Tiga hari berlalu. Hari ini, Dimas sudah sampai di kota untuk menerima tawaran dari Fajar.
"Bekerja untuk Angga juga bukan hal yang buruk," pikir Dimas.
Mungkin sikap Angga tidaklah hangat, terkesan cuek dan dingin malahan. Tapi yang pasti, Dimas tahu Angga adalah orang yang baik.
Dimas sudah tahu jika Angga mencari seseorang yang bisa dipercaya untuk menjadi kaki tangannya. Itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi, Dimas hanyalah lulusan sarjana ekonomi.
Dilihat dari sudut pandang pendidikan dan pengalaman, Dimas sama sekali tidak memenuhi syarat. Meski begitu, Dimas sangat bersyukur, Angga mau memberinya kesempatan.
Dimas bukanlah anak dari orang kaya. Orang tu
Riska menyeret Siska dengan menjambak rambut panjangnya. Riska sekarang merasa kesal sampai di ubun-ubun."Beraninya kamu!" teriak Riska.Riska menghempaskan Siska dengan kasar. Matanya merah menahan marah. Selama ini dia masih mencoba untuk tidak bersikap kasar pada Siska, tapi apa yang dilakukan Siska tadi sungguh sangat melanggar batasnya."Kamu mencium Angga? Kamu pikir kamu siapa?" teriak Riska.Ketiga laki-laki yang berada di sana tidak ada yang mencoba melerai Riska. Angga yang baru terbangun dari tidurnya masih merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Fajar tadi memperingatinya untuk tidak mencegah Riska. Jadi Angga tidak mencegahnya menjambak dan menyeret Siska.
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian di kantor Angga. Selama itu pula, Riska sama sekali tidak mau disentuh Angga.Alasan Riska, karena dia masih saja kesal setiap mengingat kejadian di kantor Angga.Walaupun saat itu Angga sudah menunjukkan Cctv yang berada di ruangannya, tidak lantas membuat Riska menjadi lega.Dalam Cctv itu jelas terlihat, Siska yang hendak mencium Angga. Untung saja kedatangan mereka tepat waktu. Jika telat semenit saja, Siska pasti sudah berhasil mencium Angga.Bahkan dengan pemecatan Siska, tidak juga membuat Riska melupakan kejadian itu.Perubahan sikap Riska juga dirasakan para orang tua. Mereka menyadari ada yang tidak beres den
Siang ini, sesuai janjinya pada Angga. Dia akan membantunya. Fajar sengaja mendatangi butik Riska untuk mencoba membantu kedua sahabatnya itu berdamai.Dari semalam, Fajar sudah merencanakan apa saja yang akan dia bicarakan nanti dengan Riska.Semalam, Fajar turun dari kamarnya untuk makan malam bersama kedua orang tuanya. Kebetulan malam ini kedua orang tuanya berada di rumah semua. Hal yang sangat jarang terjadi.Selesai makan malam, Fajar yang biasanya langsung masuk ke kamar, malam ini ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya. Walaupun hanya sebentar."Jarang-jarang ya! Bisa ngumpul gini," ucap Roni, Papa Fajar.Fajar yang dari kecil jarang m
Fajar hanya mengantarkan Riska sampai ke kantor Angga. Fajar tidak berniat ikut masuk kesana.Bisa dihajar Angga jika dia datang bersama Riska dan melihat matanya yang terlihat sedikit bengkak."Aku nggak ikut ya! Aku masih ada urusan!" ucap Fajar begitu Riska keluar dari mobil.Belum sempat Riska menjawab, Fajar sudah terlebih dahulu melajukan mobilnya.Tidak mau ambil pusing, Riska berjalan cepat memasuki kantor Angga. Bahkan Resepsionis yang menyapanya tidak digubris Riska sama sekali.Dipikirannya sekarang, dia hanya ingin cepat-cepat bertemu dengan Angga.Dimas yang kebetulan baru saja keluar
Akhir pekan ini Angga dan Riska hanya bermalas-malasan di rumah.Mereka berada di taman belakang rumah. Mereka duduk di bangku panjang yang tersedia disana.Riska tiduran menjadikan paha Angga sebagai bantal. Sedangkan Angga, dia sedang asyik bermain game di ponselnya.Para orang tua, mereka mengobrol di ruang keluarga seperti biasanya."Mat, coba kamu bilangin sama Angga. Suruh dia ambil cuti untuk bulan madu. Masa sudah lebih dari dua bulan mereka menikah, mereka tidak berbulan madu," ucap Kakek.Rahmat yang merasa dipanggil juga langsung meletakkan koran yang sedang dibacanya. "Pa, biarkan saja Angga dan Riska yang memutuskannya. Kita sebagai orangtua, m
Selesai dengan makan malam. Keluarga Hermawan berkumpul di ruang keluarga.Tidak lupa Riska yang menempel pada Angga seperti lem. Rosyad bahkan sudah berulang kali mengingatkan agar Riska menjaga jaraknya.Bukannya mendengarkan, Riska malah akan mempererat pelukannya jika dia ditegur Papanya agar tidak menempel pada Angga setiap saat."Angga! Kamu tidak ada rencana untuk bulan madu?" tanya Kakek.Angga terdiam sebentar. " tidak ada salahnya juga pergi bulan madu," pikirnya."Iya Kek. Angga sedang mencari waktu yang pas untuk pergi bulan madu," jawab Angga.Kakek mengangguk senang. "Bagus! Bagus!,"
Setelah persiapan untuk bulan madu selesai. Hari ini Angga dan Riska akan berangkat bulan madu ke pulau sebelah.Riska ingin pergi kesana karena mendengar akan keindahan pulau tersebut.Kakek sangat heboh pagi ini. Dibandingkan dengan yang lain, Kakek lah yang paling bersemangat.Kakek yang ingin ikut mengantarkan mereka sampai bandara pun dilarang keras oleh Rahmat dan Sofia."Kenapa tidak boleh? Papa ini masih kuat, masih sehat," balas Kakek saat dilarang untuk ikut mengantarkan Angga dan Riska ke bandara.Karena Kakek masih rewel ingin ikut, akhirnya Riska turun tangan. Dia membujuk Kakek dengan penuh tipu dayanya. Pada akhirnya, Kakek mengalah.
Pagi ini, Angga dan Riska akan jalan-jalan ke pantai.Mereka juga membawa kamera DSLR untuk mengabadikan momen mereka.Riska tadinya ingin memakai baju pantai, tapi Angga melarangnya karena merasa jika baju pantai Riska terlalu tipis."Pakai kaos ini saja!" Angga mengulurkan kaosnya untuk di pakai Riska.Riska dengan berat hati menerima kaos itu, dengan wajah cemberut Riska mengganti baju pantai dengan kaos putih pilihan Angga."Berhenti cemberut! Jika kamu pakai kaos itu kan kita terlihat seperti memakai kaos pasangan," ucap Angga.Riska yang tadinya cemberut akhirnya menyunggingkan senyumnya. Ent
Mereka semua kini tengah menunggu Riska di depan ruang operasi. Bagaimanapun, Riska sekarang sedang menjalani operasi tentu saja mereka semua cemas. Tadi, sesampainya Riska di rumah sakit, tidak lama setelahnya Riska langsung tidak sadar. Akhirnya Dokter memutuskan untuk mengoperasi Riska dan juga untuk menyelamatkan bayinya. Angga yang juga sudah tiba, sudah tidak jelas lagi penampilannya. Rambut acak-acakan, pakaiannya juga sangat kusut. Khawatir tentu saja. Apalagi dia tidak bisa menemani Riska di dalam. Air mata tiada henti menetes di pipi Angga. Angga sangat takut saat ini. Takut jika sampai terjadi apa-apa dengan Riska dan anaknya. Tentu saja yang lainnya juga cemas. Tapi mereka mencoba untuk tetap berpikir waras, agar keadaan tidak menjadi lebih tegang lagi. # Saat ini Angga tengah menemani Riska yang sudah selesai operasi. Kata Dokter yang mengoperasi Riska, Riska akan baik- baik saja. Tapi Angga tetap saja khawatir karena sampai sekarang Riska masih belum sadar. S
Kehamilan Riska sekarang sudah menginjak usia delapan bulan.Siang hari ketika Riska merasa lapar, dia hendak turun ke lantai bawah untuk makan siang.Saat itu Angga sedang bekerja, sedangkan Rahmat juga sedang ada keperluan di kantor.Di rumah hanya ada Riska, kakek dan Sofia.Sofia yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk semuanya dan menantunya.Kakek sedang beristirahat di kamarnya. Di usia yang semakin tua, tubuh renta Kakek menjadi semakin cepat lelah.Terkadang hanya untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu saja Kakek sudah merasa kelelahan.Riska yang merasa sudah lapar pun turun ke bawah menuju ke dapur, tapi sesampainya Riska di lantai bawah. Riska tidak sengaja tersandung karpet yang berada di ruang keluarga.Jika ingin ke dapur, setelah menuruni tangga, maka akan melewati ruang keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meja makan dan dapur."Arghh!"Teriakan Riska sontak membuat kaget Sofia dan Kakek.Sofia langsung meninggalkan pekerjaannya dan langsung
"Hallo! Mau main bareng Riska?"Riska kecil menghampiri dan menyapa Fajar yang masih saja setia berada dalam gendongan Roni.Hal itu tidak lain juga karena Riska diminta Rosyad untuk mengajak Fajar bermain.Sebagai orangtua, tentu saja Rosyad mengetahui apa yang sudah terjadi pada Fajar kecil.Ditinggal pergi oleh pengasuhnya, apalagi Fajar kecil yang memang sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh orangtuanya. Tentu saja bukanlah hal yang mudah.Rosyad tidak menyalahkan orangtua Fajar. Bagaimanapun, pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mulia.Fajar kecil hanya melirik Riska sebentar, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Roni."Kamu tidak mau main sama Riska? Tapi Riska anak yang baik kok!" ucap Riska kecil.Riska kecil pun merogoh saku dressnya dan mengambil permen yang tingga dua biji."Ini, aku kasih kamu permen!" ucap Riska sambil menyodorkan permen dua biji dengan tangan mungilnya."Terima kasih Riska! Nama yang cantik, secantik anaknya!" balas Roni mengambil permen yan
Mendengar Fajar menyebutkan satu nama wanita. Yang ada di benak Sofia ada satu orang, yaitu mantan Fajar.Satu-satunya wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Fajar, sekaligus salah satu wanita yang membuat Riska mengalami mimpi buruk."Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya kembali?" tanya Sofia.Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu, tapi Sofia tahu jika itu juga menjadi duri dalam daging untuk Fajar."Dia sepupu Maria!" balas Fajar sembari melepaskan pelukannya."Katakan pada Fajar, bagaimana Fajar bisa menerima wanita yang ternyata adalah sepupu dari orang yang pernah memberikan Riska mimpi buruk?"Sofia terdiam mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Pantas saja Fajar tidak mau menerimanya!" batin Sofia."Bukankah kamu sudah melepaskan masa lalu? Ada baiknya masa lalu itu kita lepaskan, dan dari masa lalu itu kita buat pelajaran untuk hidup kita kedepannya."Sofia mengerti itu tidak mudah untuk Fajar. Jadi yang bisa Sofia lakukan sekarang adalah menasehatin
"Kenapa harus nunggu aku lahiran? Sekarang calonnya sudah ada di depan mata lho, Jar! Masa kamu mau menggantung anak orang begitu lama sih!" protes Riska."Dua bulan itu tidak lama lagi Ris! Aku sudah membuat kelonggaran untuk mencari pasangan setelah kamu melahirkan. Jangan dorong aku lagi ya! Aku ingin nanti wanitaku bisa menerima anakmu seperti aku menerimanya! Untuk sekarang aku benar-benar tidak berniat untuk mencari pasangan!" balas Fajar panjang lebar.Riska merengut mendengar jawaban Fajar.Fajar bisa menjadi lembut selembut-lembutnya kepada orang-orang yang disayanginya. Tapi Fajar juga bisa menjadi sangat keras kepala jika dia tidak menginginkan sesuatu."Jangan jadikan anakku sebagai alasan untuk kamu menolak wanita, Jar! Atau aku akan merasa bersalah padamu!" ucap Riska."Jangan merasa bersalah! Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusanku. Kamu adalah orang yang sangat penting untukku!" balas Fajar tidak mau kalah."Jika saja kamu tidak memintaku untuk mencari pasangan, mu
Riska sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan dari Maria."Maksud kamu gimana?" tanya Riska memastikan.Pertanyaan Maria bukanlah pertanyaan pertama yang didengarnya. Cukup sering dia mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang yang melihat kedekatannya dengan Fajar.Hal serupa juga terjadi jika dia bersama dengan Angga dulu."Maaf! Bukan apa-apa!"Maria sangat tidak menyangka jika dirinya akan kelepasan bertanya seperti itu."Bodoh banget sih kamu Maria. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal sensitif kayak gitu," rutuk Maria dalam hati."Kamu nggak perlu merasa tidak enak! Ini juga bukan pertama kalinya aku mendapatkan pertanyaan yang serupa!" ucap Riska.Melihat Maria yang terdiam dan memukuli mulutnya, Riska tahu jika Marai merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal seperti itu.Pada akhirnya, Riska memilih untuk menjelaskan kepada Maria, supaya Maria nanti tidak salah paham kepada Fajar."Kalau kamu tanya aku suka nggak sama Fajar, maka jawaban aku suka! Jika kamu bertanya
Fajar tengah memberikan makanan ke piring Riska. Itu adalah pemandangan yang Nita tangkap begitu dia kembali dari kamar mandi."Pada akhirnya aku masihlah kalah dengan Riska! Aku yang sudah berusaha dengan sebaik yang aku bisa, ternyata masih saja kalah dengan Riska yang bahkan tidak perlu melakukan apa-apa!""Kamu sudah kembali, Nit!" ucap Mama Maria.Sontak hal itu membuat semua orang yang berada di sana langsung terdiam.Mereka masih merasa agak canggung setelah mereka mengetahui apa yang sudah Nita lakukan kepada Riska dan kenyataan bahwa Nita ternyata adalah mantan pacar Fajar."Iya, Tan!" Nita yang masih tidak tahu apa-apa pun kemudian duduk kembali di kursinya, meskipun dengan perasaan yang berdebar-debar.Nita sebenarnya merasa takut dengan keberadaan Angga disana. Hanya saja sisi egois Nita masih tidak mau menyerah untuk kembali mengejar Fajar.Jarang-jarang kesempatan berdekatan dengan Fajar terjadi. Maka dari itu Nita harus memanfaatkan kesempatan yang jarang sekali terjadi
"Nita!" ucap Riska dengan suara pelan.Namun mau sepelan apapun Riska mengucapkannya. Angga yang tepat berada di sampingnya bisa mendengarnya dengan jelas.Angga mendengar dengan jelas jika Riska mengucapkan satu nama yang benar-benar bisa membuatnya murka seketika.Orang yang sama besarnya dia benci. Seperti dia membenci Risty."Sayang! Barusan kamu bilang apa?" tanya Angga memastikan.Di mata Angga, hanya ada Riska dan Angga tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Apalagi Riska sekarang tengah hamil, jadi perhatian Angga sepenuhnya dia curahkan kepada Riska. Dan Angga benar-benar menghiraukan sekitarnya.Tapi meskipun begitu. Jika ada bahaya yang mengancam Riska, entah bagaimana Angga akan selalu menyadarinya.Angga pun kemudian mengikuti ke arah mana Riska melihat.Betapa syoknya dia saat melihat sosok Nita. Wanita yang paling dia benci. Tidak pernah sebelumnya Angga membenci seseorang sebagaimana dia membenci sosok Nita.Sontak saja Angga langsung menatap tajam Fajar.Tatapan An
"Berati Nita adalah mantanmu itu?" tanya Maria, tapi lebih terdengar seperti untuk memastikan."Benar sekali! Nita adalah wanita brengsek itu. Apa kamu mau tau apa yang sudah dilakukannya kepada Riska?" tanya Fajar.Lebih tepatnya Fajar mengatakan itu untuk semua orang yang ada di sana.Orang tuanya saja hanya tahu jika mantannya dulu merundung Riska karena cemburu, sampai membuat Riska mengalami mimpi buruk.Atau bisa dikatakan jika orangtua Fajar hanya mengetahui setengah dari cerita yang sesungguhnya."Nita tidak mungkin melakukan hal yang buruk seperti itu kan?" tanya Papa Maria dengan suara yang terdengar tidak yakin.Sepengetahuannya, keponakannya itu selalu bersikap baik jika berada di rumah. Tapi dia juga tahu dengan temperamen sahabatnya itu. Tidak mungkin mereka akan mengatakan hal yang buruk hanya untuk menjatuhkan seseorang. Itu bukan gaya mereka."Aku juga bukannya mau menjelek-jelekkan orang, tapi menurutku wanita itu memang sudah sangat keterlaluan karena merundung tema