Home / Fantasi / Teleportasi / Chapter 8: Wanita Dalam Mimpi

Share

Chapter 8: Wanita Dalam Mimpi

Author: Khansa Maria
last update Last Updated: 2021-07-28 20:13:20

Malam yang dingin membuat semua penghuni asrama terlelap di balik selimut tebalnya, hanya Keira yang masih tetap terjaga. 

Ia mengendap-endap menyusuri ruang makan yang gelap, menuju ruang santai yang dipenuhi lukisan, beberapa komik dan sofa-sofa kecil di sekeliling meja billiard berwarna hijau. 

Kakinya yang beralaskan sneakers mulai menapaki lantai ubin di ruang santai, Keira mengenakan celana panjang berbahan cotton biru navy dan sweater panjang dari wol berwarna biru laut, ia segera menaiki kursi kayu yang terletak di depan meja di sudut ruangan.

“Aku harus mencobanya!” perintah Keira pada dirinya sendiri. 

“Aku harus membuktikan, apakah ini teleportasi atau hanya mimpi saja,” tegasnya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Beberapa detik kemudian Keira memejamkan matanya dan berusaha berkonsentrasi untuk mengingat  sebuah jalan, jalan yang ia lalui saat berangkat dari rumahnya menuju ke Pinewood. 

Telunjuk tangan kanannya segera digerakkan saat pikirannya mulai membayangkan dan mulai melihat ruang makan yang gelap.

Ia bergerak menyusuri ruang makan asrama, melalui jembatan, tapi terlalu lama untuk menaiki lift, sehingga ia memutuskan melompat melalui jembatan dan ia melihat taman yang hijau dipenuhi pohon cemara.

Dalam pikirannya ia segera menyusuri koridor di lantai dasar dan saat hendak berbelok menuju pintu masuk, tiba- tiba sesuatu mengagetkannya.

“Ada siapa di dalam?” seru sebuah suara dari balik pintu ruang santai dan membuat konsentrasi Keira buyar dengan seketika.

Keira segera membuka matanya dan kaget setengah mati saat ia melemparkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

“Mustahil!”

Keira mendapati dirinya sekarang berada di koridor lantai dasar, tepat seperti yang dipikirkan dan dibayangkannya di ruang santai tadi.

“Ini benar-benar nyata!”

“Aku bisa melakukannya, aku bisa melakukan ‘Teleportasi’!” seru Keira, ada rasa sedikit senang dalam benaknya.

Keira segera kembali ke dalam kamarnya dengan menggunakan ‘Teleportasi’, tak lebih dari satu menit ia sudah berada di atas ranjangnya. 

Tak ada satupun yang terbangun saat itu, Keira segera memejamkan matanya, dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Mata wanita itu terbuka lebar dan membuat wajahnya yang cantik berubah menjadi mengerikan saat ia menghembuskan nafas terakhirnya, Keira melihat pergelangan kakinya yang berlumuran darah.

“Tidakk!!” jerit Keira beranjak dari mimpinya dan membuat seisi kamar lagi-lagi terbangun.

“Kamu mimpi buruk lagi, Kei?” tanya Liny dari ranjang di sebelah kirinya.

“Sepertinya begitu!”

“Kamu itu bisa nggak sih, tidur dengan tenang dan berhenti mengganggu tidur kami? Kamu tahu, sudah satu minggu kita tidur dalam satu kamar dan sudah satu minggu pula kamu selalu berteriak dalam tidurmu dan membangunkan kami dimalam hari!” 

Vero kesal, Keira hanya tertunduk mendengarnya, keringat dinginnya terus mengalir. Sudah satu minggu ini dia berada di asrama dan mimpi buruk itu terus terulang.

Mungkin dia sudah sangat hafal dengan wajah wanita dalam mimpinya itu. Meskipun ia sudah menyadari ‘Teleportasi’ yang mampu dilakukannya, tapi ia belum bisa mengatasi mimpi buruknya yang mulai tak terkendali.

“Cepat berkumpul! Karena ini adalah hari sabtu, maka kalian bisa bebas keluar asrama, tapi ingat tidak boleh keluar dari lingkungan sekolah!” jelas Bu Berta dari ujung meja makan saat menanti pegawai dapur menghidangkan semua makanan. 

Sarapan pagi ini adalah kentang goreng, disiram saus wijen, dan segelas susu sapi segar. Seperti biasa Keira mengenakan kaos berlapis sweater, tapi Liny pagi ini terlihat tak menghiasi rambutnya dengan benda-benda yang nyentrik abis yang bernama jepit rambut.

“Bu!” seru Vero mengeraskan suaranya tiba-tiba dari kursinya, di samping Liny.

“Saya ada keluhan!”

“Ya, katakana saja,” ujar Bu Berta menanggapi Vero yang sekilas melirikkan matanya pada Keira.

“Saya tidak tahan tidur satu kamar dengan Keira, dia selalu berteriak dimalam hari dan itu sangat mengganggu! Apa dia bisa dipindahkan ke kamar lain?”

“Tinggal kamu saja yang pindah!” celetuk Liny, suasana ruang makan menjadi ribut semua anak berbisik-bisik, Keira terdiam tak ada sebuah pembelaan yang keluar dari mulutnya yang tertutup rapat.

“Semuanya diam!” perintah Bu Berta yang baru saja selesai mencerna keluhan Vero.

“Apa hanya kamu yang keberatan dengan hal itu?” tanya Bu Berta, Vero segera menatap dua anak kembar yang segera bangkit dari kursinya.

“Kami juga, Bu!” seru Fane dan Fani bersamaan, melihat hal itu Bu Berta memutar bola matanya menatap Keira yang terdiam.

“Baiklah nanti akan ibu pertimbangkan!” 

Bu Berta membuat tiga teman sekamar Keira tersenyum penuh kemenangan pada Keira dan Liny yang tak bisa menutupi kekesalannya. 

Sarapan terasa sangat hambar dan tak karuan bagi Keira, tak ada satu pun makanan yang masuk ke dalam mulutnya setelah Vero membuat keadaan semakin kacau.

Wangi daun cemara terasa sejuk, koridor kelas dipenuhi anak- anak yang sedang berantri untuk menaiki lift, karena kelas 2 dan 3 tak ada yang pulang saat akhir pekan.

Dan semua murid saat ini berbondong-bondong menuju lantai dasar untuk melihat persiapan acara pembukaan tahun ajaran baru yang akan dilaksanakan nanti sore.

Keira, Rion, dan Liny, berjalan bersama menuju lift, dan Vero yang melihat hal itu langsung dibakar api cemburu dan segera melangkah menghampiri Keira.

Plakkk!!

“Auw…” pipi Keira terasa panas saat sebuah tamparan mendarat di pipinya, waktu seolah berhenti beberapa detik setelah cap lima jari berhasil menghiasi pipi Keira yang memerah.

“Kamu itu apa-apaan sih!” bentak Rion persis di depan muka Vero yang geram menatap Keira.

“Kurang puas, tadi pagi mempermalukan aku di ruang makan?” tanya Keira lirih, suaranya terdengar dingin dan tatapan yang mengarah pada Vero terlihat lebih galak dari sebelumnya.

“Ayo cepat pergi dari tempat ini!” saran Liny menggandeng lengan Keira dan menariknya masuk ke dalam lift bersama Rion, mereka meninggalkan Vero dan dua anak kembar yang terlihat semakin kesal.

“Dasar cewek gila!!!” gerutu Vero pada Keira yang segera hilang dari pandangannya.

Akhirnya dengan pipi yang masih terasa panas, Keira bersama Liny dan Rion keluar dari lift yang telah berhasil mengantarkan mereka di lantai dasar.

Koridor lantai dasar gedung selatan sangat ramai, beberapa orang sedang disibukkan dengan sebuah meja panjang yang sedang diberi penutup dan hiasan di atasnya.

Tapi tiba-tiba seseorang bertubuh besar menghalangi pandangan Liny, Rion, dan Keira yang masih terdiam sembari sesekali memegangi pipinya.

“Keira Atlantic!” panggil seorang wanita di hadapannya.

“Bu Berta,” sahut Keira menatap pada Rion yang segera menundukkan kepalanya saat melihat wanita itu, sedangkan Liny sama sekali tak mencoba untuk memandang Bu Berta lebih lama.

“Kamu dipanggil ke ruangan Pak Guna,” jelas Bu Berta mengalihkan pandangannya pada Rion dengan mata menyelidik.

“Pak Guna?” ulang Keira.

“Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan!” ujar Bu Berta yang  segera berlalu dari hadapan Keira.

“Ada apa? Apa yang perlu dibicarakan?” batin Keira.

“Kami akan menunggumu di aula,” ujar Liny pada Keira yang segera mengikuti langkah Bu Berta yang cepat setelah melemparkan pandangan penuh tanya pada kedua temannya.

Bu Berta berhenti di depan sebuah ruangan bercat putih yang terletak di koridor ruang guru, di lantai dasar gedung selatan.

“Silahkan masuk saja, dia sudah menunggu mu!” seru Bu Berta mempersilakan Keira di depan pintu.

Keira menyusuri ruangan guru psikologi itu yang semua perabotannya berwarna putih bersih, ruangan yang terasa menenangkan siapapun yang memasukinya.

“Percepatlah langkahmu!” perintah sebuah suara yang terdengar dari balik pembatas ruangan.

“Apa ada hal penting yang harus dibicarakan?” tanya Keira pada Pak Guna yang terlihat bersemangat dari balik mejanya.

“Duduklah!” perintah Pak Guna sembari menunjuk kursi di depan mejanya.

“Pertama-tama saya ingin menanyakan hal yang sangat penting padamu, dan berjanjilah kau akan menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur,” Pak Guna menajamkan pandangannya pada Keira yang sedikit bingung.

“Jika itu bisa membantu bapak, akan saya lakukan!” sahut Keira memaksakan wajahnya untuk tersenyum.

“Ini bukan untuk membantu saya, tapi membantu dirimu sendiri!”

“Maksud Bapak?” tanya Keira semakin dibuat bingung.

“Maksud saya adalah, saya akan mencoba membantumu menyelesaikan masalah yang membebani pikiranmu, dan masalah yang membuatmu tak bisa tidur dengan tenang!”

“Apa Bapak mendengar semua itu dari Bu Berta?”

“Ada beberapa hal yang harus diselesaikan bersama-sama dan kami akan membantu mengembalikan jiwamu yang sehat,”

“Apa Bapak berpikir jiwa saya terganggu?” 

Keira merasa tersinggung mendengar ucapan Pak Guna.

“Bukan begitu, maksud saya!” 

Pak Guna mencoba menghentikan perkataannya dan menghembuskan nafasnya untuk memilih kalimat yang sepertinya akan lebih efektif.

“Sudah satu minggu kamu berada di sekolah ini, dan beberapa murid mulai terus memperhatikanmu karena mereka merasa kamu aneh, bahkan kamu tak bergaul dengan murid lain, selain Liny dan Rion.” Lanjut Pak Guna sedikit ragu untuk mengucapkannya.

“Dan beberapa murid mengatakan aku kurang waras kan?” gumam Keira dari ujung bibirnya.

“Setidaknya kau menyadari hal itu,” sahut Pak Guna menatap mejanya.

“Aku akan menyelesaikannya sendiri!” seru Keira, tanpa mendengar jawaban Pak gurunya, ia keluar dari ruangan itu.

“Sudah kuduga semua ini akan terulang! Ibu, kenapa kau memasukanku ke penjara ini?” gerutu Keira.

Related chapters

  • Teleportasi   Chapter 9: Malam Perkenalan Pinewood

    Waktu telah menunjukkan pukul 17:55 WIB, acara pembukaan tahun ajaran baru akan segera dimulai. Aula Pinewood lebih ramai dan meriah dari tadi siang, murid kelas satu yang memakai seragam merah berbaris di bagian timur. D tengah aula untuk murid kelas dua yang mengenakan seragam serupa dengan kelas satu hanya saja warnanya biru tua. Sedangkan murid kelas tiga berbaris di bagian barat dengan mengenakan seragam berwarna hitam. Seragam di SMA Pinewood memang warnanya berbeda dari kelas satu sampai tiga, tapi motif dan modelnya sama, dan itu mempermudah siswa mencari teman angkatan mereka. “Kakakmu mana, Lin?” tanya Rion pada Liny di tengah barisan. “Entahlah, dari tadi aku belum melihatnya!” sahut Liny celingukan kesana-kemari. “Kenapa dari tadi siang kau diam terus, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?”

    Last Updated : 2021-07-28
  • Teleportasi   Chapter 10: Hukuman Kamar Tertutup

    Malam kian larut, tetapi ruang makan asrama kelas satu masih dipenuhi murid yang kelihatannya sudah mulai ngantuk dan lelah setelah mengikuti acara pembukaan tahun ajaran baru.Ada beberapa anak yang terlihat kesal, geram dan mulai menggerutu sendiri sembari menggosipkan Keira.“Kemana saja sih anak itu!” seru Vero kesal dan menatap Liny yang menundukkan kepalanya. Liny enggan menanggapi teman sekamarnya. Ia dan Rion gagal mengejar Keira yang berlari dan menghilang saat keluar dari aula.“Semuanya harap tenang! Kita akan menunggunya lima menit lagi, jika dia tak datang juga, maka dia akan diskorsing dari sekolah!” ungkap Bu Berta dari mejanya.“Tapi Bu…,” ujar Rion yang bangkit dari kursinya dan berusaha membela Keira yang entah berada dimana sekarang.“Rion! Sebaiknya kamu diam!” sergah Bu Berta membuat Rion terduduk kembali di bangkunya.“Skorsing?” ulan

    Last Updated : 2021-08-30
  • Teleportasi   Chapter 11: Wanita dan Anaknya

    Hari senin pagi selalu membuat semua siswa sibuk, mulai bangun pagi, kembali belajar, dan Keira akan keluar dari kamar yang membuat tubuhnya terasa kotor penuh debu.“Keira! Kamu boleh keluar!” perintah Bu Berta membuka pintu besi yang dipenuhi karat, tapi ia segera menyipitkan matanya saat melihat Keira yang sudah berdiri di tengah kamar dengan badan yang tetap segar meski sedikit kusam berdebu.“Terima kasih, Bu!” sahut Keira sembari menyembunyikan barang-barang bawaannya di balik bajunya.“Keira! Apa kamu benar-benar kuat untuk berjalan sendiri?” selidik Bu Berta pada Keira yang tidak diberi makan sejak sabtu.“Aku bahkan dapat berlari, jika itu harus!” sahut Keira dengan tenang dan sombong.“Terserah apa katamu, sebaiknya cepat mandi dan bergabung bersama teman-temanmu di ruang makan!” perintah Bu Berta yang segera berjalan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya penuh keheranan.“Mana mungkin kuberitahu, bahwa aku masuk ke dapur dan memakan makanan dari dalam kulkas selama dua mal

    Last Updated : 2024-02-18
  • Teleportasi   Chapter 12: Takdir Selalu Menemukan Jalannya

    Seberapa keras kamu mencoba menghindari takdir yang tak kau inginkan, takdir selalu memiliki jalannya sendiri untuk datang menghampirimu.Keira yang mencoba membuka lembaran baru, mencoba bersembunyi dan menghindari masalah sepertinya tak berdaya saat nalurinya bereaksi dengan spontan.Baru beberapa hari di sekolah asrama, Keira merasa hidupnya semakin sulit dikendalikan, ia tak bisa berkonsentrasi dalam belajar, apalagi mimpi buruknya semakin mendekati kenyataan, saat Mrs.Ivanna datang ke Pinewood.Belati yang dilihatnya dalam mimpi juga sudah dilihatnya dalam kenyataan, hanya saja Keira belum tahu siapa pemilik belati itu, ditambah lagi dengan Evanda yang terus-terusan mengawasinya.“Mungkin dia marah, mendengar ucapanku mengenai Mrs.Ivanna yang ternyata adalah ibunya, tapi bagaimana aku meyakinkannya, bahwa ucapanku benar dan bagaimana caranya aku mencegah kejadian mengerikan itu?”Keira teringat masa lalu yang menghantuinya, bagaimana ia dituduh sebagai biang keladi atas bencana y

    Last Updated : 2024-02-18
  • Teleportasi   Chapter 13: Saat Mimpi Menjadi Kenyataan

    Mimpi dan kenyataan memang seringkali berbanding terbalik, tapi tak jarang juga mimpi menjadi kenyataan meski tak diharapkan. Bisa apa manusia jika itu terjadi? Akhir bulan ini tak ada yang bisa Keira lakukan, selain terus menyantap makan siangnya dan melihat para penghuni asrama sedikit demi sedikit berkurang. Tentu saja Keira merasa iri melihat teman- temannya pulang ke rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menghabiskan hari liburnya di dalam asrama. Dua hari libur yang berlalu pasti akan terasa seperti dua windu bai Keira “Kei! Aku pulang dulu ya, lusa aku akan kembali kesini dan membawa oleh-oleh untukmu!” “Hati-hati Lin!” “Kamu juga, jaga dirimu baik-baik!” Keira hanya mengangguk lemas, ia benar-benar ditinggal sendiri dengan beberapa pegawai dapur dan pegawai asrama yang memang tinggal di dalam asrama. Perlahan Liny menghilang di dalam kerumunan murid lain yang berantri menunggu lift, Keira segera masuk ke kamarnya saat dilihatnya Liny telah memasuki lift. Keira

    Last Updated : 2024-02-23
  • Teleportasi   Chapter 14: Tawanan Polisi

    Keira tak bisa berbuat apapun saat polisi membawanya dalam kasus kematian Mrs. Ivanna, dan hal itu bertambah berat saat diketahui bahwa kamera CCTV di gedung sekolah sejak semalam tak berfungsi.Keira masih tak percaya dengan kejadian tadi malam, di dalam mobil polisi ia hanya terdiam dan memandang lurus ke depan melihat jalanan yang dilaluinya dan merasakan darah yang mulai mengering di telapak tangannya.“Apa yang kamu lakukan gurumu?” tanya seorang polisi berbadan kurus kering dengan wajah dingin yang mirip anak macan.“Apa Anda menduuhku membunuhnya!” sahut Keira di depan meja polisi .“Apa karena dendam?” lanjut polisi itu dengan wajah menghina.“Sudah saya katakan, saya tidak melakukan apa yang Anda pikirkan!” jawab Keira dingin.“Lalu kenapa kamu berada di samping mayat wanita itu, dan jika kamu tak membunuhnya kenapa kamu tak melaporkannya pada polisi?""Lagipula hanya orang yang berada di dalam sekolah itu yang bisa melakukan pembunuhan itu, karena sekolah itu sangat tertutup

    Last Updated : 2024-02-24
  • Teleportasi   Chapter 15: Pesan dari Ibu

    Mata bulatnya segera terpejam, dan pikirannya mulai bekerja untuk mengingat kembali jalanan yang dilaluinya saat menuju ke kantor polisi ini.Meskipun samar-samar tapi setidaknya Keira masih mengingat dengan baik rute perjalanan dari sekolah menuju rumahnya.“Tok...Tok...Tok...!” ketukan keras di depan pintu ruang penahanan mengagetkan Keira, dan seketika itu juga Keira membuka matanya.“Aaaa...!” jerit Keira saat sebuah sepeda merobohkan tubuhnya di tengah jalan raya.“Kalo nyebrang yang bener dong!”“Tidak punya mata ya!” bentak seorang bocah lelaki kecil yang bertengger di atas sepedanya.Keira hanya terperangah melihat bocah lelaki itu berlalu mengayuh sepedanya kembali tanpa memberikan sedikitpun bantuan pada dirinya yang tumbang.“Dasar bocil!” gerutu Keira beranjak dari jalan raya yang sepi dengan pohon besar yang berjejer di sepanjang jalan raya itu.“Teleportasi yang tidak sempurna,” keluh Keira sembari menatap rumahnya yang masih berada seratus meter dari tempatnya berdiri.

    Last Updated : 2024-02-26
  • Teleportasi   Chapter 16: Back To Pinewood

    Hari libur telah usai, Keira menghabiskan waktu pelariannya di dalam rumah tua yang terasa dingin dan menyesakkannya. Senin pagi ini rencananya, ia akan kembali ke Pinewood dan memulai awal bulan keduanya di sekolah itu dengan dirinya yang baru. “Apa aku harus ke sana? Bagaimana jika polisi-polisi itu menangkapku?” “Aduuhh, kenapa ragu lagi?” “Hadapi saja! Lagi pula aku tidak bersalah!” tegas Keira bersiap melakukan ‘Teleportasi’. Entah apa yang sudah menunggu Keira di Pinewood, masih setengah jam lagi waktu pelajaran dimulai. Dalam beberapa menit saja Keira sudah berada di dalam kamar asrama, untung saja tak ada seorang pun di dalam kamar saat itu. Mungkin semua anak sedang sarapan di ruang makan dan masih ada waktu jika ia hendak kembali ke rumahnya seperti seorang pengecut, tapi tidak. Keira segera melangkah dari sudut kamar menuju lemarinya, ia mengambil seragamnya yang terlipat rapih di dalam lemari dan segera menggunakannya. Tapi sepertinya ada yang aneh, dengan asrama it

    Last Updated : 2024-04-18

Latest chapter

  • Teleportasi   Chapter 19: Ancaman untuk Keira

    Gedung sekolah siang itu sangat sepi, tak ada murid yang berlalu lalang di sepanjang koridor dan asrama. Peristiwa malam akhir bulan itu sepertinya masih mencekam seisi sekolah, bayangkan saja seorang guru dibunuh di taman. Bahkan jika mau dilihat dengan cermat, di hamparan rumput masih terlihat ceceran darah Mrs. Ivanna yang telah mengering namun belum hilang karena hujan belum juga turun sejak kemarin.Dari koridor kelas Keira bisa melihat kepala sekolah yang sedang mondar-mandir di depan pintu gerbang asrama sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.“Dari mana saja kamu?” tanya Pak Frans dengan khawatir pada Keira yang baru saja muncul di hadapannya.“Saya,”“Cepat ikut ke kantor saya,” belum sempat Keira menyelesaikan ucapannya, Pak Frans sudah memotongnya.Dengan langkah yang berat, akhirnya Keira mengikuti perintah Pak Frans. Sampailah ia di ruang kepala sekolah, ini kedua kalinya ia memasuki ruangan itu setelah yang pertama dulu bersama ibunya, tepatnya satu

  • Teleportasi   Chapter 18: Penolakan Evanda

    “APA???”“Apa maksudmu, kamu tahu hal ini?” selidik Keira.“Aku tidak bisa lagi menutupi ini darimu, ibuku bukan seorang guru!”“Maksudmu?”“Dia hanya menyamar menjadi guru pengganti di sekolah ini, karena salah satu kasus yang sedang diinvestigasinya!” beber Evan.“Kalau memang begitu, jadi siapa ibumu itu sebenarnya?”“Dari dulu aku benci pekerjaan ibuku, aku benci mempunyai ibu seperti dia! Dia tidak pernah jadi ibu yang baik! Dia selalu pergi dan selalu tidak ada saat aku butuhkan!”“Maksudnya???” tanya Keira bingung.“Ibuku seorang kriminolog! Mirip-mirip detektif, ibuku sering sekali membantu kasus kepolisian!”“Aku selalu merasa takut saat ia pergi melakukan investigasi! Aku takut dia tak akan pernah kembali! Aku takut penyelidikan yang dilakukannya menemui jalan buntu dan akhirnya semua itu memang terjadi! Ibuku meninggal dalam tugasnya yang konyol!” Evan tak bisa lagi menahan matanya yang mulai berkaca-kaca.“Aku tahu kau sangat menyayangi ibumu,” ungkap Keira sembari menepuk

  • Teleportasi   Chapter 17: Dilema Seorang Anak

    DILEMA SEORANG ANAK“Evan!”“Untunglah, akhirnya aku menemukanmu juga!” seru Keira terlihat lega, ia segera menarik lengan Evan tanpa ragu.“LEPAS!!!” bentak Evan mengagetkan Keira.“Kamu jangan sok akrab deh! Kamu yang ngebuat semua ini kan!”“Asal kamu tahu saja ya, Kei! Aku tidak akan ngebiarin pembunuh ibuku berkeliaran bebas begitu saja!” lanjut Evan segera berlalu masuk ke asrama.“TUNGGU!” seru Keira menghentikan langkah Evan.“Kamu tidak berhak menghakimi aku begitu saja, dan kayaknya kamu benar-benar tidak tahu apa-apa tentang ibumu sendiri ya?” “OK, kita memang tidak akrab dan kita baru kenal, tapi aku mohon dengarkan aku kali ini saja.” Ungkap Keira di ujung jembatan, ia memastikan tak ada orang yang menguping.Evan tak bisa melanjutkan langkahnya saat mendengar perkataan Keira itu, ia segera berbalik kembali menghampiri Keira yang kini memundurkan langkahnya beberapa inchi.“Maksudmu?” tanya Evan menatap Keira dengan tatapan menantang.“Ya! Apa kamu tahu arti semua ini?”

  • Teleportasi   Chapter 16: Back To Pinewood

    Hari libur telah usai, Keira menghabiskan waktu pelariannya di dalam rumah tua yang terasa dingin dan menyesakkannya. Senin pagi ini rencananya, ia akan kembali ke Pinewood dan memulai awal bulan keduanya di sekolah itu dengan dirinya yang baru. “Apa aku harus ke sana? Bagaimana jika polisi-polisi itu menangkapku?” “Aduuhh, kenapa ragu lagi?” “Hadapi saja! Lagi pula aku tidak bersalah!” tegas Keira bersiap melakukan ‘Teleportasi’. Entah apa yang sudah menunggu Keira di Pinewood, masih setengah jam lagi waktu pelajaran dimulai. Dalam beberapa menit saja Keira sudah berada di dalam kamar asrama, untung saja tak ada seorang pun di dalam kamar saat itu. Mungkin semua anak sedang sarapan di ruang makan dan masih ada waktu jika ia hendak kembali ke rumahnya seperti seorang pengecut, tapi tidak. Keira segera melangkah dari sudut kamar menuju lemarinya, ia mengambil seragamnya yang terlipat rapih di dalam lemari dan segera menggunakannya. Tapi sepertinya ada yang aneh, dengan asrama it

  • Teleportasi   Chapter 15: Pesan dari Ibu

    Mata bulatnya segera terpejam, dan pikirannya mulai bekerja untuk mengingat kembali jalanan yang dilaluinya saat menuju ke kantor polisi ini.Meskipun samar-samar tapi setidaknya Keira masih mengingat dengan baik rute perjalanan dari sekolah menuju rumahnya.“Tok...Tok...Tok...!” ketukan keras di depan pintu ruang penahanan mengagetkan Keira, dan seketika itu juga Keira membuka matanya.“Aaaa...!” jerit Keira saat sebuah sepeda merobohkan tubuhnya di tengah jalan raya.“Kalo nyebrang yang bener dong!”“Tidak punya mata ya!” bentak seorang bocah lelaki kecil yang bertengger di atas sepedanya.Keira hanya terperangah melihat bocah lelaki itu berlalu mengayuh sepedanya kembali tanpa memberikan sedikitpun bantuan pada dirinya yang tumbang.“Dasar bocil!” gerutu Keira beranjak dari jalan raya yang sepi dengan pohon besar yang berjejer di sepanjang jalan raya itu.“Teleportasi yang tidak sempurna,” keluh Keira sembari menatap rumahnya yang masih berada seratus meter dari tempatnya berdiri.

  • Teleportasi   Chapter 14: Tawanan Polisi

    Keira tak bisa berbuat apapun saat polisi membawanya dalam kasus kematian Mrs. Ivanna, dan hal itu bertambah berat saat diketahui bahwa kamera CCTV di gedung sekolah sejak semalam tak berfungsi.Keira masih tak percaya dengan kejadian tadi malam, di dalam mobil polisi ia hanya terdiam dan memandang lurus ke depan melihat jalanan yang dilaluinya dan merasakan darah yang mulai mengering di telapak tangannya.“Apa yang kamu lakukan gurumu?” tanya seorang polisi berbadan kurus kering dengan wajah dingin yang mirip anak macan.“Apa Anda menduuhku membunuhnya!” sahut Keira di depan meja polisi .“Apa karena dendam?” lanjut polisi itu dengan wajah menghina.“Sudah saya katakan, saya tidak melakukan apa yang Anda pikirkan!” jawab Keira dingin.“Lalu kenapa kamu berada di samping mayat wanita itu, dan jika kamu tak membunuhnya kenapa kamu tak melaporkannya pada polisi?""Lagipula hanya orang yang berada di dalam sekolah itu yang bisa melakukan pembunuhan itu, karena sekolah itu sangat tertutup

  • Teleportasi   Chapter 13: Saat Mimpi Menjadi Kenyataan

    Mimpi dan kenyataan memang seringkali berbanding terbalik, tapi tak jarang juga mimpi menjadi kenyataan meski tak diharapkan. Bisa apa manusia jika itu terjadi? Akhir bulan ini tak ada yang bisa Keira lakukan, selain terus menyantap makan siangnya dan melihat para penghuni asrama sedikit demi sedikit berkurang. Tentu saja Keira merasa iri melihat teman- temannya pulang ke rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menghabiskan hari liburnya di dalam asrama. Dua hari libur yang berlalu pasti akan terasa seperti dua windu bai Keira “Kei! Aku pulang dulu ya, lusa aku akan kembali kesini dan membawa oleh-oleh untukmu!” “Hati-hati Lin!” “Kamu juga, jaga dirimu baik-baik!” Keira hanya mengangguk lemas, ia benar-benar ditinggal sendiri dengan beberapa pegawai dapur dan pegawai asrama yang memang tinggal di dalam asrama. Perlahan Liny menghilang di dalam kerumunan murid lain yang berantri menunggu lift, Keira segera masuk ke kamarnya saat dilihatnya Liny telah memasuki lift. Keira

  • Teleportasi   Chapter 12: Takdir Selalu Menemukan Jalannya

    Seberapa keras kamu mencoba menghindari takdir yang tak kau inginkan, takdir selalu memiliki jalannya sendiri untuk datang menghampirimu.Keira yang mencoba membuka lembaran baru, mencoba bersembunyi dan menghindari masalah sepertinya tak berdaya saat nalurinya bereaksi dengan spontan.Baru beberapa hari di sekolah asrama, Keira merasa hidupnya semakin sulit dikendalikan, ia tak bisa berkonsentrasi dalam belajar, apalagi mimpi buruknya semakin mendekati kenyataan, saat Mrs.Ivanna datang ke Pinewood.Belati yang dilihatnya dalam mimpi juga sudah dilihatnya dalam kenyataan, hanya saja Keira belum tahu siapa pemilik belati itu, ditambah lagi dengan Evanda yang terus-terusan mengawasinya.“Mungkin dia marah, mendengar ucapanku mengenai Mrs.Ivanna yang ternyata adalah ibunya, tapi bagaimana aku meyakinkannya, bahwa ucapanku benar dan bagaimana caranya aku mencegah kejadian mengerikan itu?”Keira teringat masa lalu yang menghantuinya, bagaimana ia dituduh sebagai biang keladi atas bencana y

  • Teleportasi   Chapter 11: Wanita dan Anaknya

    Hari senin pagi selalu membuat semua siswa sibuk, mulai bangun pagi, kembali belajar, dan Keira akan keluar dari kamar yang membuat tubuhnya terasa kotor penuh debu.“Keira! Kamu boleh keluar!” perintah Bu Berta membuka pintu besi yang dipenuhi karat, tapi ia segera menyipitkan matanya saat melihat Keira yang sudah berdiri di tengah kamar dengan badan yang tetap segar meski sedikit kusam berdebu.“Terima kasih, Bu!” sahut Keira sembari menyembunyikan barang-barang bawaannya di balik bajunya.“Keira! Apa kamu benar-benar kuat untuk berjalan sendiri?” selidik Bu Berta pada Keira yang tidak diberi makan sejak sabtu.“Aku bahkan dapat berlari, jika itu harus!” sahut Keira dengan tenang dan sombong.“Terserah apa katamu, sebaiknya cepat mandi dan bergabung bersama teman-temanmu di ruang makan!” perintah Bu Berta yang segera berjalan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya penuh keheranan.“Mana mungkin kuberitahu, bahwa aku masuk ke dapur dan memakan makanan dari dalam kulkas selama dua mal

DMCA.com Protection Status