Pintu di hadapan Pandora sudah terbuka, tetapi dia begitu ragu melangkah masuk. Di hadapannya ranjang bertiang empat sedang menerima tamu sekaligus pemilik sesungguhnya. Tidak ada yang salah ketika dia meminta Helios membawa Kingston ke ruang yang bisa dia masuki sesuka hati. Ruang di mana dia memiliki banyak kebebasan untuk berekspresi, meskipun sekarang untuk berjungkir balik pun rasanya Pandora tidak berani. Kingston mungkin diam. Memejam seperti mayat hidup yang tampan. Tapi Pandora sadar betul pria yang terbaring sejak kembali dari hutan sedang dalam keadaan antara sadar dan tidak. Dia sempat mendapati kening itu mengernyit sebelum menuntun dokter yang memeriksa keadaan Kingston untuk keluar kamar. “King ....” Setelah mengenyahkan pelbagai keraguan yang berserak di benaknya. Pandora memberanikan diri mengangkat kaki selangkah dua langkah mendekat. Wajah Kingston sangat pucat. Anehnya dokter menunjukkan reaksi tidak biasa setelah mendiagnosis Kingston dengan kata ‘demam berlebi
“Kau berat sekali!”Pandora sudah menyelesaikan segalanya. Namun yang menjadi kesulitan sejak awal adalah memindahkan tubuh Kingston dari satu tempat ke tempat lain. Butuh segala jenis upaya untuk mengerahkan usaha, dan yang sekarang, Pandora nyaris tak bisa mengendalikan keseimbangan saat keberadaan Kingston di samping dengan lengan tersisih di pundaknya mulai memberat ke bawah.Kingston sangat besar. Tinggi. Berkali – kali lipat dari postur Pandora. Puncak kepala Pandora hanya sebatas dada pria itu, bagaimana mungkin dia akan mampu menyesuaikan keadaan tercekat. Sementara lemah tenaga Kingston menjadi titik berat yang harus Pandora hadapi.Dia semakin goyah. Oleng, tetapi masih ingin mempertahankan segala sesuatu yang bisa diusahakan. Sedikit – sedikit Pandora mengapit tubuh Kingston lebih erat. Mengernyit dalam untuk menyeimbangkan diri, namun marmer licin suatu pergolakan yang hebat. Pandora tergelincir membuat situasi berbalik arah. Dia tertarik. Timpah tindih di atas permukaan t
Pertanyaan sederhana membunuh, menusuk tepat sasaran. Pandora separuh memalingkan wajah dari Aceli, nyaris tak bisa berkata – kata sekadar mengutip sinis pertanyaan menyedihkan itu. Dia diam dengan lidah begitu keluh. Berpikir bagaimana bisa menyetujui permintaan Aceli. Sementara Kingston—tidak sama sekali menjadi pria yang dia ingin.Anggap saja kita sudah bertunangan ....Pernyataan Kingston tempo waktu lalu sungguh sudah Pandora lupakan. Dia tak lagi menganggap Kingston sebagai tunangan sejak memutuskan untuk menjual cincin, yang—tertinggal di London, di atas meja kamar Anna sebelum pergi bertekad pada pekerjaan yang ditawarkan Raymond.Pandora telah menitipkan pesan pada Anna, dan ya, gadis itu sudah menyimpan cincin itu untuknya.“Kakak Panda, kenapa diam?”Suara Aceli sarat akan kecewa. Menggambarkan bagaimana perasaan gadis kecil itu begitu mendambakan Pandora membeberkan jawaban manis. Tapi akan sangat mengejutkan Pandora, jika sampai mengiyakan keinginan Aceli.“Aku terlalu m
Suara dengkuran merebak ke seluruh ruang, persis aduan manja yang panjang, aneh, dan tidak biasa didengar. Walau begitu, Pandora masih mempertahankan pejaman mata usai dia dibangunkan oleh suatu yang terlampau membising di dekatnya.Pandora akui suara yang sedang berusaha dia kenali adalah hal yang akrab setelah terlarut lama. Hanya itu. Selebihnya dia tak bisa menambahkan bumbu lain. Senyumnya sedang tertahan di balik alasan tidur, tetapi dia seutuhnya telah mengambil kesadaran untuk melakukan sesuatu. Menunggu waktu yang pas, setidaknya sampai suara dengkuran itu hilang.Sesekali gerakan kecil mengguncang posisi Pandora. Dia tahu pelakunya tak lain adalah Kingston. Pria itu mengambil sedikit kendali, melupakan sepanjang malam Aceli menjadi penguasa keremangan. Berkuasa atas keseluruhan tempat tidur, sehingga Pandora harus terus bergeser. Bergempet di samping Kingston, membuat pria itu nyaris beradu di pinggir ranjang dan saling bersentuhan pada lengan Pandora dalam balutan piyama pa
Waktu berlalu cepat sejak Kingston meninggalkan Pandora di dalam kamar bersama Aceli. Pagi tadi perasaan Pandora sungguh gusar mengulik ponsel demi menghubungi Chris untuk menyelesaikan konflik batin tak berkesudahan. Syukurlah jawaban Chris tidak menyulitkan perasaan Pandora, sehingga dia tak perlu terlalu getir karena telah menolak kedatangan ayahnya sendiri, yang kalau Kingston memberi izin. Pandora sudah pasti meninggalkan Bristol demi menuntaskan rasa ingin temu yang membludak. Akan tetapi kenyataan sesungguhnya dia hanya bisa menemani Aceli di halaman samping mansion.Sementara Aceli sibuk bersama main – mainan yang tersusun berserak. Pandora tengah memikirkan sebuah percakapan, tentang cara Kingston memberi Aceli peringatan.Meski Aceli masih sangat kecil untuk memahami kata – kata Kingston yang tersirat, namun Pandora tahu betul mengapa pria itu harus mengutarakan hal tak sementinya. Dia yakin saat Kingston sedang terbaring lemah bisa mendengar jelas bagaimana Aceli mengajukan
“Arcadeaz ... maksudmu Arcade?” tanya Pandora. Susah payah menelan ludah kasar mendapati Voleski mengangguk samar. Wanita itu membenarkan pertanyaan besar yang kini mengerucut pada jawaban sesungguhnya. Nama yang pernah tergumam dari bibir Kingston adalah sosok yang telah tiada. Sekarang Pandora bertanya – tanya siapa wanita tersebut bagi Kingston. Dia cukup terkejut ketika Voleski kembali bersuara di sampingnya.“Masa lalu tuan.”Seolah – olah wanita tua itu tahu apa yang sedang bersarang dan membuat Pandora tampak mengira – ngira. Masa lalu yang seperti apa. Masa lalu yang sudah sejauh mana sehingga sangat membekas dan sulit untuk dilupakan.Helios pernah mengatakan Kingston tidak pernah menikah, tetapi bukankah cukup berlebihan jika Kingston membangun sebuah makam dalam bentuk monumen demi mengenang kepergian seseorang? Pandora masih belum mempercayai apa yang saat ini dia ketahui. Pria yang kasar. Penuh ketegasan dan macam – macam taktik untuk membungkam musuh hingga tak berkutik
“King ....”Pandora berjalan sangat cepat tak bermaksud meninggalkan Voleski sendiri mematung menatap keberaniannya untuk berkonfrontasi, tetapi Pandora merasa penting mengetahui isi kepala Kingston yang tak mudah ditebak. Mula – mula pria itu menolak kedatangan Chris. Lalu setelah Pandora mengatur situasi demi kenyamanan pria yang kini menatap dengan tajam. Semua malah berbalik arah. Tiba – tiba saja dia harus mendengar kabar kedatangan ayahnya sebagai tamu yang harus disambut dengan para pelayan baru.“Aku sudah meminta ayahku tidak datang. Kenapa kau mengatur ini untuknya?”Bibir Pandora menipis saat tidak sekalipun Kingston mempedulikan pertanyaan yang terlontar cukup menggebu. Pria itu lebih mengutamakan keberadaan Aceli. Bersimpuh saling menghadap keponakan kecilnya. Membisikkan sesuatu, mesti itu sama artinya respons Aceli berada di luar kendali Kingston.“Tidak, Daddy. Aku mau bersama Kakak Panda di sini.”“Kau akan bersamanya nanti, tapi dengarkan dulu ....”Ingin sekali Pand
Hari yang cukup menyiksa ketika Pandora terus memikirkan kegilaan di benaknya. Sebentar lagi mungkin Chris dan Aquela akan sampai. Seperti yang dia dengar setelah menyelesaikan sarapan pagi bahwa Helios bertugas untuk menjemput kedua orang tuanya. Sudah lima jam berlalu harusnya satu jam yang akan datang digunakan untuk menyiapkan diri menyambut ayahnya dengan hangat. Tetapi Pandora justru menghabiskan waktu memperhatikan pria yang baru kembali dari urusan pekerjaan. Pria yang berdiri di bawah sana, sedang memberi makan hewan – hewan besar dan kelaparan. Daging – daging mentah dan segar terlempar merata untuk dikoyak – koyak oleh taring tajam mengerikan. Tidak sedikit—sesekali pria itu membungkuk mengusap punggung hewan yang mana kala akan menggeram, meski hanya samar – samar merambat ke udara.Kingston tidak banyak bicara. Sama seperti pagi – pagi sekali pria itu tak sengaja membangunkan Pandora. Hanya memperhatikan dengan lamat. Mengusapkan jemari tangan, sehingga Pandora sempat men
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s