Share

Kesempatan

Aku menatap ayah Maira dengan lekat. Setelah pertemuan malam itu, selama beberapa hari ini, kami lost contact. Biasanya gadis itu akan mengirim pesan setiap hari untuk menanyakan apa saja aktivitasku.

"Apa benar yang dikatakan Maira kalau Nak Rahman tidak bisa memiliki keturunan?"

"Benar, Pak."

"Itu ... sengaja dari keluarga berencana atau gimana?"

"Gak, Pak. Memang saya mandul. Karena itulah saya berpisah."

Kulihat Ayah Maira terdiam, lalu menambah sesendok nasi. Seperti biasanya, jika ada hal penting yang ingin beliau bicarakan denganaku, maka Ibunya akan mengundang makan siang.

Seperti biasanya juga, Maira tidak ada. Kecuali aku datang berkunjung di hari libur. 

"Maira masih muda, Pak. Masa depannya masih panjang. Jika hidup bersama saya, nanti bisa suram."

"Tapi dia mencintaimu, Nak Rahman."

"Cinta itu datang karena terbiasa, Pak. Awalnya memang sakit untuk dilupakan. Tapi suatu saat Maira pasti akan bertemu den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status