Di restoran yang terbilang mewah, Gisca duduk berhadapan dengan Riana. Riana bahkan sengaja memilih ruangan VIP sehingga mereka bisa makan siang dengan nyaman di ruangan tertutup hanya berdua saja.Riana juga sudah meminta pada Gisca agar mereka berbicara santai saja. Tanpa perlu embel-embel Mbak. Panggil nama saja agar lebih nyaman."Kamu tahu kenapa aku ngajak kamu ke sini?" tanya Riana sambil menikmati menu spesial di hadapannya, tentunya Gisca juga."Katanya mau ngobrol," jawab Gisca ragu-ragu.Riana tersenyum hangat. "Aku pikir kamu tahu apa yang ingin aku bicarakan.""Tentang Mas Barra?" balas Gisca memberanikan diri, meski agak ragu ketika mengatakannya."Tepat sekali. Lagian memangnya apa lagi kalau bukan tentang calon suamiku?"Jujur, Gisca masih menebak-nebak arah pembicaraan Riana. Apakah ke arah perdebatan, pertengkaran atau interogasi. Gisca masih bingung karena ekspresi wanita di hadapannya itu begitu hangat padanya."Kamu sepupunya, bukan?" tanya Riana kemudian.Gisca m
Gisca tentu mengerti maksud Barra. Jelas pria itu hanya mengincar tubuhnya!Namun, Gisca memilih tidak menjawab apa-apa. Ia malah langsung turun dari mobil pria itu.Tentunya akan jadi pusat perhatian jika Gisca dan Barra berjalan memasuki kantor berdua. Untuk itu, Gisca memutuskan masuk lebih dulu. Lagi pula ia sedang tidak ingin bicara dengan Barra. Barra yang terang-terangan menunjukkan dua wajahnya, yakni saat di depan Riana maupun di depan Gisca.Gisca berjalan pelan memasuki kantor menuju divisi tempatnya bekerja. Samar-samar ia melihat beberapa orang menatapnya yang pastinya sambil membicarakannya. Ah, Gisca seharusnya tidak heran. Dengan Riana mendatanginya seperti tadi, jelas menimbulkan tanda tanya sekaligus rasa penasaran para staf lain.Baru saja masuk ke divisi PP-02, Gisca langsung disambut beberapa orang yang sudah pasti akan membombardirnya dengan banyak pertanyaan."Kamu beneran sepupunya Dokter Barra?""Kenapa nggak bilang?""Tadi kamu ngapain aja sama Riana Larasati
Dua Minggu berlalu, setelah insiden pembelaan Barra terhadap Gisca di ruangan Divisi PP-02, anggap saja itu terakhir kalinya Gisca bertemu pria itu. Ya, setelah hari itu, Gisca tak pernah bertemu Barra lagi.Chat? Gisca dan Barra hampir tak pernah berkomunikasi via chat maupun telepon. Lagi pula, apa alasan Gisca menghubungi pria itu lebih dulu?Gisca seharusnya senang tidak berkomunikasi lagi dengan Barra, karena itu artinya jarak antara mereka semakin terjaga. Tapi sungguh sial dan konyolnya, Gisca malah terus memikirkan pria itu!Gisca jadi bertanya-tanya, apa Barra memang sudah menyadari kesalahannya dan memutuskan menjauhinya demi menjaga kesetiaan pada Riana? Atau mungkin Gisca punya salah terhadap pria itu? Gisca jadi bingung sendiri.Berbeda dengan Barra yang tidak pernah berkomunikasi dengan Gisca hampir dua pekan, yang terjadi pada Riana justru sebaliknya. Ya, boleh dibilang Gisca mulai menjadi akrab dengan wanita itu.Semua berawal dari perkenalan sekaligus makan siang wakt
Sejujurnya Gisca terkejut saat tiba-tiba Barra datang ke kamar mes yang ditempatinya, karena yang ia tahu Barra sedang berada di luar kota sehingga tadi tidak bisa mengantarnya pulang. Setidaknya itu yang Riana katakan.Namun, sekarang pria itu sudah ada di hadapannya sekarang. Setelah dua minggu mereka tak bertemu, sekarang Barra mengajaknya melakukan kekhilafan yang paling jauh dari segala kekhilafan yang pernah mereka lakukan.Jangan ditanya bagaimana kabar jantung Gisca sekarang, detaknya sangat cepat. Lebih cepat dibandingkan khilaf-khilaf sebelumnya."Mas, aku rasa Mas Barra semakin keterlaluan. Sebaiknya kita berhenti sebelum lebih jauh lagi," kata Gisca sembari bergerak mundur."Apa kamu bilang? Coba katakan sekali lagi," jawab Barra dengan santainya. Ia maju untuk mengikuti pergerakan Gisca."Mas, tolong hentikan."Barra tersenyum. "Gisca, kamu yakin ini harus dihentikan? Bahkan kamu mengatakan itu sambil menggiring saya ke ranjang.""Lihatlah apa yang saya bawa. Ini pengaman
Riana senang akhirnya peran utama wanita untuk film layar lebar berhasil ia dapatkan. Nantinya ia akan berperan sebagai wanita baik tersakiti yang suaminya direbut pelakor. Idenya memang terbilang klise, tapi karena ini karya sutradara yang terkenal dengan karya-karya terbaiknya, Riana yakin film yang orang-orang pikir lebih cocok menjadi sinetron atau FTV itu akan berhasil dikemas dengan elegan dan sempurna oleh sang sutradara.Tidak bisa dimungkiri Riana mendapatkan peran tersebut berkat Fiona yang merupakan kenalan sang sutradara. Sebetulnya ini bukan khas Riana sampai harus mengambil jalur nepotisme, tapi wanita itu akan membuktikan bakatnya dan menunjukkan bahwa ia memang layak mendapatkan peran tersebut.Malam ini, untuk merayakan hal tersebut, Riana mengajak Fiona untuk makan malam berdua. Setahu Riana, Barra sedang berada di puncak. Itu sebabnya ia memilih merayakannya dengan Fiona dulu."Kalau begini terus, lama-lama kita bisa jadi bestie," kata Riana setelah meletakkan kemba
Semenjak kedatangannya ke mes Gisca beberapa waktu lalu dan hampir tertangkap basah oleh Barra, semenjak saat itu Saga memutuskan rehat sejenak. Saga ingin membuat Gisca dan Barra lengah, merasa dirinya sudah berhenti mengejar. Namun faktanya Saga seakan 'menghilang' karena pria itu sengaja melakukannya. Itu Saga lakukan agar saat mereka lengah, aksinya bisa berjalan dengan lancar. Saga bosan lantaran selalu gagal mendapatkan Gisca.Setelah sekian lama diam, hari ini Saga memutuskan mengintai Gisca. Lucunya pagi-pagi sekali begini, Saga melihat Gisca sedang berjalan bersama Barra. Mereka bahkan sarapan bersama. Pertanyaannya adalah ... kenapa mereka pagi-pagi sekali keluar dari Starlight? Kalau Gisca masih masuk akal karena memang tinggal di mes. Sedangkan Barra? Menginap atau memang sengaja pagi-pagi sekali datang ke mes Gisca untuk sarapan bersama?"Sial! Telat! Harusnya mengintai sejak malam. Dengan begitu jadi tahu sejak kapan Barra ada di mes," batin Saga.Sejak awal Saga memang
“Ya ampun, aku tadi lagi nge-prank kamu. Kameranya lupa di-off sampai sekarang,” ucap Riana saat menyadari kamera yang sengaja diletakkan di sudut kamarnya masih aktif merekam.Barra lalu mendekat pada Riana. “Aduh, bagaimana ini? Tadi kita ciuman. Pasti terekam.”“Ya pasti aku cut-lah, Bar. Kamu aneh-aneh aja. Aku nggak se-gila itu yang akan mempertontonkan kissing scene. Lagian acara prank-nya pun cuma sebentar, rekaman kebablasannya yang lama.”Barra terkekeh. “Bercanda, Sayang.”“Ngomong-ngomong tadi aku lihat saat kamu datang. Kamu kenapa naik taksi? Mobil kamu kenapa?” tanya Riana kemudian sambil menggandeng tangan Barra kembali ke sofa.“Ya, aku memang naik taksi karena mobilku ada di rumah.”“Tadi aku samar-samar dengar mama bilang kamu lagi di tempat ramai saat ngobrol sama kamu via telepon, sayangnya aku nggak bisa bertanya lebih lanjut karena mama buru-buru berangkat. Memangnya kamu ada di mana se-pagi ini?”“CFD dekat Starlight. Sarapan bubur di sana.”“Kamu sarapan sejauh
Setelah membaca chat dari Saga, spontan Gisca gemetar, lebih parah dari gemetar saat Saga mengejarnya tadi. Dari mana Saga tahu kalau Gisca dengan Barra ada main?Tidak! Jangan sampai Saga memberi tahu Riana. Sungguh, Gisca ketakutan sekarang. Ia belum siap dengan segala konsekuensinya. Gisca resah. Apa yang harus ia lakukan?Dalam chat lanjutannya, Saga tidak lupa menyebutkan lantai dan nomor kamar hotelnya. Hotelnya tidak jauh dari mes, hal yang memudahkan Saga untuk mengintai Gisca kapan saja pria itu mau.Dengan tangan masih gemetar, alih-alih mengabaikan chat Saga seperti biasa, Gisca memutuskan menelepon langsung pria itu. Ini darurat dan Gisca tak bisa bersikap bodo amat setelah hubungannya dengan Barra diketahui orang lain terlebih orang itu adalah Saga.Tidak butuh waktu lama, Saga langsung mengangkat panggilan Gisca, seolah tahu kalau Gisca memang pasti akan menghubunginya.“Hai, Sayang?” sapa Saga di ujung telepon sana. Suaranya tampak sangat ceria, seakan tujuannya berhasi
Kemenangan Gisca dan Saga sebagai pasangan terfavorit maupun Riana sebagai pemeran utama terbaik serta semua pemenang lainnya sama sekali bukanlah rekayasa, melainkan murni hasil akumulasi dari penilaian juri khusus serta voting secara umum.Gia TV dan khususnya penanggung jawab acara serta tim kreatif sama sekali tidak pernah merencanakan tentang Gisca, Saga dan Riana akan berada dalam satu frame sekalipun tahu hal itu bisa membuat rating melonjak tinggi.Memang benar kehadiran mereka bertiga sebelumnya sudah digadang-gadang menjadi sasaran empuk media sebagai bahan pemberitaan, itu sebabnya beberapa pemburu berita sudah mengantisipasi untuk terus memperhatikan gerak-gerik mereka di tempat duduk masing-masing, berjaga jika sewaktu-waktu ada interaksi antara mereka.Namun, tidak pernah ada yang menduga ternyata Gisca malah yang pertama membuka ‘pintu’ komunikasi antara mereka. Ya, permintaan maaf Gisca dalam pidato kemenangan sudah pasti ditujukan untuk Riana. Hal itu membuat tim krea
Kesuksesan Teman tapi Khilaf membawa nama Gisca dan Saga menjadi pasangan paling hits dan favorit pada beberapa bulan belakangan ini. Padahal mereka bukan artis, tapi mereka terkenal selayaknya pasangan artis. Dulu, posisi tersebut sempat diraih oleh Riana dan Barra saat mereka baru menikah.Memang benar bahwa roda itu berputar tanpa bisa ditebak. Mungkin sebelumnya Gisca dan Saga pernah berada di posisi yang membuat siapa pun bisa terpuruk bahkan hancur. Dan kini roda mereka telah berputar. Namun terlepas dari itu, baik Gisca maupun Saga menanggapinya dengan tidak berlebihan. Mereka bersikap apa adanya sebagai pasangan yang bahagia.Dalam kata lain, dengan predikat pasangan paling hits atau tanpa predikat tersebut, situasinya akan tetap sama, bahwa Gisca adalah istri yang terbaik bagi Saga. Begitu juga sebaliknya bahwa Saga merupakan suami terhebat bagi Gisca.Selain menjadikan mereka pasangan ter-hits, Teman tapi Khilaf juga membuat Gisca dan Saga masuk ke salah satu nominasi dalam
Saat ini Riana baru saja menikmati makan malam bersama Romeo. Romeo yang menyempatkan mampir ke rumah Riana padahal sedang sibuk-sibuknya memproduksi sebuah film. Ah, bahkan Riana juga sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk syuting drama series yang akan dimulai beberapa hari lagi di Bali. Apa makan malam ini bisa mereka anggap sebagai bentuk saling menyemangati kesibukan masing-masing? Atau jangan-jangan sebagai pelepas rindu karena bisa jadi setelah ini mereka akan jarang bertemu akibat kesibukan tersebut.Namun yang pasti, status mereka belum berubah sedikit pun dari yang tadinya sutradara-cast menjadi teman. Ya, mereka masih teman sekalipun interaksi mereka seperti orang pacaran.“Respons orang-orang tentang Teman tapi Khilaf lumayan juga ya, Mas,” kata Riana.“Iya, tim produksi pun udah mulai dibentuk dan merencanakan banyak hal untuk film-nya. Cuma belum tahu juga waktu pastinya karena saya masih harus mengerjakan film lain.”“Mas Romeo yang akan menjadi sutradaranya?”Romeo
Tuti itu cantik khas kembang desa. Tidak kalah cantik dari Riana atau Gisca. Selain itu, Tuti sudah banyak membantu Barra semenjak pria itu menjadi Yanto sehingga bisa beradaptasi dengan hidup barunya itu. Namun, Barra masih tak habis pikir dengan perkataan Tuti yang ingin membatalkan pernikahan dengan sang pacar demi seorang Yanto yang secara status bukan siapa-siapa. Hanya mas-mas penjual bakso yang tidak terlalu good looking.Tuti memang jujur atau hanya sedang membual seperti yang pernah Barra lakukan untuk membuat Gisca terbuai? Barra tidak tahu. Dan konyolnya Barra yang sebenarnya tidak memiliki perasaan apa-apa pada Tuti, beberapa hari ini mendadak terus memikirkan wanita itu. Apa Tuti berhasil membuatnya terbuai?Barra tahu betul bahwa tidak seharusnya ia mempertimbangkan ajakan Tuti untuk menjalin hubungan, karena sama saja ia menjadi orang ketiga dalam hubungan Tuti dengan calon suaminya. Barra tak mau jadi perusak hubungan atau perebut pacar orang. Sialnya, Barra yang norma
“Apa yang akan terjadi kalau Mas Barra tidak melarikan diri dan memalsukan kematiannya?”“Kenapa tiba-tiba nanya itu?” Saga balik bertanya pada istrinya.Gisca sendiri tidak tahu alasan pastinya. Ya, pertanyaan barusan benar-benar lolos begitu saja. Apa mungkin karena mereka baru saja melihat liputan Riana saat menaburkan bunga di lautan? Entahlah. Berita tentang aktivitas Riana tersebut tak henti-hentinya berseliweran sehingga mengundang pembahasan orang-orang, tak terkecuali Gisca dan Saga yang memang tahu fakta sebenarnya.“Kamu tahu sendiri pembahasan ini pasti larinya ke situ lagi,” sambung Saga.“Ya. Aku tahu pembahasan ini otomatis akan mengingatkan kita pada sesuatu yang sepakat kita lupakan. Tapi serius, aku udah sepenuhnya berdamai dengan keadaan. Aku juga udah memaafkan diri sendiri tentang kesalahan bodohku. Itu sebabnya aku bisa se-santai ini saat membahasnya,” jelas Gisca. “Aku juga udah nggak dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang sempat aku rasakan terutama perasaa
Di saat Gisca dan Saga menjalani hidup baru dengan bahagia dan bahkan hendak menerbitkan novel Teman tapi Khilaf, berbeda dengan Riana yang sedang menikmati peran gandanya sebagai new mom sekaligus aktris yang disibukkan dengan proyek film terbarunya, yang akan menjadi film keduanya setelah kesuksesan Selingkuhan Suamiku.Selain itu, Riana masih menerima tawaran untuk membintangi beberapa iklan, promosi berbayar di Instagram dan terutama tanggung jawabnya sebagai brand ambasador Starlight.Itu sebabnya Riana baru sempat mendatangi lautan tempat ditemukannya barang-barang pribadi milik mantan suaminya. Sebenarnya Riana tak punya kewajiban datang apalagi sampai membawa bunga untuk ditaburkan. Namun, ia merasa perlu melakukannya.Dengan didampingi oleh manajernya, Riana baru saja turun dari kapal dan bersiap kembali ke mobilnya. Setidaknya apa yang dilakukannya hari ini akan menjadi salam perpisahan terakhirnya untuk pria yang pernah sangat dekat dengannya, yang kemudian menjelma menjadi
Berkat kerja sama yang serius tapi menyenangkan antara penulis ternama Sakina Adriana dengan Gisca dan Saga sang pemilik kisah, dalam beberapa bulan novel Teman tapi Khilaf akhirnya selesai ditulis. Novel tersebut bahkan sudah siap untuk dicetak atau diterbitkan. Hanya tinggal satu langkah terakhir untuk memastikannya.Novel itu akan terbit di bawah naungan Penerbit Aluna, tempat Sakina menerbitkan novel-novelnya. Saat ini Gisca menatap novel di tangannya. Dengan cover romantis menggunakan gambar asli dirinya dengan Saga, benar-benar membuat Gisca merasa terharu. Seumur hidupnya, Gisca tak pernah membayangkan akan ada novel yang dirinya sendiri sebagai pemeran utamanya.“Novel ini nggak mungkin selesai kalau bukan Bu Sakina yang menulisnya,” kata Gisca. “Jujur, sejak awal Bu Sakina itu udah menjadi pendengar yang baik dan nggak heran bakalan sukses menuliskan apa yang Bu Sakina dengar dari kami sehingga sekarang udah menjadi novel setebal empat ratusan halaman ini,” kata Gisca. “Untuk
“Dia adalah siapa?” tanya Gisca tak sabaran. Bisa-bisanya Saga malah menggantung kalimatnya padahal Gisca sudah sangat penasaran.“Barra belum meninggal,” kata Saga dengan santainya, seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar.Berbeda dengan Saga yang santai, justru Gisca sangat terkejut. Jujur saja, berita meninggalnya Barra yang belakangan ini mencuat tidak membuatnya senang maupun sedih, tapi tetap saja fakta jika pria itu masih hidup mengejutkan baginya.“Lalu kenapa kalau belum meninggal? Kamu mau mempertemukanku dengannya? Apa orang yang akan kita temui adalah dia?” tanya Gisca setelah menstabilkan ekspresinya.“Tentu bukan. Untuk apa aku mempertemukanmu dengannya? Menurutku, Barra sudah menjadi bagian dari masa lalu. Baik masa lalumu maupun masa laluku. Meskipun aku tahu dia masih hidup, aku merasa nggak ada gunanya untuk berurusan dengannya lagi,” jelas Saga.“Tapi bagaimana bisa? Sedangkan berita yang beredar….”“Dia memanipulasi keadaan dengan memalsukan kematiannya. Se
Saat Gisca dan Saga menjalani kehidupan yang bahagia sambil perlahan melupakan skandal yang pernah terjadi, sementara itu Riana tidak jauh berbeda. Wanita itu sangat nyaman dengan kehidupannya bersama putri semata wayangnya, Raline.Seiring berjalannya waktu, Riana sudah belajar lebih banyak tentang berdamai dengan keadaan. Ia yang awalnya seolah hanya diam demi menjaga reputasinya, kini mulai menyadari bahwa langkah yang diambilnya adalah paling tepat.Riana sadar, seandainya ia mengamuk atau membalas dendam, hal itu hanya akan membuang-buang energinya lantaran tidak akan mengubah kenyataan. Itu sebabnya ia mantap untuk menganggap semua yang terjadi padanya adalah ujian dalam hidupnya. Ia juga tidak akan menyesali apa pun lagi.Sekarang, yang Riana tahu Barra sudah meninggal. Sejujurnya terkadang ia tak pernah membayangkan hubungannya dengan Barra berakhir begini. Namun, Riana tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah berurusan dengan takdir. Dan satu hal yang pasti, jika suatu saat nanti