa lapar, dia hendak turun ke lantai bawah untuk makan siang.Saat itu Angga sedang bekerja, sedangkan Rahmat juga sedang ada keperluan di kantor.Di rumah hanya ada Riska, kakek dan Sofia.Sofia yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk semuanya dan menantunya.Kakek sedang beristirahat di kamarnya. Di usia yang semakin tua, tubuh renta Kakek menjadi semakin cepat lelah.Terkadang hanya untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu saja Kakek sudah merasa kelelahan.Riska yang merasa sudah lapar pun turun ke bawah menuju ke dapur, tapi sesampainya Riska di lantai bawah. Riska tidak sengaja tersandung karpet yang berada di ruang keluarga.Jika ingin ke dapur, setelah menuruni tangga, maka akan melewati ruang keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meja makan dan dapur."Arghh!"Teriakan Riska sontak membuat kaget Sofia dan Kakek.Sofia langsung meninggalkan pekerjaannya dan langsung
"Hallo! Mau main bareng Riska?"Riska kecil menghampiri dan menyapa Fajar yang masih saja setia berada dalam gendongan Roni.Hal itu tidak lain juga karena Riska diminta Rosyad untuk mengajak Fajar bermain.Sebagai orangtua, tentu saja Rosyad mengetahui apa yang sudah terjadi pada Fajar kecil.Ditinggal pergi oleh pengasuhnya, apalagi Fajar kecil yang memang sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh orangtuanya. Tentu saja bukanlah hal yang mudah.Rosyad tidak menyalahkan orangtua Fajar. Bagaimanapun, pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mulia.Fajar kecil hanya melirik Riska sebentar, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Roni."Kamu tidak mau main sama Riska? Tapi Riska anak yang baik kok!" ucap Riska kecil.Riska kecil pun merogoh saku dressnya dan mengambil permen yang tingga dua biji."Ini, aku kasih kamu permen!" ucap Riska sambil menyodorkan permen dua biji dengan tangan mungilnya."Terima kasih Riska! Nama yang cantik, secantik anaknya!" balas Roni mengambil permen yan
Mendengar Fajar menyebutkan satu nama wanita. Yang ada di benak Sofia ada satu orang, yaitu mantan Fajar.Satu-satunya wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Fajar, sekaligus salah satu wanita yang membuat Riska mengalami mimpi buruk."Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya kembali?" tanya Sofia.Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu, tapi Sofia tahu jika itu juga menjadi duri dalam daging untuk Fajar."Dia sepupu Maria!" balas Fajar sembari melepaskan pelukannya."Katakan pada Fajar, bagaimana Fajar bisa menerima wanita yang ternyata adalah sepupu dari orang yang pernah memberikan Riska mimpi buruk?"Sofia terdiam mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Pantas saja Fajar tidak mau menerimanya!" batin Sofia."Bukankah kamu sudah melepaskan masa lalu? Ada baiknya masa lalu itu kita lepaskan, dan dari masa lalu itu kita buat pelajaran untuk hidup kita kedepannya."Sofia mengerti itu tidak mudah untuk Fajar. Jadi yang bisa Sofia lakukan sekarang adalah menasehatin
"Kenapa harus nunggu aku lahiran? Sekarang calonnya sudah ada di depan mata lho, Jar! Masa kamu mau menggantung anak orang begitu lama sih!" protes Riska."Dua bulan itu tidak lama lagi Ris! Aku sudah membuat kelonggaran untuk mencari pasangan setelah kamu melahirkan. Jangan dorong aku lagi ya! Aku ingin nanti wanitaku bisa menerima anakmu seperti aku menerimanya! Untuk sekarang aku benar-benar tidak berniat untuk mencari pasangan!" balas Fajar panjang lebar.Riska merengut mendengar jawaban Fajar.Fajar bisa menjadi lembut selembut-lembutnya kepada orang-orang yang disayanginya. Tapi Fajar juga bisa menjadi sangat keras kepala jika dia tidak menginginkan sesuatu."Jangan jadikan anakku sebagai alasan untuk kamu menolak wanita, Jar! Atau aku akan merasa bersalah padamu!" ucap Riska."Jangan merasa bersalah! Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusanku. Kamu adalah orang yang sangat penting untukku!" balas Fajar tidak mau kalah."Jika saja kamu tidak memintaku untuk mencari pasangan, mu
Riska sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan dari Maria."Maksud kamu gimana?" tanya Riska memastikan.Pertanyaan Maria bukanlah pertanyaan pertama yang didengarnya. Cukup sering dia mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang yang melihat kedekatannya dengan Fajar.Hal serupa juga terjadi jika dia bersama dengan Angga dulu."Maaf! Bukan apa-apa!"Maria sangat tidak menyangka jika dirinya akan kelepasan bertanya seperti itu."Bodoh banget sih kamu Maria. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal sensitif kayak gitu," rutuk Maria dalam hati."Kamu nggak perlu merasa tidak enak! Ini juga bukan pertama kalinya aku mendapatkan pertanyaan yang serupa!" ucap Riska.Melihat Maria yang terdiam dan memukuli mulutnya, Riska tahu jika Marai merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal seperti itu.Pada akhirnya, Riska memilih untuk menjelaskan kepada Maria, supaya Maria nanti tidak salah paham kepada Fajar."Kalau kamu tanya aku suka nggak sama Fajar, maka jawaban aku suka! Jika kamu bertanya
Fajar tengah memberikan makanan ke piring Riska. Itu adalah pemandangan yang Nita tangkap begitu dia kembali dari kamar mandi."Pada akhirnya aku masihlah kalah dengan Riska! Aku yang sudah berusaha dengan sebaik yang aku bisa, ternyata masih saja kalah dengan Riska yang bahkan tidak perlu melakukan apa-apa!""Kamu sudah kembali, Nit!" ucap Mama Maria.Sontak hal itu membuat semua orang yang berada di sana langsung terdiam.Mereka masih merasa agak canggung setelah mereka mengetahui apa yang sudah Nita lakukan kepada Riska dan kenyataan bahwa Nita ternyata adalah mantan pacar Fajar."Iya, Tan!" Nita yang masih tidak tahu apa-apa pun kemudian duduk kembali di kursinya, meskipun dengan perasaan yang berdebar-debar.Nita sebenarnya merasa takut dengan keberadaan Angga disana. Hanya saja sisi egois Nita masih tidak mau menyerah untuk kembali mengejar Fajar.Jarang-jarang kesempatan berdekatan dengan Fajar terjadi. Maka dari itu Nita harus memanfaatkan kesempatan yang jarang sekali terjadi
"Nita!" ucap Riska dengan suara pelan.Namun mau sepelan apapun Riska mengucapkannya. Angga yang tepat berada di sampingnya bisa mendengarnya dengan jelas.Angga mendengar dengan jelas jika Riska mengucapkan satu nama yang benar-benar bisa membuatnya murka seketika.Orang yang sama besarnya dia benci. Seperti dia membenci Risty."Sayang! Barusan kamu bilang apa?" tanya Angga memastikan.Di mata Angga, hanya ada Riska dan Angga tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Apalagi Riska sekarang tengah hamil, jadi perhatian Angga sepenuhnya dia curahkan kepada Riska. Dan Angga benar-benar menghiraukan sekitarnya.Tapi meskipun begitu. Jika ada bahaya yang mengancam Riska, entah bagaimana Angga akan selalu menyadarinya.Angga pun kemudian mengikuti ke arah mana Riska melihat.Betapa syoknya dia saat melihat sosok Nita. Wanita yang paling dia benci. Tidak pernah sebelumnya Angga membenci seseorang sebagaimana dia membenci sosok Nita.Sontak saja Angga langsung menatap tajam Fajar.Tatapan An
"Berati Nita adalah mantanmu itu?" tanya Maria, tapi lebih terdengar seperti untuk memastikan."Benar sekali! Nita adalah wanita brengsek itu. Apa kamu mau tau apa yang sudah dilakukannya kepada Riska?" tanya Fajar.Lebih tepatnya Fajar mengatakan itu untuk semua orang yang ada di sana.Orang tuanya saja hanya tahu jika mantannya dulu merundung Riska karena cemburu, sampai membuat Riska mengalami mimpi buruk.Atau bisa dikatakan jika orangtua Fajar hanya mengetahui setengah dari cerita yang sesungguhnya."Nita tidak mungkin melakukan hal yang buruk seperti itu kan?" tanya Papa Maria dengan suara yang terdengar tidak yakin.Sepengetahuannya, keponakannya itu selalu bersikap baik jika berada di rumah. Tapi dia juga tahu dengan temperamen sahabatnya itu. Tidak mungkin mereka akan mengatakan hal yang buruk hanya untuk menjatuhkan seseorang. Itu bukan gaya mereka."Aku juga bukannya mau menjelek-jelekkan orang, tapi menurutku wanita itu memang sudah sangat keterlaluan karena merundung tema