Aku membawa Surya ke hotel bintang lima terdekat.Dia nggak tahu, kalau hotel ini milikku.Setelah naik ke atas, aku kasih kode mata ke manajer hotel.Dia sangat pintar, langsung mengerti maksudku.Surya merangkul pinggangku dan masuk ke kamar suite.Di saat pintu dibuka.Dalam kamar muncul lima enam pengawal yang menuju ke Surya.Surya tidak ada persiapan apapun, langsung ditahan di atas lantai.Dia dengan ekspresi terkejut melihatku, "Meryana, apa maksudmu ini?"Aku perlahan masuk ke dalam kamar, pengawal yang di belakang sekalian menutup pintu.Aku berjalan ke depannya, jariku memegang dagunya dan melihatnya."Bukankah aku yang harus menanyaimu?""Jeslin mendorongmu ke sisiku, apa tujuan dia?"Mendengar itu, ekspresi Surya langsung berubah."Meryana, kamu lebih pandai dari Jeslin."Melihat Surya sudah mengaku.Sesuai dugaanku, tebakanku benar.Kemunculan dia bukanlah kebetulan, melainkan jebakan dari Jeslin.Kecurigaanku terhadap Jeslin dimulai dari helai rambut itu.Malam itu, saat
Begitu aku mengucapkan kecelakaan, Surya menggertakan giginya, dengan tegas mengulangnya.“Kecelakaan? Hmph, Celine itu meninggal karena disiksa Jeslin.”Aku membuka mataku dengan lebar, dalam hatiku terkejut.“Penyiksaan?”Surya mengeluarkan rokoknya, dan meletakkan di bibir lalu menyalakannya.Di tengah asap, matanya dingin seperti salju.“Setelah Celine meninggal, aku mendapatkan satu diary di rumahnya. Isi diary itu adalah bagaimana Jeslin menyiksanya.”Celine dan Surya bukanlah saudara kandung.Sebelum Surya 12 tahun, mereka tinggal di panti asuhan yang sama.Surya adalah anak terbesar di sana, jadi menganggap semua anak di sana adalah keluarganya.Lalu dia diadopsi, pergi ke kota yang lain, dan mulai kehilangan hubungan dengan anak-anak di panti asuhan.Setelah sekian tahun, akhirnya berjumpa lagi.Adik yang saat kecil, dengan tubuh yang dingin baring di kasur pasien.Tangan Surya yang memegang rokok gemetar.“Seluruh tubuhnya penuh dengan darah, bahkan semua jarinya putus......d
Aku melihat, semua wartawan mulai menggunakan kameranya foto ke arah kami.Suami menjagaku di belakangnya, dengan suara yang penuh peringatan.“Jeslin! Kamu jangan sembarangan bicara!”Jeslin semakin emosi, “Irwan, kamu jangan nggak percaya, aku ada buktinya!”Sambil berkata, Jeslin dengan cepat memutar satu video di layar besar.Dia menekan tombol memutar, tatapannya ke aku seketika tidak bisa menyembunyikan rasa gembira melihat penderitaanku.“Mery, walaupun kita adalah sahabat, tapi aku nggak tega melihat kamu memperlakukan Irwan dengan begitu......”Jeslin menutup wajah dengan tangannya, dan mengeluarkan air mata yang sedih.Sampai beberapa detik kemudian, dia baru menyadari keanehan, dan memutar kepala melihat layar besar.Saat ini dia baru tahu.Video yang durasinya setengah menit, semuanya hitam, tidak ada suara ataupun gambar.Semua tamu dengan wajah yang bingung, dan dengan tatapan yang ragu melihat Jeslin.Jeslin bingung, lalu wajahnya menjadi jelek seketika karena marah.Sua
Melihat pandangannya yang penuh perhatian, aku tanpa ragu langsung mengambil koktailnya dan minum.Melihat aku minum sampai habis, Jeslin mengeluarkan senyuman yang puas.Baru mengambil satu gelas wine yang di sampingnya dan meminumnya.“Wah... Enak!”Beberapa menit kemudian.Aku berpura-pura kepanasan, dan mengibas tangan untuk mendapat angin.“Panas kali......”“Jeslin, kamu panas nggak?”Melihat ini, matanya Jeslin terlihat sedikit gembira.Dia memegang bahuku dan melihat kondisiku.“Panas kali kah? Mau aku antar kamu balik kamar untuk istirahat dulu?”Aku mengangguk, “Boleh.”Jeslin tersenyum tipis, membantuku untuk keluar dari pemandian air panas.Sepanjang jalan, aku sengaja menyandarkan tubuhku ke tubuhnya, seolah-olah tidak ada tenaga sama sekali.Jeslin biasanya ada orang yang tidak bisa membuka tutup botol, hari ini tanpa berkata apapun mengantarku ke depan pintu kamar.Baru sampai di depan pintu, keadaannya pun berubah.Tubuh Jeslin jadi lemas dan bersandar di dinding.Aku t
Namaku Meryana, usia 24 tahun, baru menikah nggak berapa lama.Terlahir di keluarga yang kaya, kedua orang tua adalah pebisnis yang terkenal dan terhormat.Sejak kecil, aku dibesarkan dengan penuh kemanjaan dan kasih sayang, semua kebutuhan sehari-hari menggunakan yang paling bagus.Orang tua juga tidak memiliki banyak tuntutan terhadapku, selama aku tidak melanggar hukum, hal-hal lainnya boleh dilakukan sesuai dengan keinginanku.Beruntungnya, aku tidak hanya menikmati kehidupan yang mewah, aku juga mewarisi kecantikan mama.Tubuh tinggi dan kaki yang panjang, bentuk tubuh berisi dan berbentuk.Di saat 16 tahun, lingkar dadaku sudah sampai cup C, bentuknya berisi dan bulat sempurna.Tahun ini, aku sudah 24 tahun, tubuhku sudah tumbuh sampai puncaknya, kelihatannya lebih menggoda dari masa remaja.Payudara yang berisi, bokong yang terangkat tinggi, pinggang yang ramping.Wajah yang cantik dan indah, walaupun keluar tanpa makeup juga akan memikat banyak pria.Beberapa tahun ini, banyak
Tapi auranya sangatlah dingin.Wajahnya yang tampan ada kacamata dengan bingkai setengah hitam, di belakang kaca tersebut, tatapannya sangat dingin.Tetapi pria yang semakin dingin, semakin membangkitkan rasa tantanganku.Barang yang ada di dalam masih bergerak tanpa bisa dikendalikan.Nafasku berantakan, pandanganku dengan nggak sadar melihat ke wajahnya.Di dalam pikiranku membayangkan, matanya yang dingin ini penuh dengan kenafsuan.Seperti menyadari tatapanku, dia menarik sudut bibirnya.Aku menyadarinya dan segera mengalihkan pandanganku.Dia mengulurkan tangannya, jari telunjuknya dengan pelan menunjuk perutku bagian bawah.Aku menunduk kepala dan melihat rendaku yang berwarna pink, wajahku mulai memerah, dengan suara yang sangat pelan.“Ini juga perlu kah?”Surya mengangguk kepalanya dengan tatapan yang tidak bisa ditolak.Aku terus-menerus berkata di dalam hati.Tidak bermasalah, di depan dokter tidak ada perbedaan jenis kelamin.Di saat aku sedang menenangkan diriku sendiri, a
Saat bertanya, pandangannya jatuh di antara kedua kakiku dengan sangat agresif.Aku jadi ragu.Jujur, saat ini aku merasa tergoyang.Di mana hari ini nafsuku memang tinggi.Tetapi terjadi hal yang di luar dugaan, proses masturbasiku terhenti dan sampai masuk ke rumah sakit, lalu disiksa sama jarinya Surya.Setelah mengalami ini semua, nafsuku tidak teratasi, malah semakin kuat.Tubuhku sedang berteriak kesepian.Kalau dipijat, apakah bisa lebih nyaman?Lalu aku dengan malu mengangguk kepala, setuju ajakan Surya.“Baik, silahkan baring.Aku kembali baring, tetapi tidak senang dengan sikapnya yang sangat serius.Dia berdiri di samping kasur dan menunduk kepala melihatku.Walaupun dengan sudut yang menjelekkan ini, dia tetap terlihat tampan.“Karena pijat seluruh tubuh, jadi baju Anda juga perlu di buka.”Aku mau membuka kancingku, tetapi ditahannya.“Aku saja, Anda seharusnya sudah capek juga.”Aku hari ini memakai kemeja sutra, bagian kerahku terikat pita.Dia menggunakan kedua tanganny
Tok tok tok......Ketukan pintu berbunyi.“Dokter Surya, ada di dalam? Dokter Rendy mencari Anda.”Mendengar itu, gerakan kami langsung berhenti.Surya menenangkan nafasnya yang cepat dan berkata.“Baik, aku segera ke sana.”Aku langsung cemberut, dalam hati muncul rasa kecewa.Mungkin Surya juga begitu, dia melihatku dengan dalam lalu menunduk kepala menciumku.Menyadari kesakitan di bibir, hatiku terkejut dan mendorongnya.Kedua tanganku tahan di depan dadanya: “Nggak boleh, nanti suamiku bisa melihatnya.”Wajahnya jadi muram: “Kamu sudah nikah?”Aku mengangguk kepalaku.Surya mengumpat lalu menunduk kepala, menggigit bahuku seperti melampiaskan amarahnya.Aku tidak sempat menahannya, kesakitan sampai mengernyitkan dahi.“Ssst! Kamu anjing kah.”Surya tidak menjawab, hanya kasih kartu nama ke tanganku.Setelah keluar dari rumah sakit.Aku merasa cemas seperti seorang pencuri, menyimpan nomor Surya ke handphone, lalu membuang kartu namanya ke tong sampah rumah sakit.Setelah semua ini
Melihat pandangannya yang penuh perhatian, aku tanpa ragu langsung mengambil koktailnya dan minum.Melihat aku minum sampai habis, Jeslin mengeluarkan senyuman yang puas.Baru mengambil satu gelas wine yang di sampingnya dan meminumnya.“Wah... Enak!”Beberapa menit kemudian.Aku berpura-pura kepanasan, dan mengibas tangan untuk mendapat angin.“Panas kali......”“Jeslin, kamu panas nggak?”Melihat ini, matanya Jeslin terlihat sedikit gembira.Dia memegang bahuku dan melihat kondisiku.“Panas kali kah? Mau aku antar kamu balik kamar untuk istirahat dulu?”Aku mengangguk, “Boleh.”Jeslin tersenyum tipis, membantuku untuk keluar dari pemandian air panas.Sepanjang jalan, aku sengaja menyandarkan tubuhku ke tubuhnya, seolah-olah tidak ada tenaga sama sekali.Jeslin biasanya ada orang yang tidak bisa membuka tutup botol, hari ini tanpa berkata apapun mengantarku ke depan pintu kamar.Baru sampai di depan pintu, keadaannya pun berubah.Tubuh Jeslin jadi lemas dan bersandar di dinding.Aku t
Aku melihat, semua wartawan mulai menggunakan kameranya foto ke arah kami.Suami menjagaku di belakangnya, dengan suara yang penuh peringatan.“Jeslin! Kamu jangan sembarangan bicara!”Jeslin semakin emosi, “Irwan, kamu jangan nggak percaya, aku ada buktinya!”Sambil berkata, Jeslin dengan cepat memutar satu video di layar besar.Dia menekan tombol memutar, tatapannya ke aku seketika tidak bisa menyembunyikan rasa gembira melihat penderitaanku.“Mery, walaupun kita adalah sahabat, tapi aku nggak tega melihat kamu memperlakukan Irwan dengan begitu......”Jeslin menutup wajah dengan tangannya, dan mengeluarkan air mata yang sedih.Sampai beberapa detik kemudian, dia baru menyadari keanehan, dan memutar kepala melihat layar besar.Saat ini dia baru tahu.Video yang durasinya setengah menit, semuanya hitam, tidak ada suara ataupun gambar.Semua tamu dengan wajah yang bingung, dan dengan tatapan yang ragu melihat Jeslin.Jeslin bingung, lalu wajahnya menjadi jelek seketika karena marah.Sua
Begitu aku mengucapkan kecelakaan, Surya menggertakan giginya, dengan tegas mengulangnya.“Kecelakaan? Hmph, Celine itu meninggal karena disiksa Jeslin.”Aku membuka mataku dengan lebar, dalam hatiku terkejut.“Penyiksaan?”Surya mengeluarkan rokoknya, dan meletakkan di bibir lalu menyalakannya.Di tengah asap, matanya dingin seperti salju.“Setelah Celine meninggal, aku mendapatkan satu diary di rumahnya. Isi diary itu adalah bagaimana Jeslin menyiksanya.”Celine dan Surya bukanlah saudara kandung.Sebelum Surya 12 tahun, mereka tinggal di panti asuhan yang sama.Surya adalah anak terbesar di sana, jadi menganggap semua anak di sana adalah keluarganya.Lalu dia diadopsi, pergi ke kota yang lain, dan mulai kehilangan hubungan dengan anak-anak di panti asuhan.Setelah sekian tahun, akhirnya berjumpa lagi.Adik yang saat kecil, dengan tubuh yang dingin baring di kasur pasien.Tangan Surya yang memegang rokok gemetar.“Seluruh tubuhnya penuh dengan darah, bahkan semua jarinya putus......d
Aku membawa Surya ke hotel bintang lima terdekat.Dia nggak tahu, kalau hotel ini milikku.Setelah naik ke atas, aku kasih kode mata ke manajer hotel.Dia sangat pintar, langsung mengerti maksudku.Surya merangkul pinggangku dan masuk ke kamar suite.Di saat pintu dibuka.Dalam kamar muncul lima enam pengawal yang menuju ke Surya.Surya tidak ada persiapan apapun, langsung ditahan di atas lantai.Dia dengan ekspresi terkejut melihatku, "Meryana, apa maksudmu ini?"Aku perlahan masuk ke dalam kamar, pengawal yang di belakang sekalian menutup pintu.Aku berjalan ke depannya, jariku memegang dagunya dan melihatnya."Bukankah aku yang harus menanyaimu?""Jeslin mendorongmu ke sisiku, apa tujuan dia?"Mendengar itu, ekspresi Surya langsung berubah."Meryana, kamu lebih pandai dari Jeslin."Melihat Surya sudah mengaku.Sesuai dugaanku, tebakanku benar.Kemunculan dia bukanlah kebetulan, melainkan jebakan dari Jeslin.Kecurigaanku terhadap Jeslin dimulai dari helai rambut itu.Malam itu, saat
Belakang tubuhku muncul satu tangan merangkul bahuku.Aku terkejut dan refleks melepaskan tangan.Handphone jatuh ke bawah, tetapi belum sampai jatuh ke lantai sudah ditangkap sama tangan yang cantik, dan dikembalikan ke tanganku.Aku memutar kepala, dan terkejut ketika melihat Surya yang muncul di depanku.Dia memakai jas warna hitam, tersembunyi di sudut, tangan kanannya memegang rokok yang menyala.Ujung rokok berkedip-kedip, cahayanya menyinari garis wajah kanannya.Surya mengangkat tangan kanannya, dengan nada yang bercanda.“Tangan sepertinya juga tidak bisa digunakan dengan baik.”Aku mundur ke belakang, menjaga jarak dengannya.Dengan bingung bertanya: “Kenapa kamu bisa di sini?”Apakah Jeslin juga ke rumah sakit mereka? Pernah juga merasakan teknik pijatnya?Memikir kemungkinan ini, membuat hatiku terasa tertekan.Belum mendengar jawaban Surya, suara Jeslin yang terdengar duluan.“Mery? Kenapa kamu di luar, apa karena di dalam terlalu berisik?”Hari ini Jeslin memakai gaun put
Tok tok tok......Ketukan pintu berbunyi.“Dokter Surya, ada di dalam? Dokter Rendy mencari Anda.”Mendengar itu, gerakan kami langsung berhenti.Surya menenangkan nafasnya yang cepat dan berkata.“Baik, aku segera ke sana.”Aku langsung cemberut, dalam hati muncul rasa kecewa.Mungkin Surya juga begitu, dia melihatku dengan dalam lalu menunduk kepala menciumku.Menyadari kesakitan di bibir, hatiku terkejut dan mendorongnya.Kedua tanganku tahan di depan dadanya: “Nggak boleh, nanti suamiku bisa melihatnya.”Wajahnya jadi muram: “Kamu sudah nikah?”Aku mengangguk kepalaku.Surya mengumpat lalu menunduk kepala, menggigit bahuku seperti melampiaskan amarahnya.Aku tidak sempat menahannya, kesakitan sampai mengernyitkan dahi.“Ssst! Kamu anjing kah.”Surya tidak menjawab, hanya kasih kartu nama ke tanganku.Setelah keluar dari rumah sakit.Aku merasa cemas seperti seorang pencuri, menyimpan nomor Surya ke handphone, lalu membuang kartu namanya ke tong sampah rumah sakit.Setelah semua ini
Saat bertanya, pandangannya jatuh di antara kedua kakiku dengan sangat agresif.Aku jadi ragu.Jujur, saat ini aku merasa tergoyang.Di mana hari ini nafsuku memang tinggi.Tetapi terjadi hal yang di luar dugaan, proses masturbasiku terhenti dan sampai masuk ke rumah sakit, lalu disiksa sama jarinya Surya.Setelah mengalami ini semua, nafsuku tidak teratasi, malah semakin kuat.Tubuhku sedang berteriak kesepian.Kalau dipijat, apakah bisa lebih nyaman?Lalu aku dengan malu mengangguk kepala, setuju ajakan Surya.“Baik, silahkan baring.Aku kembali baring, tetapi tidak senang dengan sikapnya yang sangat serius.Dia berdiri di samping kasur dan menunduk kepala melihatku.Walaupun dengan sudut yang menjelekkan ini, dia tetap terlihat tampan.“Karena pijat seluruh tubuh, jadi baju Anda juga perlu di buka.”Aku mau membuka kancingku, tetapi ditahannya.“Aku saja, Anda seharusnya sudah capek juga.”Aku hari ini memakai kemeja sutra, bagian kerahku terikat pita.Dia menggunakan kedua tanganny
Tapi auranya sangatlah dingin.Wajahnya yang tampan ada kacamata dengan bingkai setengah hitam, di belakang kaca tersebut, tatapannya sangat dingin.Tetapi pria yang semakin dingin, semakin membangkitkan rasa tantanganku.Barang yang ada di dalam masih bergerak tanpa bisa dikendalikan.Nafasku berantakan, pandanganku dengan nggak sadar melihat ke wajahnya.Di dalam pikiranku membayangkan, matanya yang dingin ini penuh dengan kenafsuan.Seperti menyadari tatapanku, dia menarik sudut bibirnya.Aku menyadarinya dan segera mengalihkan pandanganku.Dia mengulurkan tangannya, jari telunjuknya dengan pelan menunjuk perutku bagian bawah.Aku menunduk kepala dan melihat rendaku yang berwarna pink, wajahku mulai memerah, dengan suara yang sangat pelan.“Ini juga perlu kah?”Surya mengangguk kepalanya dengan tatapan yang tidak bisa ditolak.Aku terus-menerus berkata di dalam hati.Tidak bermasalah, di depan dokter tidak ada perbedaan jenis kelamin.Di saat aku sedang menenangkan diriku sendiri, a
Namaku Meryana, usia 24 tahun, baru menikah nggak berapa lama.Terlahir di keluarga yang kaya, kedua orang tua adalah pebisnis yang terkenal dan terhormat.Sejak kecil, aku dibesarkan dengan penuh kemanjaan dan kasih sayang, semua kebutuhan sehari-hari menggunakan yang paling bagus.Orang tua juga tidak memiliki banyak tuntutan terhadapku, selama aku tidak melanggar hukum, hal-hal lainnya boleh dilakukan sesuai dengan keinginanku.Beruntungnya, aku tidak hanya menikmati kehidupan yang mewah, aku juga mewarisi kecantikan mama.Tubuh tinggi dan kaki yang panjang, bentuk tubuh berisi dan berbentuk.Di saat 16 tahun, lingkar dadaku sudah sampai cup C, bentuknya berisi dan bulat sempurna.Tahun ini, aku sudah 24 tahun, tubuhku sudah tumbuh sampai puncaknya, kelihatannya lebih menggoda dari masa remaja.Payudara yang berisi, bokong yang terangkat tinggi, pinggang yang ramping.Wajah yang cantik dan indah, walaupun keluar tanpa makeup juga akan memikat banyak pria.Beberapa tahun ini, banyak