Langkah angkuh Aquela menggema di tengah langit malam. Setiap hentakannya lepas menapak rerumputan dengan hasrat meledak – ledak. Taman menjadi pilihan berkeliling sambil menunggu kepulangan Kingston. Aquela tidak takut pada apa pun. Alih – alih memikirkan situasi hening dari tempatnya berpijak. Gelap gurita adalah sekawan yang berani menelan bayangan sendiri, mesti tidak dengan ponsel yang menyebar dari benda pipih yang tergenggam erat.Aquela menyayangkan apa yang Pandora miliki patut menjadi kepunyaanya. Gedung yang menjulang megah beserta seluruh pelayanan istimewa lebih layak dia tinggali. Terlebih ketampanan Kingston makin membuatnya menggila. Pria itu selalu membayangi gairah terpendam. Apalagi kain yang menjiplak di tubuh Kingston sesuatu yang sangat seksi dan membakar kerongkongan Aquela. Dia berharap pria itu akan mendekapnya. Ingin menghirup dalam – dalam aroma tubuh yang maskulin dan segala hal yang ada di dalam diri Kingston. Semua itu pasti akan sangat memabukkan.“Bisa
Siapa sangka kata – kata Kingston akan diakhiri dengan ciuman menggebu – gebu. Pandora dapat merasakan emosi tertahan dari cara pria itu memagutnya. Kingston begitu rakus dan kehausan. Kadang kala beberapa hal kelam terpaksa Pandora cicip ketika deretan gigi Kingston mulai menggigit cukup keras. Memberi sensasi yang membekas dengan campuran rasa panas ketika pria itu mengambil jeda. Berhenti. Lalu menatap Pandora lurus dan menekan bibir yang basah—tak berdaya untuk sedikit terbuka untuknya.“Apa tadi Helios mengantar sesuatu untukku?”Ya, sesuatu yang telah diatur. Pandora yakin Kingston dan Helios telah mendiskusikan sebagian hal penting. Sebagian hal yang merupakan kebutuhan sang pemilik gedung mewah. Beberapa jam lalu Helios datang mengetuk pintu kamar dan membawa masuk sebuah kotak, yang beratnya tidak mutlak diperkirakan.Helios terlihat mudah mengangkat kotak dengan lengan berotot besar, tetapi Pandora butuh beberapa kali mengerahkan tenaga sekadar menggeser keberadaan kotak yan
Sebuah perintah dan kepasrahan beradu dalam pergulatan yang panas. Aquela meloloskan desahan menggoda. Menegadahkan wajah saat sentuhan yang menekan dadanya makin kencang. Mengetat hingga dia pikir Kingston akan memecahkan dirinya menjadi keping – keping. “Oh ... King.” Tidak peduli seberapa buruk dia diperlakukan. Aquela menekan dalam – dalam puncak kepala pria yang sedang menyesap ceruk lehernya. Gerakan kasar Kingston menghantarkan sensasi dopamin yang menyerbuk bebas mengelayangi pikirannya. “Bawa aku ke kamar. Kau bebas menyentuhku di sana.” Baru saja kebahagiaan memenuh sesak di dada, seketika Aquela harus menyayangi keputusan Kingston saat pria itu menjauh. “Apa yang kau lakukan di sini?” Kingston bertanya tajam, sesekali mengerjap untuk mengembalikan kesadaran yang setengah – setengah muncul dengan pandangan nyaris sepenuhnya buram. “Kau yang membawa dan menjatuhkanku di sini.” “Kemarilah, kita belum selesai.” Aquela menyematkan masing – masing lengannya. Mengira Kings
“Panda, kau sudah siap? Ibumu sudah menunggu di depan.” Sayup – sayup suara Chris maupun ketukan pintu dari luar menarik kesadaran Pandora untuk terbangun lebih cepat. Dia tergerak, sedikit terkejut sedang mendekap tubuh Kingston dengan kondisi bertelanjang. Kulit dan kulit saling bersentuhan. Termasuk lengan Kingston mendekap di pinggulnya lekat. “Panda.” Sekali lagi suara Chris memberi Pandora alarm sekadar bergegas pergi. “Tunggu sebentar, Dad.” Dia sudah menyibak selimut tebal, tetapi lengan Kingston tiba – tiba mengetat. “King, lepas.” Pandora tak mengira pria itu akan ikut terbangun, sedangkan yang dia tahu pejaman mata Kingston natural, seolah menunjukkan pria itu masih sangat lelap. “Kau mau ke mana?” Suara dalam Kingston kentara serak khas seseorang baru bangun tidur. Dia menahan Pandora. Sedikitpun tidak memberi kebebasan bagi tubuh itu untuk beranjak bangun. “Ayahku sudah menunggu.” Pandora menipiskan bibir agak kesal saat pria itu menghalangi jalannya. “Lepaskan
Napas Pandora berulang kali berembus ikut terbawa arus angin yang menerjang di siang hari. Kingston mengatakan akan menunggunya dengan pakaian renang. Memang beberapa saat lalu seorang pelayan muda datang menyerahkan pakaian berwarna gelap yang tipis, yang harus Pandora kenakan tanpa penolakan. Dia benar – benar tidak bisa melayangkan protes bahkan ketika dari sudut atas tempat nya menjulang, tak terlihat sedikitpun di mana Kingston berada. Hanya sebuah kolam bersih yang sejajar garis lurus tepat berpas – pasan di balkon kamar yang terletak melewati beberapa kamar dari kamarnya. Kamar yang pernah Kingston masuki, lalu mengangkut Pandora dengan kondisi nyaris terjungkir balik hingga sengaja melemparnya jatuh ke bawah. Mengingat itu Pandora memejam secara perlahan. Masih sedikit terlintas bagaimana rasanya dicecoki air terus – menerus, sementara dia tak bisa mengelak dari terjangan air, meski merupakan genangan yang nyaris tenang kalau saja dia tak mencak – mencak ingin menyelamatkan d
Pandora menepis agak kasar keberadaan jemari Kingston yang tertahan. Kegugupan membuatnya segera menarik resleting di bagian dada untuk saling merapat. Mula – mula Pandora memilih bersembunyi di balik tubuh Kingston. Ntah seperti apa Chris akan merespons. Namun bagaimanapun dia harus menghadapi ayahnya sendiri. “Urusanmu sudah selesai, Dad?” Pandora mengecilkan suara di akhir, begitu gugup dengan senyum kaku yang kentara jauh melirik Chris dan Aquela bergantian. Sedikit mengherankan Aquela berdiri teramat sinis di samping Chris. Masam wajah itu rasa – rasanya sangat menusuk. Menguliti penampilan Pandora dari atas, lalu turun pada genangan yang membuat bayang – bayang tubuhnya terlihat samar. Pandora mengerjap cepat menghindari sosok tajam, yang sebenarnya diam – diam memperhatikan Kingston—tubuh besar pria itu liat dengan otot – otot lengan dan perut yang mencuak. “Apa semuanya lancar, Dad?” Untuk menghindari rasa canggung Pandora memutuskan untuk bertanya apa pun yang sedang bersa
“Apa ini tidak terlalu berlebihan, Dad?” Langkah Pandora berpacu cepat mengikuti genggaman tangan Chris yang membawanya sedikit lagi mendekati pintu geser berbahankan kaca. Sesekali dia berpaling pada Kingston di belakang, berada sekian jengkal jarak mengingat pria itu mengekor dengan tenang. Kingston yang diam sangat berbahaya, tetapi Pandora yang tak bisa menyangkal sebaliknya menyalakan api semakin besar. Dia menipiskan bibir ketika sorot matanya bersirobok terhadap manik mata spektrum yang menghujam tajam. Saling menginsyaratkan sesuatu, seolah tidak ada yang lebih penting daripada menghentikan titik jenuh untuk segera berakhir. “Kau tidak bisa membawa Pandora pergi, Tuan Honover.” Suara dalam Kingston khas menunjukkan nada kepemilikan yang tidak bisa terenggut dengan mudah. Kali ini Chris bukan satu – satunya yang mencekal pergelangan Pandora. Kingston melakukannya sedikit dengan menekan. “Bagaimana kalau kukatakan itu makam adikku?” Sebuah hubungan yang dimulai dari kehobon
“Di mana Aceli?” “Di kamar, Tuan.” Voleski sama khawatirnya mengikuti langkah Kingston yang mencapai kamar lebih cepat. Pria itu duduk di pinggir ranjang. Memanggil Aceli pelan dan membalikkan tubuh yang sedang menyamping untuk telentang. “Apa kata dokter?” “Demam sangat tinggi, Tuan.” Voleski menunduk ragu. Samar dia menangkap dari ekor mata jemari Kingston tengah mengusap kulit pipi Aceli. “Bukankah semalam dia baik – baik saja?” Voleski menelan ludah kasar memilah kata yang tepat memberi Kingston penjelasan. Suhu tubuh Aceli melonjak tinggi di sepertiga malam. Di tengah – tengah tidur gadis kecil itu memanggil nama Pandora. Voleski berasumsi Aceli sedang merindukan Pandora terlepas mereka melakukan panggilan video hingga terlelap tenang. “Semalam setelah Anda pergi. Aceli menunggu Anda ikut terekam di ponsel Nona Pandora. Tapi Anda tidak kunjung sampai. Itu membuatnya sangat sedih,” tutur Voleski pelan. Namun penjelasan demikian bukan bagian penting dari isi pikirannya. “Ak
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s