“Aku tidak ingin melihatmu menggigit bibir sekali lagi. Mengerti, Pandora?” bisik Kingston menyiratkan perintah yang kental dengan nada geram tertahan. Pria itu segera menarik langkah mundur. Menjauhkan diri, sehingga hal tersebut merupakan kemungkinan bagi Pandora merespons dengan tegas. Namun sampai detik ini dia tidak mengatakan hal – hal semestinya. Tidak mengeluarkan kata – kata menohok mengenai Kingston, atau segala rentetan kesalahan yang telah pria itu lakukan. Hanya diam dalam reaksi yang payah. Diam tidak tahu bagaimana membenarkan perasaan gelisah. Beberapa pasang mata mungkin sedang menyorot ke arahnya, tetapi bahkan keberanian Pandora, kalaupun ada, bukan untuk membalas setiap orang yang menatap. Wajahnya menunduk. Menunggu ntah atas dasar apa ... dia ingin Kingston menyelesaikan apa yang telah pria itu mulai. “Ada yang keberatan dengan tindakan saya tadi?” Sialnya Kingston memulai segala hal dengan kekonyolan. Bertanya bagaimana orang – orang memiliki sisi yang mungki
Pandora khawatir menunggu Chris akan menerima panggilan video. Sesuatu mungkin sedang terjadi sehingga dia mencurigai ini bentuk lonjakkan yang aneh. Pandora tidak biasa menghadapi situasi di mana dia harus ... kali kedua mencoba, berharap sebentar lagi wajah Chris muncul di layar ponsel—lalu ayahnya akan menebarkan senyum paling menenangkan.Dia sudah sering melewati beberapa waktu yang sudah – sudah, terkadang Chris bahkan tak butuh lama menanggapi apa saja mengenai Pandora. Sekarang dia mendadak takut kalau – kalau Kingston melakukan sesuatu pada ayahnya.[Panda ....]Sedikit lega. Seperti itu, mungkin perasaan Pandora terjabarkan. Dia tersenyum seraya menggeser posisi lebih mantap di atas ranjang.[Apa kabar, Dad?]Selalu yang satu ini dia tanyakan sebelum membicarakan hal lain. Ayahnya akan menjawab dengan wajah sumringah, dan itu merupakan suatu kekuatan yang tak akan pernah bisa dikalahkan. Pandora senang ayahnya baik – baik saja.[Kau akan menunggang kuda, Panda?]Sudut bibir
“Lebih serius, Pandora. Ingat dialogmu. Pertegas ekspresi wajah, dan jangan lupakan intonasi.”Pandora menarik napas yang dalam. Sekali lagi berusaha fokus mendalami peran menyedihkan untuk permulaan besok. Ini menjadi latihan terakhir saat nanti dia dan yang lain akan melakukan gladi bersih di gedung hotel tempat pesta pernikahan itu digelar.Akan tetapi Pandora tak bisa terus memaksa ketidakberdayaan. Gejolak dalam dirinya terus memanas, bahkan Mr. Lee tidak pernah mengerti bagaimana perasaan Pandora ternanak di antara janji dan tanggung jawab. Dia memiliki kelemahan besar, yang tidak akan bisa dijabarkan dengan luapan kemarahan. Tidak pula dengan luapan peran yang sedang dimainkan.Kekejian Kingston telah melampaui batas. Menuntut Pandora untuk bersikap profesional. Termasuk sudah memberikan peringatan jauh – jauh hari kepada Mr. Lee agar tidak ada yang gagal saat penampilan berlangsung. Dosen satu itu memegang tanggung jawab penuh.“Pandora, kamu butuh minum. Istirahatlah. Setenga
Elusan – elusan lembut terasa mengulir kesadaran Pandora untuk segera menemukan titik dari siraman lampu yang menyilaukan. Dia mengerjap—menjernihkan pandangan dan sisa – sisa ingatan mengenai apa yang terakhir kali mengikatnya ke dalam hantaman besar. Kingston .... Nama itu kemudian menyeruk seperti ledakan membara. Pandora terkejut. Benar – benar terperanjat saat menyadari sedang bersama pria yang membuatnya kehilangan pengangan tentang kehidupan manusia normal. Sekarang dia harus menghadapi wajah Kingston yang sedang menunduk. Menatap sangat dalam tanpa mengatakan apa pun dengan elusan yang masih sama lembutnya. Pandora segera bangun. Beringsut. Merasa takut untuk pria itu sentuh. Ada jeda cukup lama yang membiarkan keheningan memenangkan keadaan. Pandora seperti tenggelam mengamati sorot mata spektrum, meski detail penampilan Kingston tak luput dari perhatiannya. Pria itu disetir sangat sempurna dengan balutan jas—persis pengantin pria yang tampan. Begitu siap menghadapi pernik
“Bakar mayat-nya!” Itu pernyataan Kingston paling kejam yang memenuhi benak Pandora, betapa pengaturan dibuat sudah masuk pada taraf berlebihan. Tidak ada seorang pun bisa menghentikan segala jenis kebutuhan Kingston. Jiwa bengis itu melebihi dari yang pernah ingin Pandora tahu. Dia tak menapik kenyataan telah dipertemukan pada ketakutan yang mencapai titik terendah. Genggaman tangannya bergetar—semakin tak terkendali di antara tirai – tirai menjuntai. Dia berusaha menarik napas dengan tenang, tetapi golakan mendidih tidak pernah henti mengisi di perutnya. Semua seakan naik. Nyaris memuntahkan sesuatu, yang kemudian segera Pandora tahan—membekap bibir sendiri. “Pandora.” Samar – samar suara Kingston seperti menjauh dari jangkauan. Tatap mata Pandora setengah kosong. Beberapa kali tubuhnya bergerak, menjadi semakin ringan, meski dia sudah berusaha menggenggam lebih erat. “Pandora!” “Aku harap kau tak pingsan dua kali.” Geraman tertahan seketika merambat jernih di sekitar wajah Pa
Untuk keberkian kali Pandora tidak bisa menjelaskan perasaan berdebar dan hal – hal yang bahkan dia pikir masih dalam acuan rumit. Dia belum memberikan jawaban ... hanya berdiam diri—menimbang kenyataan tentang peristiwa kemarin adalah bagian yang pernah sangat menyakitinya. Masih menduga akan berada di kursi persakitan. Menyiksa ego dan perasaan sendiri. Menyiksa sisa bara dari luapan kebenciannya. Sampai kemudian Kingston bertindak lewat gerakan singkat, mengangkut Pandora ke ruang rias. Pria itu tidak peduli mengenai jawaban Pandora yang sebenarnya. Kalaupun Pandora akan marah, mungkin dia sudah melampiaskan kekesalan. Namun setengah dari keinginannya—memang—adalah tidak mau menyia – nyiakan gaun pengantin yang pernah dicoba waktu itu. Sudah ada Holly dan Marina yang membantunya berpakaian. Dia mematut diri di depan cermin. Kenyataan itu, menegaskan Pandora masih berada di lingkar situasi yang sama. Tak bisa mengatakan bagaimana dia diledakkan perasaan haru ketika disambut oleh a
Tidak ada pernikahan yang lengkap tanpa foto. Kingston telah menyiapkan fotografer terbaik, dengan setiap tangkapan kamera sudah dipastikan; Pandora menjadi yang terbanyak dalam pengambilan gambar. Pertama dia sebagai mempelai wanita bersama ayah dan ibunya melakukan sesi bersama. Kemudian bertambah keberadaan gadis kecil pembawa bunga di dalam dekapan Chris. Secara bergiliran itu diikuti kesempatan Kingston dan Aceli untuk foto berdua, selanjutnya Pandora mengikuti. Lalu yang terakhir ... hanya mempelai pria dan wanita. Saat gerakan pertamanya, Kingston bertindak posessif—merangkul pinggul Pandora. Mencari alasan apa pun sekadar mencuri – curi ciuman di pipi. Tapi setelah semua kegiatan selesai, pria itu harus pergi menjamu beberapa tamu, sehingga meninggalkan Pandora untuk mengambil jalur sendiri. Mengajak Anna, yang paling sering, dan tim teater mengabdikan momen bersama. Momen tak terlupakan, meski peristiwa itu terjadi begitu singkat.“Tiba – tiba saja Mr. Nolan sudah menjadi sua
“Berhenti dulu, King, Mom ada di luar.”Pandora menekan dada Kingston, berusaha tidak menimbulkan suara lenguhan sekecil apa pun, yang membuatnya harus membekap bibir saat Kingston terus menggerakan jari – jari tangan di tubuhnya.Terakhir kali Kingston melakukan dengan marah, tetapi kali ini pria itu persis seperti seorang tirani—mematenkan Pandora secara hak dan resmi, seakan – akan dia bisa berbuat apa saja, termasuk merambat pelan ke bawah. Meninggalkan jejak – jejak panas, sesekali meremas dada Pandora dengan genggaman kasar.“Pandora, buka pintunya sebentar.”Pandora menelan ludah kasar menghadap ke arah pintu. Lengan yang terulur mencari puncak kepala Kingston setelah pria itu menyibak ujung dress sampai tersingkap di bagian perut. Pandora ingin menahan bagian dari tindakan Kingston yang intim. Namun secara tidak sabaran pria itu merampas dalaman dan membuka kakinya lebar – lebar. Menjatuhkan bibir untuk mengecup ceruk paha yang terlihat menggiurkan.“Berhenti dulu, King.”Pand