Ada yang pernah melihat hantu?
Selama bertahun-tahun, Robin Luciano yang mencoba menghancurkan bisnis gelap keluarganya pun tak luput dari perbuatan buruk. Dia sanggup melakukan apa pun demi memutus rantai kejahatan keluarganya. Robin hanya menolong orang-orang yang dapat terhindar dari pantauan Dante. Namun, tak sedikit orang-orang yang tak bersalah diabaikannya agar dirinya tetap terlihat sebagai calon kepala mafia sempurna di depan kakeknya. ‘Pengorbanan kecil perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.’ Begitu prinsip hidupnya selama ini. Namun, menurut pandangan orang lain, pengorbanan sekecil apa pun tak bisa disepelekan. Sebab, orang-orang yang diabaikan Robin itu juga memiliki kehidupan yang layak untuk diperjuangkan. Nyawa setiap orang itu berharga. Puncak dari kejahatan yang dilakukan Robin adalah membunuh adik kandungnya sendiri. Dan setelah tahu identitas Rafael, dia teringat semua kejahatan yang pernah dilakukannya. ‘Mereka mungkin masih punya keluarga yang menanti di suatu tempat.
Wajah hantu Rafael semakin pucat pasi. Dia sudah yakin bahwa Robin tak akan pernah menyentuhnya. Selama beberapa hari dia menghantui kakaknya, Robin hanya meringkuk seperti orang kehilangan akal sehat. Rupanya, kehadiran Poppy cukup memengaruhi kesadaran Robin sepenuhnya. Robin kali ini tidak mabuk berat dan sedang dalam kondisi sangat waras, sebelum melihat jiwa adiknya gentayangan, lalu tiba-tiba dapat dipegang.“Kau ….”Ekspresi Robin benar-benar tampak terkejut. Matanya bergerak naik turun, menatap wajah Rafael dan genggaman tangannya bergantian, berulang-ulang.“Kau sampai bisa menyentuh jiwaku. Apa kau akan membunuhku untuk kedua kalinya?” Suara Rafael semakin lirih dan dramatis.Sayangnya, Rafael tak bisa mempertahankan sandiwaranya. Robin benar-benar sadar jika sosok di depannya bukan hantu gentayangan atau halusinasi atas rasa bersalahnya.“Brengsek!” geram Robin, menarik kaos Rafael. Entah bagaimana caranya Rafael bisa selamat dari maut, yang pasti, Robin sangat yakin jika
Telapak tangan Robin berkeringat ketika membuka kotak perhiasan itu, lalu mengulurkan ke arah istrinya. “Kau harus menjadi teman hidupku sampai ajal menjemput.”Poppy ternganga. Seumur hidupnya, dia hanya memimpikan adegan romantis dengan seorang pria.Menikah dengan seorang Robin Luciano tak akan bisa mewujudkan harapan kecilnya itu. Tanpa disangka, Robin melakukan sesuatu yang tak terduga.“Harus?” Poppy hanya bisa mengucap satu kata pertanyaan. Dia terkejut dan terharu sampai sulit mencari kata yang tepat.“Benar. Kau harus menjadi istriku seumur hidupmu.”Semua kalimat yang ditemukan Robin di internet tak ada yang benar-benar sesuai dengan keinginannya. Dia tak mau bertanya, namun mengharuskan Poppy agar menjadi pasangannya sampai akhir hidup mereka.“Sejak kau menghilang, aku mulai menyadari perasaanku. Dan aku tidak akan melepaskanmu setelah kau kembali padaku. Kau sendiri yang mengatakan akan terus bersamaku. Jangan berani menarik ucapanmu.”Setiap kata diucapkan penuh ketegasan
“Robin … sudah cukup,” rengek Poppy.Mereka berbaring sambil berpelukan di ranjang kamar Robin. Meski matanya terpejam, Robin tetap memberikan tusukan cinta, menggerakkan pinggulnya dengan lembut.“Iya, sebentar lagi,” racau Robin setengah sadar.“Kita sudah melakukannya tanpa jeda sampai jam tiga begini, Robin. Biarkan aku tidur.”Robin mencium kening Poppy. Dia masih haus kehangatan istrinya.“Hmm, tidurlah ….”Poppy menggeliat ingin membebaskan diri. Namun, gerakannya justru membuat mata Robin terbuka.“Uhhh … enak sekali, istriku …. Lakukan lagi.”“Aku lelah … lepaskan aku …,” pinta Poppy.Poppy menyesal karena menyuruh Robin memaksanya. Dia memang menikmatinya, tapi kali ini terlalu lama. Bahkan, Robin yang terkantuk-kantuk tetap menggoyang pinggulnya.“Apa kau tega membuatku kedinginan? Milikku bisa demam jika kau melepasnya. Tidurlah kalau kau mengantuk. Jangan menghiraukanku.”“Mana bisa aku tidur kalau kau terus bergerak begini!”Poppy akhirnya menyerah membebaskan diri. Sema
“Eungh ….” Rafael menghela napas panjang dengan mata menggantung. Ketika sadar dengan perbuatannya, dia sontak bangun.Donna yang merasakan badannya berguncang langsung membuka mata. Rafael kalang kabut mencari alasan, lalu kembali berbaring sambil memejamkan mata, seakan-akan tak pernah terjadi.‘Sial! Aku benar-benar seperti pria brengsek! Padahal aku selalu mengutuk kebejatan kakek!’ sesal Rafael dalam hati.“A-apa ini???”Donna bangun dengan ekspresi terkejut, terguncang melihat tangannya basah. Matanya semakin terbelalak ketika melihat Rafael tidur di sebelahnya.“Ahhhhhh!!!!!” jerit Donna sekuat tenaga.BRAK!!Pintu terbuka lebar. Pandangan Donna seketika beralih menatap kakaknya dengan roman muka kaget.Franco yang akan membangunkan adiknya, juga tak bisa menahan keterkejutan itu. Wajahnya merah padam, kedua tangannya mengepal erat selagi melihat Rafael bertelanjang dada di ranjang adiknya.“Donna!!” bentak Franco penuh amarah.Rafael tak mungkin berlagak tidur lagi dengan kegad
“Kau seharusnya membangunkanku supaya kita bisa mandi bersama.” Robin balas mencium singkat bibir Poppy. “Kau sudah terlihat sangat cantik begini.”Poppy tersenyum malu-malu mendengar pujian suaminya. “Aku tidak ingin mengganggu tidurmu.”Robin kembali berbaring, menatap langit-langit kamar dengan kedua tangan terlentang. Ini adalah pagi yang sangat indah dalam kehidupannya.Hingga ucapan Poppy langsung membuatnya duduk dengan wajah menegang, “Nyonya Sienna akan pulang bersama Tuan Stefan siang ini. Aku harus menyiapkan banyak hal untuk menyambut mereka.”“Mama … akan pulang?”Robin tampak khawatir. Setengah hidupnya dihabiskan untuk membenci ibunya, bahkan ingin melenyapkannya. Dia tak tahu bagaimana harus bersikap ketika bertemu dengan Sienna lagi.“Iya. Karena itu, cepatlah bangun dan mandi. Aku ingin membelikan sesuatu untuk mamamu.”Poppy tampaknya menyadari kekhawatiran suaminya. Dia lantas berkata, “Nyonya Sienna sangat merindukanmu. Setelah tahu bahwa Rafael masih hidup, dia ti
“Mama!” Rafael langsung berdiri dan memeluk ibunya dengan erat. Selama ini, mereka hanya bertukar pesan melalui selembar surat. Akhirnya, mereka bisa berkumpul lagi.“Rafael … Aku sangat takut ketika mendengar Robin menembakmu. Syukurlah kau masih hidup.”Sienna langsung menangis haru setelah merasakan pelukan salah satu putra yang sangat dirindukannya. Dia tak ingin melepas pelukan itu, namun suaminya langsung menarik tangannya.“Sudah … jangan terlalu lama memeluk putra kita. Dia sudah dewasa, Sayang,” tegur Stefan, cemburu.Rafael tertegun menatap ayahnya. Selama ini, Stefan selalu histeris setiap kali melihatnya. Namun, reaksi Stefan kali ini sangat berbeda.“Papa ….” Rafael mengusap matanya yang basah hampir menangis.Stefan memeluk Rafael sambil memejamkan mata. Wajahnya merah padam menahan tangisan rasa bersalah.“Maafkan aku. Selama ini, aku tidak ada untukmu dan Robin. Aku bahkan selalu jijik melihat putraku sendiri. Maaf, Rafael,” ujar Stefan dengan suara bergetar. Akhirnya
“Katakan dengan tulus,” tuntut Rafael. Walaupun tahu kakaknya bersungguh-sungguh, dia tak menyukai ekspresinya. “Aku tulus mengatakannya!” bentak Robin. “Ah, sudah! Jangan bertengkar lagi!!!” sergah Stefan, kehilangan kesabarannya. Mereka seharusnya bersenang-senang setelah sekian lama berpisah, namun malah bertengkar seperti ini. Semua orang lantas kembali duduk di tempatnya masing-masing. Sienna duduk di antara kedua putranya, enggan melepaskan tangan mereka, membuat Stefan semakin jengkel karena merasa kurang diperhatikan. “Walaupun aku kehilangan akal sehatku untuk sesaat, aku masih kepala keluarga kalian! Kalian harus mendengarku baik-baik dan jangan membantah!” Robin tersenyum mencibir ayahnya. Dia pun sudah menjadi kepala keluarga, tak harus menuruti ayahnya. Namun, senyuman itu langsung menghilang ketika Stefan memelototinya, seperti sedang memaki tanpa kata. Biasanya Stefan selalu melakukan tindakan konyol dan tak berani menegurnya. Robin cukup terkejut oleh perubahan dr
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata