Share

Bab 150

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 150

Jazuli melongo. “Eh, gak bisa. Hutang ya hutang, cinta ya cinta. Amina jangan mencampur adukkan dong. Ini kan nggak fair sayang?”

Amina mencibir, kedua tangannya ia silangkan di depan dada. “Katanya tadi cinta, mau memberikan apa yang saya minta. Halah, embel! Baru uang 300 juta saja Anda tidak mau memberikannya pada saya.”

Jazuli nyengir. “Bukan begitu. Maksud Om, Amina akan mendapatkan semua yang Amina mau, asal mau menikah sama Om.” Jazuli mencondongkan badannya pada Amina yang duduk di depannya. “Termasuk warisannya anak lanang yang tak berbakti ini.” Dia menunjuk Wahyu yang cemberut.

“Terus… terus,” sindir Wahyu. “Awas lho ya, setibanya di Jember, terus badannya meriang. Jangan minta pijitin sama saya. Gak mau saya mijetin,” sungutnya.

“Diam kamu, jangan ganggu Bapak ngomong,” kata Jazuli. “Gimana? Apa kamu mau? Ini tawaran besar buatmu. Kamu bisa membeli mobil baru. Saya denger mobilmu rusak. Kamu gak mampu membeli baru, karena uangmu dibawa kabur sama Eril.” Jazuli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 151

    Bab 151 “Jika Amina tidak bisa membayar dalam 1 bulan. Amina akan menjadi istriku? Bagaimana? Deal?” tanya Jazuli, dia merasa posisinya di atas angin. Reynard terpancing emosi. Ia yang masih terkejut dengan hutang bapaknya Amina dan keinginan Jazuli, tak habis pikir, masih ada lelaki sifatnya seperti Datuk Maringgi, Dia sangat kasihan pada Amina dan membuatnya berniat menolong gadis itu. “Gak bisa gitu dong Pak. Ini bukan jamannya Situ Nurbaya. Anda sama saja mau melakukan bisnis kotor dan menjebak Amina supaya menuruti kemauan Anda! Bagaimana dia bisa mengumpulkan uang 650 juta itu dalam tempo 1 bulan? Sedangkan uangnya dibawa pergi Eril?” “Itu terserah dia dong, bukan urusan saya!” tukas Jazuli meremehkan Reynard. “kamu kan managernya? Apa kerjamu terus?” Wahyu ikut nimbrung. Suaranya masih santai. “Benar Pak. Kasihan Amina. Beri dia kelonggaran waktu. Lagipula dia single parent yang harus menghidupi Ayang – putri Bapak. Ingat! Bapak sudah menghancurkan hidup Amina. Berbuat bai

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 152

    Bab 152BRUK!Sontak Reynard terkejut melihat tubuh ramping Amina melorot ke lantai. “Amina! Amina!” teriaknya sambil menepuk pipi wanita cantik itu.Bik Susi yang selesai menjemur baju, mendengar teriakan Reynard. Wanita paruh itu tergopoh – gopoh mendatangi kamar Amina.“Bik Susi, cepat ambilkan minyak telon,” perintah Reynard sambil membopong tubuh Amina ke pembaringan.Bik Susi dengan cepat mengambil minyak telon dan mengoleskannya ke dekat hidung Amina. “Ibu, kenapa ini Mas?” tanyanya panik.“Saya tidak tahu, tadi dia menerima telepon, setelah itu dia pingsan.” Reynard berpikir keras, apa yang membuat Amina pingsan.Telepon Amina berdering lagi. Dari wali kelas Ayang.Pria itu mengangkangkatnya. “Halo…”“Apakah Ibu Amina baik – baik saja, tadi saya mendengar suara teriakan,” kata Ibu Rosi - wali kelas Ayang di seberang.“Amina pingsan. Maaf, memangnya ada apa? Apakah Ayang dan Fahri nakal di sekolah?” Reynard bertanya dengan hati – hati.Ibu Rosi kaget. “Aduh, mungkin dia terkeju

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 153

    Bab 153 “Kamu tidak bisa egois begitu, Amina! Lihat kondisi Fahri, lihat kondisimu!” Reynard menolak mentah – mentah keinginan wanita itu. “Aku tidak mau kamu dihujat netizen. Mereka bisa menghancurkan karirmu!” “Terus, apa solusimu?” tantang Amina tajam. “Kamu tahu, aku harus membayar hutang Bapak. 30 hari itu waktunya sebentar Rey. Jika aku tak bekerja keras, bagaimana aku bisa mengumpulkan uang 650 juta dalam sekejap? Ingat Rey. Hutang itu bunga berbunga. Aku juga tak mau menjadi istrinya Jazuli Rey.” Suaranya serak menahan tangis. “Aku tidak peduli apa yang netizen katakan. Mereka bisanya cuma menghujatku tanpa tahu apa masalah yang kuhadapi?” Amina berubah melunak. Dalam hatinya sebenarnya ia tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk manggung. Reynard terdiam. Ia tahu semua dilemma. “Apa kamu yakin sanggup menerima efeknya jika kamu bertekad untuk tetap manggung.” “Iya tentu saja. Aku sadar dengan apa yang ku katakan. Aku nanti akan bicara sama Fahri dari hati ke hati.

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 154

    Bab 154Amina mendekati Reynard. “Kamu serius? Mereka membatalkan kontrak hanya karena masa laluku?” Ia seolah tak percaya dengan pendengarannya.“Iya, ini chat mereka.” Reynard memberikan chat yang baru didapatnya.Amina membaca dan terduduk lesu. Kekecewaan seketika memeluknya. Sesak sekali dadanya membayangkan uang 100 juta hilang dalam sekejap. Sulit rasanya ia menerima kabar itu dengan hati lapang. “Jika mereka mempermasalahkan masa laluku, kenapa mereka tidak meributkan sepak terjang Amel? Perempuan itu tak lebih baik dariku Rey. Aku yakin, ini semua permainan!” umpatnya marah.“Aku korban pemerkosaan Rey. Bukan menjual diri! Aku di sini berusaha bertahan dan menata masa depanku dan Ayang - anakku. Aneh rasanya jika ada yang masih mempermasalahkan dan mengolok – olok masa laluku, seperti mereka orang yang paling suci!” Amina mulai terisak. Dadanya turun naik menahan emosi yang mengganjal di hatinya.Reynard menepuk lembut pundak Amina. “Aku tahu, ini tidak fair. Tapi kita tak bi

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 155

    Bab 155 Amel sontak berdiri. “Hey! Siapa kamu! Berani – beraninya kamu menghinaku seperti itu!” Dia mencoba menarik topi Amina, tapi Amina lebih gesit menghindar. Perempuan itu mencengkeram tangan Amel dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya membuka kaca mata. “Apa kamu lupa dengan suara orang yang kamu bicarakan? Terima kasih kamu telah menikungku dari belakang! Jelek sekali sikapmu.” Amina mengatakan itu seraya memandang tajam lelaki yang ia duga dari partai yang mengundangnya. Gigi Amel gemeretuk. Ia sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan Amina di tempat itu. Selanjutnya Amina berbalik dan berjalan dengan anggun, meninggalkan bau parfumnya yang lembut menggoda iman. Laki – laki di depan Amel itu tak berkedip menatap punggung Amina. “Siapa wanita itu?” “Saya tidak kenal,” dengus Amel kesal seraya menyeruput kopi lattenya. “Cantik sekali dia,” senyum pria itu merekah. “Tapi sepertinya dia mengenal kamu?” Amel semakin dongkol. “Saya kan artis, semua orang kena

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 156

    Bab 156Telinga Amina bagai disambar geledek mendengarnya. “M-maksud Ibu apa?” badannya gemetar menjawabnya. Ia merinding. Bayangan – bayangan menakutkan muncul dibenaknya.Hesti menyadari kesalahannya. Ia telah keceplosan bicara. Hasrat yang disimpannya dalam – dalam keluar tanpa bisa ia cegah. Untuk menutupi kegugupannya, kemudian ia pindah duduk di sofa panjang. “Tolong kamu duduk di sini,” Ia menepuk sofa di sebelahnya.“Saya duduk di sini saja. Bu,” jawab Amina dengan perasaan tak nyaman.“Kamu kenapa takut sama saya? Saya tidak akan apa – apain kamu?” Nada suara Hesti terdengar gusar.Amina menjadi tidak enak. Dia lalu pindah duduk di samping Hesti.“Saya mau bercerita denganmu,” kata Hesti lembut.Amina diam dan menunggu kelanjutannya.Sebelum bercerita, Hesti tampak menarik napas dalam – dalam. “Saya dulu seperti kamu, hamil dengan kekasih saya, tapi keluarganya tidak setuju. Karena ekonomi keluarga saya dibawah mereka. Mantan saya menikah dengan pilihan orang tuanya. Sedangka

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 157

    Bab 157“Diana, apa kamu tahu di mana Amina? Dia harus manggung 40 menit lagi,” tanya Reynard melalui telepon. Lelaki itu bingung, sebab Amina belum menampakkan batang hidungnya. Sedangkan dia sudah datang ke sini 2 jam lalu.“Tadi dia meeting bersama Bu Hesti. Tapi setelah itu aku tidak tahu.”“Kamu ada di mana sekarang?” tanya Reynard.“Lagi di Spa.”“Apa kamu bisa balik sekarang? Tolong check Amina ke kantor Bu Hesti, apakah dia di sana atau tidak. Aku tidak bisa menghubunginya.” Reynard memegang kepalanya. Produser acara beberapa kali menemuinya, dan bertanya tentang Amina.“Gak bisa Rey, aku sedang treatment, 2 jam lagi aku baru selesai,” jawab Diana. Ia tidak rela membuang treatment mahal dari tantenya itu.“Please Diana. Aku sudah bertanya pada security apakah dia melihat Amina ke luar gedung RTV. Mereka jawab tidak tahu. Aku bingung sekarang Di, dan hanya kamu satu – satunya orang yang bisa membantuku.” Suara Reynard terdengar frustrasi.Diana tersanjung, tapi perempuan itu te

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 158

    Bab 158Dengan tergesa – gesa, Amina menuruni lift dan langsung keluar melalui pintu samping kantor RTV yang tembus langsung ke jalan raya. Di sana ia tertegun mendapati sosok lelaki berdiri menantinya.“Amina, aku menunggumu dari tadi di sini,” kata Reynard dengan bibir gemetar. Lelaki itu merapatkan jaketnya, sedangkan rinai mulai turun menyapa.“B-bagaimana kamu tahu aku di sini?” tanya Amina gagap. Ia menyeka pipinya yang basah oleh air mata. Dirinya merasa begitu rapuh, dan ia tak menduga bertemu dengan Reynard di tengah malam begini.“Hanya insting! Ayo pergi, motorku ada di bawah pohon itu.” Reynard menunjuk motornya yang terparkir 5 meter dari tempatnya berada.Tanpa menunggu waktu, Amina mengangguk. Wajah Amina tampak kuyu dan terluka.“Kita mampir ke Café dulu yuk. Aku belum ngopi dari siang,” kata Reynard.“Oke, tapi sebentar saja ya, aku kepikiran anak – anak,” jawab Amina. Hatinya mendadak tidak enak.Lelaki itu menghela napas panjang sebelum membawa motornya ke sebuah ca

Bab terbaru

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 178 – Last Episode

    Bab 178 – Last Episode Jantung Amina serasa mau berhenti, wajahnya seketika memucat melihat Mama dan Neneknya Eril hadir di sana. Wanita itu melepaskan pelukannya. “Kenapa kamu memeluk Amina di sini? Lebih baik bawa Amina ke KUA. Jangan bikin malu orang tua!” kata Iswati bengis. Sontak, Amina terkejut. “Kejutan apa lagi ini, Rey?” tanyanya kebingungan. Reynard, Bu Hesti, Pak Mulyadi, dan Diana bertepuk tangan. “Luar biasa sekali acting Bu Iswati ini. Cocok jadi pemeran antagonis,” ucap Pak Mulyadi bersemangat. “Hesti, kamu mestinya ambil dia untuk salah satu sinetronmu?” Bu Hesti tertawa. “Urusan talent, aku kan pakarnya. Bu Iswati sudah aku kontrak. Baru saja kami menandatangi surat – suratnya.” Iswati tersenyum malu. Amina semakin bingung. “Ril… tolong jelaskan semua ini kepadaku?” “Biar saya yang menjelaskan,” kata Bu Hesti. “Amina, seperti yang saya bilang sebelumnya. Saya mempunyai dua kejutan. Yang pertama adalah kembalinya Eril bersama kita. Dia sangat mencintaimu,

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 177

    Bab 177 Amina mengenakan baju terbaiknya. Ia mematut dirinya lama sekali di depan kaca. “Ibu sudah cantik, kok,” kata Ayang geli, melihat sikap ibunya yang bolak – balik menatap cermin. “Benarkah? Ibu merasa kurang pede,” kata Amina. “Yang dikatakan Ayang benar. Ibu cantik sekali.” Bik Susi mengacungkan dua jempolnya. Hari ini ia tidak berjualan dengan Amina, karena Reynard mengajak semuanya pergi. Fahri yang telah berpakain rapi lalu memotret sang Ibu dan memperlihatkannya pada Amina. “Ibu cantik!” Anak itu tersenyum bahagia. Amina tersipu, mendapat pujian dari keluarganya. “Ngomong – ngomong, Reynard mau mengajak kita kemana ya, Bik?” Baru saja Amina selesai bertanya, Reynard sudah muncul di depannya. Pakaian dia rapi dan wangi. “Aku akan membawa kalian ke tempat spesial,” jawab Reynard dengan senyum lebar. “Apa kalian semua sudah siap?” “Sudah dong.” “Kalau begitu, mari kita berangkat.” “Mas Rey, kita mau naik apa?” tanya Bik Susi. “Naik mobil dong, Bik. Masak mau naik

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 176

    Bab 176“Bagaimana kami percaya? Kamu bisa saja mengelak dengan cara menuduh orang lain?” kata Reynard.“Aku juga tidak percaya dengan kalian. Siapa tahu Eril juga berbohong supaya dia tidak mau bertanggung jawab pada Dokter Kartika.” Vincent membela diri.“F*ck,” cetus Eril gusar. “Kita berdua sama – sama terjebak, dan satu – satunya cara kita harus mendatangi datang ke Jember dan menemui Dokter Kartika dan memintanya mengaku siapa lelaki yang harusnya bertanggung jawab.”“Hmm… sorry, pekerjaanku banyak. Aku tidak bisa ikut kalian.”Reynard menyeringai. “Boleh saja kamu begitu, dan aku tinggal menyebarkan soal hubunganmu dengan Dokter Kartika ke media, beres kan?” Ia mengancamnya. “Aku juga tahu, sugar mommymu.”Gigi Vincent gemeretuk. Dia tidak bisa mengelak lagi.***“Dokter Tika, aku kecewa dengan dirimu. Tak kusangka, kamu bisa senekat itu untuk mendapatkan apa maumu. Kamu rela menghancurkan sahabat baikmu sendiri, dan sekarang meminta pertanggung jawaban aku.” Eril menatap mata

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 175

    Bab 175“Apa kamu yakin ini cara yang akan kamu tempuh, akan membuat Dokter Kartika mengaku?” Reynard menatap Eril dengan was – was. Lelaki itu selalu membuatnya khawatir.“Bagaimana aku tahu, jika aku tidak mencobanya?” jawab Eril datar. “Sumpah demi Allah! Aku tidak pernah meniduri Dokter Kartika, dan sekarang dia meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya.”Pria itu mendengus, kemudian mengambil rokok dan menyalakannya. “Atau kamu punya ide lain?”Reynard menyalakan rokok dan menghembuskannya pelan ke udara. Mereka masih di salah satu café di bandara. Rencananya, Eril mengajaknya ke Jember, menemui Dokter Kartika dan menyelesaikan masalahnya. Setelah itu barulah ia mau bertemu dengan keluarganya dan Amina. “Aku ragu, jalan yang kamu tempuh akan berhasil, mengingat Dokter Kartika itu licik. Jujur aku tidak menyukainya.” Reynard melihat Eril.“Apa kamu tahu, dia menjelek – jelekkan Amina ke media, ke ibumu. Selain itu dia juga menjadi mata – mata Jazuli bersama Amel. Dia perna

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 174

    Bab 174Eril terhenyak. “M-maksudmu? Amina tidak jadi artis lagi?”Adrien menggeleng. Dia lalu mengajak Eril duduk di living room lalu menceritakan apa yang didengarnya dari Reynard.“Amina bahkan melarang Reynard untuk mengambil mobilmu, meskipun hidupnya sengsara.” Perempuan itu memandang Eril, dengan sendu. “Karena dia sangat mencintaimu Ril.”Mendengar cerita kelabu Amina, Eril menggigit bibirnya. Dadanya dihantam rasa bersalah tidak bisa melindungi perempuan itu.“Aku juga menemui Ibu dan nenekmu, mereka mengharapkan kehadiranmu dan tanggung jawabmu pada Dokter Kartika,” lanjut Adrien. Kedua matanya nanar memandang Eril.Eril memberikan respon. “Tanggung jawab apa? Aku tidak punya hutang apapun kepada Dokter Kartika.”“Apa hubunganmu dengan Dokter Kartika?” tanya Adrien hati – hati. Ia khawatir pertanyaan menyinggung hati Eril.“Teman biasa. Aku mengenalnya karena dia adalah Psikolog Amina. Justru Amina yang dekat dengannya?” Eril menjelaskan.Adrien mengambil napas. “Aku serius

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 173

    Bab 173BRAKHesti membuka pintu kantor dengan kasar. “Diana!” Ia memanggil sekretarisnya dengan nada melengking tinggi.Diana yang sedang berada dalam toilet, kaget dan buru – buru menghadap Hesti.“Ada apa, Tante?” jawabnya gugup dengan dengkul gemetaran. Baru kali ini ia melihat Tantenya itu sangat marah dan frustasi.“Kenapa kamu tidak pernah memberitahu saya soal Amina? Apa yang kamu kerjakan selama ini?” Hesti melemparkan tas Hermes miliknya ke kursi.Bola mata Diana berputar kemudian naik ke atas, mengingat – ingat kejadian. “Bukankah Tante yang meminta saya, untuk tidak membicarakan soal Amina?” Ia ingat betul, beberapa waktu lalu, Hesti marah besar kepadanya. Gara – gara dia memberikan titipan Amina dari satpam RTV.Hesti kelihatan menghela napas berat. Dia merasa tertohok dan menjadi orang jahat. Diana, tak bersalah, ia saja yang suka memarahinya. “Mana titipan Amina?” tanyanya parau. Ia ingat pernah meminta sekretarisnya itu untuk membuang titipan Amina.Bergegas Diana menu

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 172

    Bab 172 “Hih, najis aku ke rumahmu,” sahut wirda jutek. Seketika dirinya muak melihat Amina yang masih kelihatan cantik meski dengan sandal jepit dan pakaian sederhana. Amina tersenyum tipis. “Terserah!! Aku tidak mau memaksa. Asal kamu tahu, Bapakmu sudah menyiksaku selama 6 tahun, dan itu sudah cukup menimbulkan trauma berat. Meskipun aku melarat, tak sudi aku mau merebut suami orang.” Perempuan itu menghela napas pendek. “Daripada kamu menuduh sembarangan, lebih baik telepon suamimu sekarang dan tanyakan apakah dia punya selingkuhan bernama Wirda?” Ia menduga arwah gentayangan yang menemuinya semalam adalah selingkuhan suami kakaknya Wahyu. Mereka memiliki nama yang sama. Wajah Wirda tegang, urat di mukanya menonjol sehingga membuat wajahnya kian tua. Gigi perempuan itu gemeretuk menahan emosi. “Bangsat! Kamu sekarang malah berani menyuruhku!” katanya kasar. “Mba, tahan emosimu, lebih baik kita tengok Bapak sekarang.” Wahyu menyeret tangan kakaknya menjauhi Amina. “Amina, maa

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 171

    Bab 171 Amir, teman Abah Anom mendekati tubuh Jazuli. Ia menaruh tangannya di depan hidung pria itu. “Dia masih bernapas,” katanya. Lelaki itu melihat ke Abah Anom dan Amina. “Selanjutnya, kita apakan dia?” “Amina, Abah menunggu perintahmu. Jika kamu mau dia mati, anak buah Abah bisa menghabisinya dan membuangnya ke tempat yang tak terdeteksi. Kedua orang itu sangat professional.” Dengan tenang Abah Anom mengatakannya. Lelaki itu dulu terkenal sebagai jawara di kampungnya. Ia ditakuti banyak orang. Amina bergidik mendengar penjelasan tuan rumahnya. Sebenci – bencinya dia pada Jazuli, dia takkan mau menorehkan sejarah sebagai otak pembunuh. “Kita bawa dia ke rumah sakit saja. Nanti saya akan hubungi keluarganya.” Amir dan temannya menggeleng – gelengkan kepala dengan kebaikan hati Amina. Padahal nyawa perempuan itu tadi terancam, tetapi dia malah menolong orang yang mengancam hidupnya. Abah Anom tersenyum kecil. Dia menepuk pundak Amina dua kali. “Kamu memang wanita baik. Abah kag

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 170

    Bab 170 Serta merta Jazuli menerkam Amina hingga perempuan itu terjatuh ke lantai. Kemudian ia menciumi wanita itu dengan penuh nafsu. “Sudah lama aku menginginkan kamu Amina sayangku!” Kedua tangannya menekan tubuh Amina hingga perempuan itu sulit berkutik. Bau jigong menyeruak dan menusuk hidung Amina. Perut wanita itu bergolak hebat, pingin muntah entah antara rasa jijik dan putus asa. “Lepaskan aku. Aku janji akan membayar hutangmu segera!” Amina meronta berusaha melepaskan cengkeraman Jazuli dan menghindari serangan ciuman Jazuli yang membabi buta. Napas perempuan itu ngos – ngosan. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan pria gaek itu. Jazuli tertawa terbahak – bahak. Semakin Amina melawan, nafsu binatangnya itu kian menggelora. “Aku tidak butuh uangmu, cantik! Aku hanya butuh kamu!” Ia merasa dirinya menang dan berusaha menindih Amina. Tatapan pria itu kian liar menelusuri wajah cantik Amina. Melihat posisi Amina yang terancam, Fahri mengambil tongkot bisbol. Ia men

DMCA.com Protection Status